Beberapa penelitian mengatakan bahwa bahasa-bahasa daerah kita sedang menuju kepunahan. Saya tidak menyertakan sumber penelitiannya dan memang tidak memiliki link-nya.
Tanpa mendasarkan pada hasil penelitian pun sebenarnya dapat kita rasakan tanda-tanda itu. Â Di daerah - di kampung kami, anak-anak kini berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Sudah semakin sedikit penutur Bahasa Batak.Â
Di kota-kota apalagi, bahkan generasi yang lebih tua tak banyak lagi yang menguasai Bahasa Batak. Banyak kata-kata dari perbendaharaan Bahasa Batak yang tak pernah digunakan lagi. Akhirnya hilang, tak ada yang mengingat.
Gereja-gereja etnis pun tak kuasa menahan kepudaran Bahasa Batak. Kini mereka harus menyesuaikan liturginya dengan kemampuan anggota jemaat. Liturgi gereja kini didominasi Bahasa Indonesia, terutama yang diadakan khusus untuk kaum muda.
Merespon hal itu, tidak cukup hanya mengeluh. Perlu ada aksi. Kami dari komunitas Palambok Pusu-pusu telah menggalakkan penggunaan Bahasa Batak melalui media sosial Facebook. Menulis dengan menggunakan Bahasa Batak.
Lalu terakhir ini, Palambok Pusu-pusu pun telah melahirkan satu badan formil yang tujuannya adalah pelestarian budaya Batak, khususnya Bahasa Batak. Kami telah membentuk Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak.
Kami berharap, kalau tidak bisa menghambat, pinomat dapat memperlambat kepunahan Bahasa Batak.
Mohon dukungannya ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H