Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Met Ultah Pak Jokowi, From Jawa For Indonesia

21 Juni 2016   06:30 Diperbarui: 22 Juni 2016   08:28 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya orang Jawa yang tinggal di Bogor, tapi nggak mau disebut Putra Jawa Kelahiran Bogor soalnya kalo disingkat jadinya Putra Kebo (kerbau) . saya Paling sebel kalau mau pulang ke Solo, ada yang nyeletuk mau ke Jawa pak? Saya ingin berteriak Halooo..emangnya Bogor itu pulau, kan masuk pulau Jawa. Tetapi ternyata kebiasaan di ibukota menyebut Jawa itu identik dengan Jawa Timur, Jogja dan Jawa Tengah , kalo Jawa Barat itu Sunda nggak apa orang Jawa itu suka ngalah. Maksudnya mengalahkan suku lain di Pilpres.

Suku Jawa itu terbesar di Indonesia, yakni 35% dan 40% tinggal di Jakarta. Meskipun mayoritas namun suku Jawa itu nrimo misalnya bahasa Jawa tidak dipergunakan sebagai bahasa nasional. Sebenarnya bukan nrimo tapi bahsa jawa itu ribet, dibanding bahasa Melayu yang lebih simple. Misalnya kata makan, kalau bahasa Indonesia itu Presiden makan, pengemis makan, monyet di ragunan makan. Kalau pakai bahasa Jawa Presiden dhahar, pengemis mangan. Monyet di ragunan Mbadhok …..ribet kan.

Tapi meski tidak digunakan sebagai bahasa nasional, bahasa Jawa digunakan di puluhan Negara yang ada TKI Orang Jawa. Negara yang masih menggunakan bahasa jawa yakni Suriname dan kaledonia baru. Bahkan orang Jawa sudah dimpor karena jadi menteri di Suriname.  Presiden  Indonesia pun mayoritas jawa yakni Soekarno, Soeharto, Gus Dur, megawati, SBY, dan Jokowi. Hanya pak habibe yang dari luar Jawa, itu pun karena kejatuhan mandat bukan dipilih. Kalau dipilih pasti kalah karena orang Jawa kecewa sejak kepimpinannya kota Tegal dihapus diganti Teqal.

Orang Jawa punya budaya local yakni malu, ragu dan pekewu. Di kalangan orangtua, tradisi ini masih kental, namun di kalangan pemuda makin memudar. Orang Jawa itu pada dasarnya pemalu, kalau tertawa ditutupi mulutnya takut warna giginya kelihatan. Kalau mau pinjam sesuatu malu, takut dikira nggak punya padahal iya, kalau bertamu disuruh makan malu, padahal lapaar beneran. Begitu tuan rumah masuk ke dalam, makanan dimeja disikat habis, jadinya malah malu-maluin.

Orang Jawa itu ragu karena takut salah. Seharusnya yang ditakuti itu Tuhan bukan salah. Suka kebanyakan mikir jadi kelamaan. Misalnya ada yang nawarin kerjaan, mikir akhirnya diambil orang, jadinya nganggur. Makanya di sidang pengadilan itu kalau vonis dijatuhkan, terdakwa diberi tiga pilihan menerima, banding atau pikir-pikir irtu untuk mengakomodasi permintaan orang Jawa.

Ketiga orang Jawa itu pakewuh, nggak enak hati takut menyinggung perasaan. Mau nagih hutang pakewuh, mau pinjam uang pakewuh, mau melamar cewek pakewuh.  Saran saya sifat pakewuh, malu atau ragu-ragu jangan digunakan untuk ibadah. Mau ke masjid, ragu-ragu atau mikir nanti keburu iqomahmau kasih zakat pakewuh nanti yang dikasih takut tersinggung, malah nggak jadi bayar zakat,  mau sholat malu dilihat malaikat gara-gara baca Alfatihah jadi Alfatekah.

(ini hanya komedi jangan dimasukkan hati, masukkan perut saja biar kenyang hehehe)

Dudun Purbakala 

Juara 2 Syand Up Comedy PON Bogor 

Komika Sosial Media https://www.vidio.com/@dudunpurbakala

Penulis Buku Sacred Promise http://fiksiana.kompasiana.com/dudunhamdalah/sacred-promise-menguak-skandal-korupsi-dana-haji_574cd337959773340518cf6f

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun