Proses modernisasi militer Indonesia yang sudah dijalankan sejak tahun 2004 sampai saat ini sudah menunjukkan peningkatan kekuatan militer Indonesia. Hal ini merupakan buah dari komitmen pemerintah Indonesia yang tidak ingin harga diri bangsa Indonesia dilecehkan oleh negara lain. Dan komitmen ini meski belum berjalan sempurna sudah berada pada jalur yang cukup tepat untuk membawa perubahan berarti di kekuatan militer Indonesia.
Jika dulu sebelum tahun 2004, kondisi militer Indonesia sangatlah memprihatinkan karena kebanyakan alutsista TNI sudah dalam kondisi tua dan sudah memerlukan peremajaan segera. Keadaan semakin parah ketika tahun 1999-2005 militer Indonesia menerima sanksi embargo dari Amerika dan sekutunya yang membuat banyak sekali alutsista TNI akhirnya mangkrak karena kekurangan suku cadang.
Pesawat tempur Indonesia adalah salah satu yang paling parah ketika embargo militer Indonesia pada tahun 1999-2005 tersebut. Ketika itu, pesawat tempur Indonesia yang kebanyakan adalah buatan Amerika tidak bisa terbang karena tidak adanya suku cadang. Pesawat tempur F-16 Falcon hanya beberapa unit yang bisa terbang, itupun dengan mengorbankan pesawat F-16 lain untuk ‘dikanibalisasi’ untuk diambil bagiannya dan dijadikan sparepart bagi pesawat F-16 yang masih bisa terbang.
Pesawat tempur lain seperti F-5 yang juga buatan Amerika juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Praktis pesawat tempur andalan Indonesia ketika itu hanyalah 2 skuadron Hawk-109/209 yang baru tiba dari Inggris. Pesawat tempur Hawk-109/209 ini bahkan pernah hampir bentrok dengan pesawat tempur F/A-18 Hornet milik Australia yang memprovokasi Indonesia.
Alutsista TNI AU untuk periode tahun 2015-2020 ini pada awalnya masih akan didominasi kedatangan alutsista TNI terbaru yang dibeli pada masa pemerintahan Presiden SBY tahun 2009-2014 lalu. Sebagai contoh adalah kedatangan beberapa jenis pesawat tempur Indonesia yang sudah dipesan sebelumnya dari luar negeri. Diantaranya adalah 24 unit pesawat tempur F-16 setara Block 52 dari Amerika yang baru 5 unit saja yang tiba di Indonesia. Sisanya sebanyak 19 unit akan datang kembali sepanjang tahun 2015 ini.
Alutsista TNI AU lainnya yang merupakan bagian dari pembelian di era pemerintahan SBY tahun 2009-2014 adalah pesawat tempur anti gerilya EMB-314 Super Tocano dari Brazil. Dari 16 unit yang dipesan Indonesia, baru 8 unit yang tiba sampai tahun 2014 lal dan sisanya akan datang ditahun 2015-2016 ini. Meski datangnya di era pemerintahan Jokowi, alutsista TNI AU ini dibelinya dimasa pemerintahan SBY.
Lalu apa saja alutsista TNI terbaru untuk TNI AU yang akan dibeli oleh pemerintahan Presiden Jokowi tahun 2015-2020? Alutsista TNI terbaru yang pasti dibeli dimasa pemerintahan Presiden Jokowi adalah alutsista pengganti pesawat tempur F-5 TNI AU. Sebanyak satu skuadron pesawat tempur F-5 akan segera diganti oleh pesawat tempur canggih dimana kandidatnya adalah F-16 Block 60, Su-35 BM dan Gripen E/F. Kemungkinan kepastian apa alutsista TNI terbaru pengganti F-5 ini akan diumumkan pada tahun 2015 ini.
Selain pengganti F-5, ada juga kemungkinan pesawat tempur Indonesia akan ditambah lagi dengan pengadaan satu skuadron pesawat tempur setelah pengganti F-5 diumumkan. Namun penambahan pesawat tempur Indonesia setelah pengganti F-5 ini masih sebatas prediksi penulis saja. Bisa saja prediksi penambahan alutsista TNI ini baru direalisasikan di tahun 2020 ketas nanti.
Kekuatan Alutsista
Setelah disetujui sebagai Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo memuji pemahaman para anggota Komisi I DPR terhadap tugas TNI dan ancaman yang harus dihadapi.
Terkait masalah alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang menjadi sorotan banyak pihak menyusul jatuhnya pesawat Hercules di Medan, Gatot menyatakan pihaknya sudah berkomitmen bersama Komisi I DPR bahwa alutsista harus menggunakan pesawat udara baru.
Sebuah analisis yang dipublikasikan Global Fire Power belum lama ini memberikan evidence yang obyektif untuk menunjukkan peta kekuatan militer negara-negara di seluruh dunia. Berdasarkan uji data yang mendukung kekuatan militer, daya tahan, stamina dan survival yang mendukungnya, Indonesia berada pada tempat terhormat, di urutan ke 18, menduduki puncak klasemen di kawasan ASEAN, bahkan mengungguli kekuatan Australia yang ada di posisi ke 24 ranking militer seluruh dunia.