aku melawanmu dalam diam
menghadang sepak terjang yang tak kelihatan
menyerang dengan kilat taring tajam
menyelam ke dalam rongga-rongga nafas kehidupanÂ
memangsa benih yang bersemayam
memaki imun yang berlebihanÂ
merongrong nadi,
suburkan radang-radang rapuh teronggok piluÂ
aku melawanmu dalam diam
karena engkau ada, meski tak adaÂ
lahirkan api di ujung mulut
panasnya melahap terang tubuhÂ
membara menjilati aliran darah,
lalu menyulap jadi deritaÂ
aku melawanmu dalam diam
meremah wajah-wajah pucatÂ
hanyutkan firman menghitam
menuju nisan pemakamanÂ
menyisakan pekat,
mendung berserak tercecer
entah di organ yang mana?
aku melawanmu dalam diam
menghilang dari hiruk pikuk dunia
menutup aliran darah dari sentuhan-sentuhan fana
melangitkan doa-doa melalui pintu-pintu di sepertiga malamÂ