Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tikus

8 Juli 2020   15:40 Diperbarui: 8 Juli 2020   15:37 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akulah tikus. Yang hidup dan mencari makan di rumah tuan besar. Aku tidak sendirian, banyak tikus-tikus lain yang menumpang hidup di rumah tuan besar. Bahkan bukan hanya golongan tikus saja, di sana ada  kecoa, kumbang, burung gereja, walet,  hingga kucing yang muncul sesekali.

Suatu ketika tuan besar ingin mengadakan pehelatan untuk memilih penghuni rumah paling populer.  

Aku, sebagai tikus  senior di rumah tersebut menyambutnya dengan gembira. Apalagi pesta besar  digelar di negeri Kucing, yang selama ini gemanya hanya kudengar lewat cerita saja.

"Aku harus ikut, dan harus menjadi pimpinan rombongan, agar kelak semakin populer dan tuan rumah semakin sayang padaku," pikirku.

Kali ini pilihannya ke kota para Kucing, kota bersahaja tempat segala macam budaya.

Pertemuan ini sangat penting dan menurut para tikus itulah even kebersamaan, maka semua tikus penghuni rumah tuan besar bersorak gembira.  Mereka antusias menyambut gelaran tahunan tersebut. Mereka ingin memahami kehidupan para kucing yang selalu menjadi momok menakutkan bagi mereka.

Salah satu tikus senior yang sudah malang melintang di rumah tuan besar, bahkan sengaja dipelihara tuan besar untuk selalu meramaikan rumah besar tersebut, seperti  biasanya langsung  mengambil inisiatif menjadi pahlawan. Kalau di dunia manusia, ia sudah dinobatkan menjadi non panitia terbaik, karena tidak terdapat dalam susunan kepanitiaan, tapi aktifnya luar biasa. Ia mengkoordinir tikus-tikus yang ingin menghadiri pertemuan  tersebut, lengkap dengan segala cuit-cuitannya yang tajam.

Mulailah ia kasak-kusuk khas tikus, dibujuknya sang tuan besar untuk menyediakan alat transportasi gratisan, lalu ia sibuk menghubungi tikus-tikus lainnya, bahkan dengan garang ia mendesak para tikus untuk menjawab setiap pesan yang ia sampaikan.

Ia pun menawarkan jasa baiknya dengan mencari motel tempat menginap para tikus kelak. Semua yang mau menginap harus membayar lunas sebelum hari keberangkatan.

Maklumlah, bukan panitia tentu saja tidak mau merugi jikalau ada yang gagal bayar. Lah, panitia di dunia manusia saja maunya cari untung. Apalagi tikus.

Mungkin, kalau manusia yang melaksanakan tidak perlu dituntut lunas sebelum tiba di penginapan, karena manusia lebih bijaksana. Zaman modern  sekarang ini mana ada orang membeli kucing dalam karung. Separah-parah penginapan, biasanya hanya meminta uang jaminan untuk satu malam, sisa malam berikutnya saat chek out. Tapi yah sudahlah, namanya juga dunia para tikus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun