Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tuhan, Aku Ingin Bicara

28 Februari 2012   04:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:49 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini tatkala sang surya sudah menenggelamkan dirinya di ufuk timur belahan bumi, semua makhluk hidup yang bernama manusia mulai mengakhiri aktivitasnya tuk menuju peraduan.Tapi aku masih belum memikirkan tempat tidur, karena janji yang telah kubuat dengan teman semasa kuliah S2 dulu harus kutepati malam ini.Kami sudah lama tak bersua, hingga saat aku mengontaknya pagi tadi ia langsung mengajak bertemu.

“Aku tak bernasib membina karir sebagai pegawai pemerintahan” dia mulai menampakkan kesedihan setelah pembicaraan mengenai khabar masing-masing dan teman-teman lain yang masih sering bertemu diantara kami.“Sudah tiga puluh tahun saya bekerja, tapi sampai sekarang tak satupun jabatan yang pernah kudapatkan” lanjutnya mengungkapkan keluhan.

“Bagaimana dengan kehidupan keluargamu?” tanyaku

“Alhamdulillah, keluargaku baik-baik saja, hampir tak pernah ada pertengkaran diantara kami, hubungan dengan orang tua dan saudara-saudara lain juga harmonis, anak-anak bisa bersekolah dengan lancar tanpa perlu sogok sana sogok sini atau minta tolong sana minta tolong sini, mereka sudah berada pada forsinya” ia menceritakan kehidupan keluarganya.

“Lalu kenapa kamu menyesalkan nasibmu di pemerintahan?” aku mencobamemberi arahan bahwa keluarga jauh lebih penting untuk disyukuri.

“Biar bagaimanapun saya ingin keberadaan saya selama ini dihargai, ingin merasakan bagaimana seorang pejabat yang memiliki fasilitas kantor secara lengkap” lanjutnya

“Apa prestasimu yang pernah membanggakan?” selidikku

“Banyak.....tapi di birokrat tidak seperti itu, rekrutmen pejabat bukan didasarkan pada keahlian dan kompetensi yang dimiliki oleh individu seperti pada perusahaan tempatmu bekerja, tapi lebih dilihat dari kedekatan seseorang dengan pejabat yang berkuasa di atasnya, alhasil...korupsi yang dilakukan para birokrat sampai hari ini tidak pernah surut, malah makin menggila” dia bercerita panjang lebar

“Ha ha ha.....maksudnya pegawai di perusahaan sejenis dengan tempatku bekerja lebih berpeluang masuk surga daripada pegawai di pemerintahan sepertimu......? he he he” aku bercanda padanya

“Ah.....kau bisa aja....” ia sedikit merajuk

“Lantas.....kenapa kamu pingin jadi pejabat juga?” tanyaku

“Aku ingin menunjukkan pada mereka, bagaimana seharusnya seorang pejabat” jawabnya lantang, seakan-akan ia yakin sekali dia mampu berbuat yang terbaik bagi bumi pertiwi ini.

“Bagus....tapi artinya kamu harus siap-siap disingkirkan, siap-siap dimusuhi, siap-siap dicemooh” aku mengingatkan

“Nggak masalah.......aku akan menjadi golongan orang yang sedikit” jawabnya yakin

“Tantanganmu akan semakin besar.....kau harus berjuang ekstra keras, dan yang harus diperhatikan lagi adalah keselamatanmu sepanjang siang dan malam” kataku diiringi senyum candaan padanya. “Tapi, apakah pernah ada seorang pejabat seperti yang kau inginkan itu?” tanyaku menjadi serius lagi.

“Ada...hanya bertahan enam bulan, kemudian ia disingkirkan dengan cara yang tidak manusiawi, ia dijebak dan dipenjara” jawabnya lantang

“Nah Lho.... susah jadi orang idealis....Kau harus banyak bersyukur..” ajakku. “Karena kau telah menjadi orang pilihan” lanjutku lagi

“Koq.....orang pilihan?” tanyanya heran

“Ya, karena tidak dipersulit jalanmu ke surga” terangku

“Memang kenapa?” ia masih heran

“Karena jadi seorang pejabat itu banyak pertanyaannya di alam kubur kelak......semakin banyak jabatan yang pernah diemban, semakin banyak pertanyaannya......semakin sedikit jabatanmu, maka semakin sedikit pertanyaan malaikat kelak” lanjutku lagi menerangkan

“Kadang-kadang aku ingin bicara pada Tuhan.....kenapa begitu susah menjadi orang baik...setiap hari aku melihat aliran uang dari mana-mana yang tak jelas...setiap aktivitas selalu dikaitkan dengan uang...bahkan masyarakat minta tolong dalam kesusahanpun selalu dipungut bayaran, apalagi kalau pengusaha kaya raya...,duh....betapa nistanya dunia...tak ada pengabdian yang tanpa pamrih”ia mengeluh lagi. “Itu akibat masuk kerja juga banyak yang nyogok” katanya lagi

“Emang kamu nggak?” tanyaku tersenyum

“he he he.....terpaksa waktu itu...” dia balik tersenyum. “malah parahnya lagi ada seorang pejabat yang tidak mendukung anaknya sekolah dengan kursus-kursus, hanya sekolah tok, katanya...untuk apa banyak keahlian, mending uangnya ditabung, buat nyogok kerjaan kalau anaknya sudah selesai kuliah nanti..” lanjutnya bercerita tentang bobroknya menjadi pegawai pemerintahan

“Wah pantas, banyak pegawai yang bodoh tapi karirnya cemerlang....he he he” aku kembali mencandainya. “Tapi...masih adakan pegawai yang betul-betul lulus murni?” aku mengingatkannya supaya tidak terlalu menghujat instansinya

“Iya.....jika testnya langsung diawasi oleh pejabat tertinggi...” urainya pendek “Menurutku... sebetulnya mereka tidak bodoh, hanya saja, karena mindsetnya saja yang telah terisi oleh uang dan uang, akhirnya mereka diperbudak...hingga untuk memiliki orientasi pelayanan terhadap orang lainpun sudah tidak ada, apalagi jika ditanya masalah integritas,kepatuhan, memotivasi orang lain, palingan yang menonjol motivasi mencari uang, kerja sama mencari uang buat korupsi berjama’ah...he he he”ia kembali menguraikan kekesalannya

“Sudah ah....ngomong yang lain saja.....yang penting sekarang, bagaimana kita menikmati keadaan kita apa adanya, tanpa perlu merasa iri, merasa dengki sama orang lain, biar hidup kita tentram.... tram..dunia akhirat...rat.amin” kataku memutus pembicaraan.“Ayo kita makan aja bubur kacang ijo ini, abis tu kita pulang yook....aku dah ngantuk, besok mau kerja lagi....” ajakku sambil menyantap bubur yang sudah terhidang

Semogalah Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini dapat merubah manusianya menjadi manusia yang utuh seperti yang digembar gemborkan selama ini....amin..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun