Kebebasan Beragama
Itu Hak Azazi
Kebebasan Berbicara
Itu Hak Azazi
Kita Bebas Untuk Melakukan Segala-galanya
Asal Saja Tidak Bertentangan Dengan Pancasila
(penggalan syair lagu Hak Azazi Manusia, Rhoma Irama)
Dulu aku sangat tidak suka dengan Rhoma Irama. Walaupun aku mengenal nama besarnya, namun jika mendengar lagunya pasti dalam kondisi terpaksa, karena di tahun 1980-an suara Sang Raja Dangdut bergema di mana-mana, dari oplet sampai bus antar kota, dari pos ronda hingga ke rumah tetangga, dari desa merambah ke kota, juga di darat, di laut mau pun di udara, bahkan ke Malaysia hingga Singapura. Tapi entah kenapa, aku masih saja sangat tidak suka. Mungkin karena selera musikku yang memang berbeda. Atau mungkin karena ikut-ikutan omongan orang lain yang selalu mengejek dangdut sebagai musik kampungan. Entahlah, yang jelas, aku sangat tidak suka Rhoma Irama.
Saat ini, setelah Rhoma Irama digadang menjadi calon Presiden Republik tercinta ini melalui PKB. Terus terang awalnya aku mencemooh. Tapi setelah sering tampil di televisi lama kelamaan koq beda ya. Rhoma Irama punya kharisma yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan. Ia begitu lugas dan berpandangan luas. Pola pikirnya sudah tertuang dalam lagu-lagu yang ia ciptakan dan ia nyanyikan. Salah satu lagu yang menyentakku tadi malam melalui Metro TV dalam acara Lebih Dekat, adalah lagu yang berjudul “Hak Azazi Manusia”. Wow, keren. Dalam lagu tersebut nyata sekali pandangan Rhoma Irama dalam berkehidupan berkebangsaan, yaitu bebas dengan tetap berpegang pada Pancasila sebagai landasan dasar negara kita.
Lagu-lagu berikutnya juga menggambarkan sikap pluralisnya Sang Maestro Dangdut. Seperti yang tertuang dalam lagu 135 juta yang syairnya berbunyi : “Seratus tiga puluh lima juta, Penduduk Indonesia, Terdiri dari banyak suku-bangsa, Itulah Indonesia, Janganlah saling menghina, Satu suku-bangsa dengan lainnya, Karena kita satu bangsa, Dan satu bahasa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, Lambang negara kita Indonesia, Walaupun bermacam-macam aliran,Tetapi satu tujuan”. Beliau pun punya resep untuk selalu awet muda, sepertiyang tertuang dalam lagu berikut : “Apabila anda mau awet muda, Sesungguhnya mudah sekali obatnya, Usahakan selalu gembira, Walau sesen pun uang tak punya, Kalau perlu banyak-banyaklah tertawa, Tetapi jangan seperti orang gila, Bagi yang sudah tumbuh uban di kepala, Walau sudah tua coba berjiwa muda, Juga bagi orang yang tak bergigi lagi, Pasang gigi palsu kembali muda lagi”.
Dalam setiap lirik lagunya, jelas sekali kecintaannya pada Indonesia. Sayang aku tak banyak tahu lagu-lagunya, hanya mendengar sepotong-sepotong yang ditayangkan tadi malam. Tapi, intinya lagunya asyik-asyik dan Indonesia banget. Berikut cuplikan syair lagu “Dilarang Melarang” : “Dilarang melarang kesenangan orang, Asal tak mengganggu lain orang, Dilarang melarang kemauan orang, Asal maunya yang tak terlarang”. Atau pada lagu “Pembaharuan” yang mengedepankan nilai Pancasila : “Di zaman pembaharuan banyak perubahan, Tegarkan hatimu, tegarkan sikapmu,Terhadap nilai yang tiada sejalan, Dengan ruh ketuhanan, Dan yang bisa meruntuhkan akhlaq dan keimanan, Pantas untuk orang lain belum tentu untuk kita, Baik buat orang lain belum tentu buat kita, Benar kata orang lain belum tentu kata kita, Selaraskanlah dengan Pancasila”.
Menurut beberapa rekan Rhoma Irama yang tergabung dalam Soneta, maupun dari Denny Sakrie seorang pengamat musik, leadership yang dimiliki Rhoma Irama sangat kuat, bahkan ia mampu membesarkan dangdut di Indonesia hingga berpengaruh bagi banyak orang. Ia mampu mempengaruhi orang lain melalui lagu-lagunya. Ia mampu memotivasi orang lain melalui lagu-lagunya. Ia mampu menjalin komunikasi, bekerja sama bahkan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan hanya melalui lagu-lagunya. Luar biasa.
Rhoma Irama sangat pluralis, religius, bahkan sampai emansipasi wanita pun ia tuangkan lewat lagunya. Berikut pandangannya tentang emansipasi wanita yang tertuang dalam lagu : “Emansipasi wanita perlu di dalam pembangunan, Emansipasi wanita jangan sampai keterlaluan, Emansipasi wanita jangan melawan takdir Tuhan, Ini bencana, Majulah wanita, giatlah bekerja, Namun jangan lupa tugasmu utama, Apa pun dirimu, Namun kau adalah ibu rumah tangga, Wanita laksana tiangnya negara, Tanpa tiang coba Anda bayangkan, Kalau semua maju ke garis depan, Tentunya lemah di garis belakang, Kalau wanita juga sibuk bekerja, Rumah tangga kehilangan ratunya, Kalau wanita juga sibuk bekerja, Anak-anak kehilangan pembina, Bukan salah remaja kalau mereka binal, Bukan salah mereka kalau tidak bermoral, Bukan hanya makanan, bukan hanya pakaian, Yang lebih dibutuhkan cinta dan kasih sayang”
Tapi tentu saja Rhoma Irama bukanlah sosok yang sempurna, karena memang tak ada manusia yang sempurna seperti halnya tak ada gading yang tak retak. Pepatah “sepandai-pandainya tupai melompat sesekali jatuh juga”, juga terjadi pada Rhoma Irama, seperti keterpelesetannya saat mendukung Foke dengan memojokkan lawan politik. Tapi semua selesai dengan indah, itu mencerminkan kalau apa yang disampaikan bukan berasal dari kebencian, karena kalau ucapan yang berasal dari kebencian pasti akan berurat dan berakar sehingga sulit untuk mendekat kembali pada orang yang dibenci. Yang tak kalah hebatnya kesalahan beliau di mata publik adalah, banyaknya isteri yang dimiliki. Tentu bagi kaum ibu itu merupakan momok yang menakutkan, tapi tidak demikian bagi kaum bapak. Malah Rhoma Irama menunjukkan kejantanannya sebagai lelaki sejati. Karena ia menikahi wanita lain sepengetahuan isteri-isterinya. Lain halnya jika ia melakukan perzinahan, baik dengan para wanita penghibur atau wanita selingkuhan. Seperti yang banyak diungkapkan oleh lembaga survey bahwa 1 dari 10 lelaki Indonesia berselingkuh. Jelas ini sangat buruk dari pandangan norma mau pun pandangan agama.
Oleh sebab itu apa pun keadaannya, dan bagaimana pun kondisinya, setiap warga negara yang berkeinginan menjadi pemimpin di negeri ini patut kita apreasiasi. Masalah terpilih atau tidak itu kita serahkan pada masyarakatnya, semua akan kembali pada takdirnya. Sikap yang bijak jika ingin hidup ini indah dan damai, siapapun yang terpilih, kita harus menerimanya dengan lapang dada. Setelah itu marilah bersama-sama membangun negeri Indonesia tercinta ini secara gotong royong dan terus menerus sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dan Pemilu pun semakin dekat, mari kita kutip syair lagu Rhoma Irama yang berjudul “Pemilu” berikut ini :“Mari kita ramaikan, mari kita sukseskan, Pemilihan umum (Pemilu, pemilu-pemilu-pemilu), Dengan kebersamaan mari kita sukseskan, Pemilihan umum (Pemilu, pemilu-pemilu-pemilu), Pemilu itu bebas dan rahasia, Umum pula sifatnya bagi yang dewasa, Bebas artinya tidak boleh dipaksa, Dan itu rahasia bagi kita semua, Mari kita amalkan aturan permainan, Jangan sampai menyimpang berbuat kecurangan, Tunjukkan kejujuran dalam pelaksanaan, Di antara tiga tanda gambar, Pilih satu yang paling Anda suka (Pilih satu yang paling Anda suka), Apabila ada yang memaksa, Itulah pengkhianat Pancasila (Itulah pengkhianat Pancasila)”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H