Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Hancurnya Sebuah Negeri

26 Agustus 2014   17:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:31 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seekor elang menatap luruh ke hamparan laut lepas. Ia beretengger di dahan pohon beringin tua yang tumbuh di bebatuan tepi pantai. Jiwanya melayang tak menentu. Hatinya pilu tak kepayang. Pikirannya mengingat apa yang baru saja terjadi.

Alkisah, di sebuah hutan rimba alas roban akan mengadakan pemilihan pemimpin baru, setelah pimpinan lama yaitu seekor gajah besar berencana lengser karena termakan usia. Tersebutlah seekor macan bersaing keras dengan seekor kucing memperebutkan posisi itu.

Maka mulailah mereka membentuk tim sukses. Dari pihak macan terdapat singa, harimau, kerbau, sapi, badak, kambing, musang, semut, kupu-kupu dan burung-burung bahkan gajah sendiri mendukung macan sebagai jagoannya. Sedangkan di pihak kucing sedikit sekali pendukungnya, yaitu babi, anjing, monyet, tikus dan beberapa binatang melata yang hidup di dua tempat.

Sengitnya persaingan, membuat para pihak tak segan-segan saling menjatuhkan dengan menceritakan kejelekkan masing-masng, bahkan rela memfitnah satu sama lain. Akibatnya, seluruh penghuni hutan rimba alas roban menjadi terpengaruh dengan setiap hingar bingar berita tak berujung pangkal. Hal inilah yang kelak menjadi petaka besar, sebab cerita buruk tersebut memupuk rasa benci yang mengakar ke nurani para pendukung. Itulah yang menjadikan mereka tidak siap menghadapi kekalahan.

“Pilihlah macan, karena ia mampu mengaung ke seluruh pelosok bumi. Hutan alas roban kita tidak akan ada yang berani mengusiknya lagi”, teriak para pendukung macan.Macan juga dianggap mampu mencarikan makanan dan membangun sebuah hutan yang berwibawa dan disegani.

“Pilih pimpinan yang dekat dengan rakyat”, kata anjing mengajak para pemilih untuk memilih calon yang diidolakannya. Menurutnya kucing lebih merakyat, bahkan kucing tak segan-segan masuk got dan menjilati bulu-bulunya yang kotor. Terkadang kucing juga tanpa sungkan dan malu menjilati bulu anjing dan babi yang selalu bersamanya. “Jangan pilih macan, nanti kalian diterkamnya, seperti dulu lagi”, kata babi mulai mengkampanyekan keburukan macan.

Mendengar pernyataan demikian, para pendukung macan, terutama sapi dan harimau mulai melancarkan serangan balik. Berawal dari kondisi inilah maka lahirlah fitnah memfitnah diantara para pendukung masing-masing calon. Macan difitnah suka memangsa babi hutan hingga dianggap melanggar hak hidup para babi. Berita ini menyebar luas hingga seluruh keluarga babi menjadi takut dan bertekad untuk memenangkan kucing sebagai pimpinan mereka.

Sementara, dari kubu macan beredar fitnah keji tentang kucing yang suka mencuri tulang ikan. Bahkan kalau makan ikan dilahap bersih tanpa bersisa lagi. Belum lagi kegemaran kucing yang suka menerkam tikus, padahal tikus sendiri berusaha untuk menjadikan kucing sebagai pimpinannya. Akibatnya banyak pendukung kucing yang tadinya sangat terkagum-kagum dengan kepribadian kucing yang merakyat berpindah mendukung macan, karena bagi tikus, seganas apapun macan itu tak pernah menerkam mereka. Timbul fitnah baru lagi bahwa kucing adalah kacungnya babi dan anjing yang merupakan titipan dari negeri siluman.

Hari pemilihan telah tiba. Para binatang di tempat komunitas yang ramai berbondong-bondong mendatangi lokasi pemilihan. Mereka sangat antusias, menurut golongan ini pemimpin yang akan terpilih nanti sangat berpengaruh terhadap kehidupan mereka kedepannya. Oleh sebab itu mereka bersuka cita bahkan saling mengejek satu sama lain untuk mengunggulkan calon pimpinan yang diidolakannya.

Sedangkan binatang yang tinggal di tempat sepi dan jauh dari lokasi pemilihan memilih untuk tidak memilih. Mereka hanya pasrah menunggu hasilnya saja. Menurut binatang yang golongan ini, tidak ada gunanya juga ikut memilih calon pemimpin, toh hasilnya sama saja buat mereka, tidak berpengaruh terhadap kehidupan mereka selanjutnya.

Sore harinya diketahui pemenang dari pemilihan pimpinan hutan tersebut adalah kucing. Walaupun komunitas binatang yang mendukungnya sedikit tapi mereka solid dan mampu mempengaruhi binatang dari komunitas lawan untuk mengalihkan pilihannya pada kucing. Hal ini tak lepas dari kerja keras para anjing dan babi yang senantiasa melemparkan issue-issue positif tentang kucing dan memposisikan kucing sebagai tokoh yang teraniaya.

Elang, sebagai salah satu pendukung macan tak bisa menerima kekalahan itu. Gejolak dalam dadanya begitu kencang ingin memenangkan jagoannya. Ia merasa ada kecurangan dalam pemilihan tersebut. Dari berbagai sudut ia menunjukkan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh team kucing. Namun, semua upayanya tak membuahkan hasil. Tak satu pun binatang-binatang yang ada di hutan itu menghiraukannya. Bahkan para pendukung macan yang berduyun-duyun membantu elang untuk membatalkan pemilihan itu pun tak berkutik dibuatnya.

Akhirnya hari pelantikkan pun telah tiba. Kucing dinobatkan sebagai pimpinan tertinggi di hutan belantara itu. Semua pendukung kucing bersorak gembira. Di sudut lain para pendukung macan sangat sedih, apalagi para pendukung kucing semakin sering mengolok-olok kekalahan macan dengan sebutanmacan ompong dan lain sebagainya. Akibatnya jiwa-jiwa binatang yang menghuni hutan belantara alas roban itu rapuh karena dipupuk rasa saling benci dan permusuhan. Mereka rela meninggalkan pertemanan demi mempertahankan pendapatnya tentang pimpinan yang didukung.

Sebuah komunitas yang hampa yang dihuni oleh jiwa-jiwa yang saling bermusuhan sangat mudah untuk dihancurkan. Dan tibalah masa itu. Masa di mana penduduk hutan dari negeri siluman yang sudah lama mengincar ingin menghancurkan hutan alas roban berdatangan untuk memporakporandakan hutan alas roban yang selama ini hidup rukun dan damai.Kehancuran ini bukan karena salah memilih pemimpin, tapi salah dari para penghuninya yang terlalu mengelu-elukan calon pimpinannya, sehingga menimbulkan permusuhan satu sama lainnya. Inilah yang menjadi kunci kehancuran hutan alas roban.

Kini hanya tinggal elang yang masih bisa bertahan. Tak henti-hentinya ia menitikkan air mata, mengingat semua teman-temannya baik yang mendukung macan maupun yang mendukung kucing sudah berserakkan tercabik-cabik dan terkoyak-koyak menjadi bangkai busuk. Sementara kucing disandera oleh petinggi negeri siluman untuk dijadikan alat memata-matai hutan rimba lainnya. Sedangkan macan sudah tidak diketahui lagi keberadaannya. Khabar terakhir diterima ia sudah hidup bahagia di sebuah gua bersama seorang manusia yang terkenal dengan sebutan nenek sihir.

Tamat suatu riwayat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun