"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Â
Setiap muslim, pasti hafal dengan doa sapu jagat di atas. Doa yang memiliki keutamaan begitu besar tersebut sangat jelas menunjukkan posisi Islam sebagai agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk meraih kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini sekaligus menyiratkan bahwa setiap dari kita, umat Islam, harus menggapai kejayaan selama hidup di dunia dan kelak di alam keabadian. Bahkan, kita harus bisa menjadikan kejayaan dan kesuksesan hidup di dunia sebagai wasilah (sarana) untuk meraih kebahagiaan akhirat.
Salah satu caranya adalah Islam mengarahkan tiap pengikutnya untuk memiliki pola pikir (mindset) yang benar ketika memandang sebuah kekayaan. Hal ini tentunya perlu dimulai dengan memahami seperti apa konsep ekonomi Islam. Terlebih banyak orang yang masih menganggap bahwa Islam adalah agama yang tidak memperbolehkan pengikutnya untuk hidup keberlimpahan harta.
Pandangan tentang ekonomi Islam (Iqtishodi) lebih mendalam disampaikan oleh Prof. Dr Yusuf Al-Qaradhawi dalam kitabnya Malaamih Al Mujtama Al Muslim. Dari penjelasan pemikir Islam kontemporer tersebut yang menarik adalah pernyataan bahwa Islam merupakan satu-satunya agama dan juga satu-satunya ideologi yang menempatkan dunia berada tepat di tengah-tengah. Tidak ekstrem kiri ataupun kanan. Pernyataan ini menyiratkan bahwa Islam merupakan agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Apakah benar demikian?
Nyatanya, pendapat ulama besar Mesir yang sekarang tinggal di Qatar tersebut, bertolak belakang dengan kondisi realita umat muslim saat ini, terutama dalam bidang perekonomian. Sebagian besar pembahasan mengenai ekonomi islam ini menempatkan Islam sebagai agama yang masih condong ke kiri atau menjauhi dunia. Inilah yang menyebabkan semangat untuk meraih kejayaan dunia menjadi melemah. Pemahaman ini juga berdampak pada posisi perekonomian negara-negara mayoritas Islam masih berada di bawah negara-negara mayoritas non muslim.
Mestinya umat Islam bersyukur memiliki Risalah Islam yang berada di pertengahan, tidak menjauhi dunia tetapi juga tidak menuhankan dunia, bahkan menjadikan dunia sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan akhirat. Keberadaan Islam di tengah-tengah merupakan anugerah yang luar biasa bagi para pengikutnya. Hal ini juga didukung dengan pendapat Syekh Yusuf Al Qaradhawi yang mengutip surat Al-Adiyaat ayat 8.
Artinya "Sesungguhnya manusia itu menjadi bakhil karena sangat cintanya kepada (Al-khair) harta yang banyak.
Di samping maksud dari ayat itu, mayoritas ulama ahli tafsir sepakat mengatakan bahwa yang disebut dengan al khair pada ayat tersebut adalah harta atau kekayaan yang melimpah. Allah SWT menyebut harta kekayaan yang banyak sebagai al khair. Artinya, harta kekayaan yang banyak merupakan "al khair" atau sesuatu yang baik. Penyebutan khair merupakan sesuatu yang penting sebab bagi umat Islam, amat sulit melakukan amal kebaikan tanpa adanya harta. Tanpa harta, kita tidak bisa membantu orang lain, tidak bisa berdakwah, tidak bisa menjayakan umat, bangsa, dan negara tercinta.
Syekh Yusuf Al-Qaradhawi juga menyinggung surat al-Baqarah ayat 180, yang isinya: