Aisyah, panggilan gadis kecil berusia 8 tahun ini, cukup nyentrik untuk disuguhkan sebagai sosok anak-anak yang memiliki pemikiran cerdas. Meskipun ia bukan pemegang ranking satu apalagi juara umum di sekolahnya, tapi kehidupan sosialnya sangat jarang dimiliki oleh rata-rata anak seusianya.
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya saat bulan ramadhan, ia yang sudah melaksanakan puasa sebulan penuh berpikir, bagaimana menghabiskan waktunya menunggu azan maghrib dengan membaca buku tapi tidak membosankan.
Akhirnya, ia mengumpulkan buku-buku yang sudah tersimpan rapi di lemari, bahkan ada yang sudah diikat dalam kardus. Buku-buku tersebut ia susun di teras rumah, di sebuah rak buku yang ia ambil dari gudang.
Setelah tersusun rapi, ia memanggil teman-teman sepermainnya untuk berkumpul di teras rumah dan mengajak mereka belajar bersama, Â membaca, melukis, mewarnai ataupun menceritakan isi buku yang telah dibaca.
Melihat antusias Aisyah dan teman-temannya, maka aku membuatkan sebuah lemari kaca agar buku-buku itu dapat tersimpan rapi setiap selesai mereka bermain sambil belajar tersebut.
Ia memberi nama "Perpustakaan Mini Aisyah" untuk perpustakaannya, sekaligus tempat mereka bermain dan belajar. Menurutnya, karena setelah ada lemari kaca tersebut, buku-buku Aisyah terlihat masih sangat sedikit, masih banyak ruang kosong yang belum terisi. Jika ia berhasil mengumpulkan uang banyak, maka ia akan membeli buku sebanyak-banyaknya untuk memenuhi lemari tersebut, katanya.
Tanpa disadari, ia telah mendukung program pemerintah untuk Indonesia Pintar. Ia bersosialisasi dengan lingkungannya, tanpa menimbulkan kekhawatiran orang tua, karena menyediakan tempat bermain sekaligus tempat belajar.
Dan bagi orang tua Aisyah, tentu saja dengan adanya Perpustakaan Mini ini, maka tidak khawatir lagi Aisyah akan bermain jauh dari rumah, mengingat Aisyah seorang anak yang energik, yang kalau bermain lebih memilih permainan laki-laki daripada permainan perempuannya.
Sesekali ia berperan layaknya seorang guru, sesekali ia gentian menjadi murid. Perpustakaan Mini Aisyah ini akan ramai setiap hari Sabtu dan Minggu Sore. Sedangkan hari-hari biasa, hanya satu -- dua orang saja yang biasa berkunjung.
Semoga, cita-cita Aisyah untuk mendirikan sebuah perpustaan yang besar akan tercapai.