Judul di atas bukanlah karangan, juga bukan imajinasi, tapi sesuatu yang benar-benar terjadi. Selepas Isya’ tadi malam MangDu melihat Raden Dengkul melintas bersama dua orang anak jagonya di depan rumah MangDu. Saat itu MangDu bersama keluarga dan tetangga sebelah rumah berkumpul di teras sedang membicarakan pembangunan jalan kampoeng Negeri TakSitaTakBis.
Raden Dengkul dibantu anaknya membuka gulungan yang ternyata sebuah baner, lalu bersiap untuk digantungkan di tiang listrik depan rumah MangDu. Cukup kaget melihatnya, rupanya Raden Dengkul adalah Caleg dari suatu partai yang para petingginya sedang menikmati empuknya hotel pordeo. Tapi ketika mendengar suara tawa dari teras MangDu, tiba-tiba Sang Caleg mengurungkan niatnya. Tanpa berkata ba bi bu lagi, ia memutar badan dan beralih pada tiang listrik berikutnya.
Olala, jadi Caleg koq bukannya bertegur sapa dengan para tetangganya. Malah seperti ingin bermusuhan. Padahal di teras MangDu sedang berkumpul calon pemilih potensial, yang satu orang saja bisa mempengaruhi seratus orang pemilih, he he he. Lagi pula MangDu tidak akan mempermasalahkan penancapan baner iklan caleg di tiang listrik itu. Malahan MangDu akan menjaga dan memperbaiki letak baner itu jika rusak atau posisinya berubah arah. Caleg apaan nih, pikir MangDu.
Bermacam opini liar muncul.
”Kira-kira Raden Dengkul itu serius nggak sih Nyaleg?” Tanya MangBiden.
”Ah, dia hanya ingin kelihatan hebat saja!” sela MangDu.
”Bukan, dia mau nyombongin dirinya karena bisa Nyaleg” BikYa berkata sambil cekikikan.
”Sudah yakin bakalan terpilih kali ya” CikYaLena merasa gerah. ”Mungkin di kampoeng lain sudah banyak pemilihnya” lanjut CikYaLena lagi.
”Maklum, Orang PenTing, Pendek keriTing” ucap Panjut yang notabene sahabat politik Raden Dengkul diiringi gelak tawa.
”Belum usai Pemilu, sudah gila duluan si Raden Dengkul” kata yang lainnya sambil melepaskan tawa geram.
Tiba-tiba MangDu agak serius beropini. Menurutnya, dari kejadian tersebut masyarakat sudah bisa menilai kualitas seorang caleg. Paling tidak, Raden Dengkul telah menunjukkan betapa picik pola pikirnya. Kurangnya tingkat kedewasaan. Kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat, terlalu sibuk dengan dagangan di pasar dari pagi sampai malam atau kegiatan mengadu ayam jantan. Sehingga dengan menjadi Caleg saja dia sudah merasa menjadi orang hebat. Bagaimana nanti kalau sudah berubah jadi Aleg? Pastinya ia semakin tidak peduli dengan lingkungan. Apalagi mau berterima kasih pada masyarakat pemilihnya.
Oleh sebab itu berikut ini adalah tip’s bagi masyarakat yang ingin menentukan caleg pilihannya.
- Kehidupan Caleg Dalam Lingkungannya
Poin ini merupakan syarat yang tidak bisa dianggap enteng untuk menentukan Caleg yang akan dicoblos kelak. Hubungan yang harmonis dengan para tetangga. Kepedulian terhadap lingkungan, baik saat ada hajatan, gotong royong, keterlibatan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan keramah-tamahan dalam pergaulan sehari-hari. Itupun harus diperhatikan pula sikapnya saat ia menghadiri setiap kegiatan, apakah ia terlibat langsung, atau hanya memerintah saja, omong doang, omong besar atau duduk-duduk saja tanpa peduli aktivitas orang lain. Ataukah berprilaku sombong, angkuh, mau menang sendiri, menunjukkan ke”aku”annya dan sebagainya, semua itu berpengaruh besar terhadap prilaku Caleg dalammengemban amanat rakyat kelak. Masyarakatlah yang merasakan. Biasanya prilaku seperti ini justru akan kalah di kandangnya sendiri.
- Latar Belakang Pendidikan Caleg
Pendidikkan sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan seseorang. Logikanya, semakin tinggi pendidikkan seseorang akan semakin tinggi pula pengetahuan yang ia miliki. Tapi apa lacur. Banyak gelar kesarjanaan yang dapat dibeli, cukup terdaftar sebagai manahasiswa tanpa pernah ikut kuliah, tahu-tahu sudah ikut wisudah. Banyak pula yang sudah berpendidikkan tinggi tapi minim pengalaman membuatnya seperti katak dalam tempurung, bahkan lebih parah dari itu, merasa lebih hebat sendiri, merasa paling pintar dan paling tahu seisi dunia.
- Latar Belakang Keluarga Caleg
Keluarga sangat menentukan dalam pembentukkan sikap dan prilaku. Orang bisa pelit, bisa kikir, terbentuk dari keluarga yang mengayominya. Contoh : saat anak-anak seseorang diminta oleh ibunya untuk tidak memakan kue dekat teman-teman bermainnya, ”nanti habis kuemu” ibunya berkata. Pesan ini akan selalu terngiang di benak seorang anak, sehingga sulit baginya memberi kepada sesama. Orang pelit akan mudah terbaca dalam pergaulan sehari-harinya. Gampang dirasakan. Gampang dicerna. Karena pelit sangat kentara. Seperti Raden Dengkul di atas, teman-teman sepermainnya sudah tahu semua bahwa anak-anaknya orang yang sombong dan pelit.
- Status Sosial Caleg
Erat kaitannya dengan pekerjaan dan penghasilan. Terjadi dalam masyarakat kebanyakan, semakin tinggi status sosial seseorang semakin sombong ia dengan masyarakatnya. Semakin rendah status sosial semakin ramah ia dengan lingkungan. Tapi tidak dengan Caleg. Karena mindsetnya sudah dipenuhi dengan rapat-rapat, jalan-jalan ke luar negeri, mobil yang akan segera berganti, gubuk yang disulap menjadi istana membuatnya lupa dengan rendahnya status sosialnya, sehingga walaupun hidup ala kadarnya ia tetap berlaku sombong. Apalagi jika caleg tersebut seorang pengangguran, pastinya ia sedang mencari pekerjaan. Masyarakat menengah kebawah, masih menganggap bekerja di pemerintahan atau di perusahaan besar masih menjadi impian. Oleh sebab itu caleg yang berasal dari pedagang kecil-kecilan pun apalagi pengangguran pastinya ingin meningkatkan status sosialnya sebagai pegawai yang mendapatkan posisi mantap dan mapan.
Oleh sebab itu pilihlah Caleg yang sudah memiliki cikal bakal nilai kenegarawanan. Jika dalam masyarakat kebanyakan akan sangat jelas terlihat, seperti ikut memikirkan kesejahteraan warga, sikap suka membantu tetangga, rajin memperbaiki jalan di kampung, suka bertegur sapa, bersilaturahmi, tidak pelit apalagi sombong, disenangi semua orang. Akhirnya, kita kembali pada masyarakat pemilih itu sendiri. Apakah ingin merubah nasib bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Mempunyai wakil yang mementingkan masyarakat banyak. Mengurus negara ini supaya aman dan aman. Para pemimpin yang amanah dan mengayomi rakyatnya. Semua terserah pada pemilih yang akan ditentukan tanggal 9 April 2014 mendatang, atau menunggu sampai lima tahun lagi atau tunggulah hingga datangnya kehancuran suatu negara TakSitaTakBis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H