Mohon tunggu...
Bastian Arisandi
Bastian Arisandi Mohon Tunggu... -

Manusia sederhana, tetapi memiliki jiwa kaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen

20 Oktober 2013   20:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siswaku Idolaku

Entah apa yang ada di benak Ari sore itu. Tiba-tiba kejadian tadi siang di kelas kembali terbesit di ingatannya dengan jelas. Ya Ari merupakan pria tampan dengan ciri kulit putih kebanggaannya, serta rambut hitam lurus dengan hidung yang mancung jadi wajar jika Ari merupakan idola kamu hawa. Ari tentu saja buka siswa lagi. Ya Ari merupakan seorang guru, yang jelas Ari merupakan guru yang tentu saja menjadi idola bagi siswa-siswanya.

Pagi itu saat Ari berada di kelas, seorang siswinya, Kania tiba-tiba menghampirinya. Dengan wajah imut nan menggoda Kania bertanya: “Pak, kira-kira jika tokoh idola itu harus bintang film semua kah Pak?”. Dengan sedikit terkejut Ari menjawab: “tidak mesti bintang film, bisa saja orang tua kita misalnya”. Kania menimpali: “Kalo bapak boleh gak jadi tokoh idola saya” ujar Kania sambil berlalu. Ari tersenyum, Kania pun tersenyum.

Hingga beberapa pertemuan berikutnya Ari selalu bersemangat jika masuk ke kelasnya Kania. Ari merasa ada yang berbeda dari siswinya itu. Mulai dari senyumannya, tutur katanya hingga tatapan-tatapan yang menggoda. Ini berat ya benar-benar berat. Sungguh tidak wajar jika seorang guru diam-diam menyukai siswanya. Mungkin ini kiamat 2013 versi Indonesia.

Sampailah pada hari itu, ketika Ari mengijinkan siswanya untuk menulis apa saja mengenai pelajaran hingga mengomentari gurunya. Siswa-siswa di suruh menulis di secarik kertas dan tidak perlu menulis nama. Hanya menuliskan komentarnya saja.

”Kalian boleh menulis apa saja mengenai proses pembelajaran kita, mulai dari media, metode hingga gurunya. Kalian paham”, ujar Ari.

”Paham Pak!”, seru siswanya serentak satu kelas.

”Waktu kalian 10 menit cepat tulis mulai dari sekarang!”

Kelas pun untuk sementara hening. Masing-masing siswa sibuk dengan secarik kertasnya masing-masing.

Selang beberapa menit kemudian siswa tersebut mulai mengumpulkan kertasnya. Tibalah Kania yang mengumpulkan selembar kertas berwarna pink bertuliskan rapi dan aroma yang harum. Ari tertegun ia bergumam dalam hatinya sungguh ada yang berbeda dengan siswa ini.

Sorenya, sesampai di rumah Ari mulai membaca komentar-komentar siswa tersebut. Ada yang menuliskan hal positif tapi tak kalah banyak juga yang berkomentas negatif. Mulai dari kami ingin bapak lebih tegas lagi hingga ada yang berkomentar kalau mereka perlu nonton biar tidak bosan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun