Klego, Boyolali (Jumat, 06/08/2021)- Universitas Diponegoro menyelenggarakan KKN di rumah saja, yakni Tim II KKN UNDIP Periode 2021 dengan mengusung tema "Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19 Berbasis Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)" di bimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan Prof. Dr. Ari Pradhanawati, MS. Tim II Kuliah Kerja Nyata Universitas Diponegoro periode 2020/2021 telah menjalankan kegiatan program kerja selama lima minggu terhitung dari tanggal 30 Juni 2021 yang lalu. KKN Pulang Kampung ini dilaksanakan di desa Jaten, RT 001/RW 005, Kec. Klego, Kab. Boyolali.
Pandemi COVID-19 hampir melumpuhkan seluruh sektor penting yang ada dalam suatu negara, salah satunya yakni sistem pendidikan. Adanya pandemi ini membuat pemerintah harus mengeluarkan putusan baru yakni pemberlakuan sekolah online (daring). Pendidikan merupakan aset berharga dan paling utama dalam memainkan peran penting di kehidupan serta kunci dari kemajuan manusia atau suatu bangsa. Pemikiran, tingkah dan perilaku, wawasan, dan karakter seseorang dapat diperoleh dan dibentuk dari suatu proses pendidikan itu sendiri. Itulah alasan mengapa pendidikan penting adanya. Sekolah online yang diberlakukan oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran COVID-19 merupakan salah satu cara pemerintah untuk memfasilitasi pelajar agar tetap belajar dan mengenyam pendidikan tanpa terganggu adanya pandemi COVID-19. Keberlangsungan sekolah online ini awalnya banyak dikeluhkan oleh para pelajar dan juga para orang tua yang merasa kesulitan dengan pembelajaran yang serba digital tersebut, banyak para pelajar yang mengeluh, kehilangan motivasi belajar karena dirasa monoton dan lebih sukar, serta mengalami stress karena tugas terus berdatangan.
Berhubungan dengan isu tersebut, Wika sebagai mahasiswa KKN UNDIP Tim II periode 2021 mengadakan program dalam menumbuhkan rasa suka terhadap bahasa asing tanpa melupakan dan mengesampingkan bahasa Ibu, bahasa Indonesia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang kita gunakan sehari-hari untuk menjalin relasi dan bersosialisasi antar sesama. Tanpa bahasa proses komunikasi tidak akan berjalan secara baik. Bahasa Ibu merupakan bahasa pertama yang diperoleh seseorang saat ia masih bayi, sedangkan bahasa asing seperti bahasa Inggris merupakan bahasa kedua yang dipelajari oleh seseorang. Jadi dilihat dari pengertian keduanya maka dapat diketahui bahwa proses pemerolehan kedua bahasa tersebut berbeda. Mempelajari bahasa asing amatlah penting adanya karena proses perkembangan terus melesat dari hari ke hari, serta berguna karena dengan belajar bahasa asing memberikan kita pengalaman baru dan pengetahuan mengenai culture/budaya bahasa asal, kemampuan yang nantinya dapat digunakan dikemudian hari.
Berawal dari pengamatan Wika terhadap para remaja di lingkungan sekitar, dia melihat masih minimnya para remaja/pelajar yang mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dengan alasan bahasa Inggris itu sulit, kompleks, dan ribet. Hal ini yang memotivasi Wika untuk melakukan pengenalan dan menumbuhkan rasa suka terhadap bahasa Inggris. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan survei, membuat dan mendata kesulitan apa yang ditemui para remaja sehingga menyebabkan hilangnya minat untuk belajar bahasa Inggris; Kedua, menyusun konsep yang simple dan menarik minat mereka terlebih dahulu; Ketiga melakukan dan menjalankan konsep tersebut step by step mengikuti kemampuan dan daya tangkap para pelajar agar tidak terjadi misunderstanding atau kesalahpahaman yang nantinya membuat mereka enggan belajar lebih jauh lagi.
Konsep pertama yakni pengenalan melalui tenses namun saat dijalankan banyak pelajar yang tidak merespon karena mereka merasa kesulitan dan bosan mengenai pelajaran tenses yang telah diajarkan di sekolah. Akhirnya, beralih pada pembelajaran mengenai idiom dan slang yang sering digunakan oleh masyarakat Inggris dalam kesehariannya. Tak terduga, pelajar merespon satu per satu dan merasa senang. Tidak sedikit pula sebagian dari mereka mulai mengaplikasikannya dalam dunia per-chattingan. Sebelumnya, program ini dilaksanakan secara daring melalui WhatsApp Group mengingat pemberlakuan PPKM yang tidak memungkinkan pembelajaran dilakukan secara luring. Beranjak dari idiom dan slang yang simple serta mudah untuk dipahami lanjut pada daily expression (ujaran yang ada dalam keseharian kita). Metode yang digunakan sama halnya saat pendistribusian idiom dan slang, daily expression ini disajikan dan dibuat semudah dan sesimple mungkin untuk dipahami terlebuh dahulu oleh pelajar serta ujarannya merupakan ujaran yang sering kita gunakan dalam keseharian kita sehingga dirasa lebih familiar dan tidak asing namun yang membedakanya yakni menggunakan bahasa Inggris.
Adapun output dari program ini yakni berupa E-learning module yang dibuat berdasarkan kebutuhan para pelajar yang diharapkan dapat diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Modul tersebut didesain dengan menggunakan bahasa yang ringan, mudah, dan simple untuk dipahami oleh pelajar. Harapan dari program kerja ini yakni mampu menumbuhkan lebih besar lagi rasa suka dalam mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dan tetap menjunjung tinggi bahasa Ibu, bahasa Indonesia. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa bahasa itu bukan semata-mata dipelajari saja namun harus dipraktekan agar paham bagaimana fungsi real-nya dalam dunia nyata.
Penulis     : Wika Dui Yanti (Sastra Inggris- Fakultas Ilmu Budaya)
DPL Â Â Â Â Â Â Â Â : Prof. Dr. Ari Pradhanawati, MS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H