Perang kekinian adalah perang budaya dan perang budaya adalah perlombaan proses mendidik generasi muda. Perlombaan proses mendidik membutuhkan tenaga-tenaga guru yang profesional dan ideal. Kesalahan mendidik yang dilakukan guru akan berakibat jangka panjang, maka para guru “terlarang” melakukan kesalahan. Kesalah yang dilakukan para guru dalam proses mendidik dan mengajar akan berdampak jangka panjang dan berjenjang. Kesalahan yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan generasi pincang, pecundang bukan pemenang.
Begitu pentingnya mendidik dengan baik karena masa depan peradaban sebuah bangsa tergantung bagaimana gurunya mendidik pada saat ini. Sungguh berat tanggung jawab guru, karena Ia adalah manusia yang tak boleh salah. Ungkapan bijaknya siswa boleh salah karena sedang belajar tapi guru tak boleh salah karena Ia adalah pengajar dan pendidik. Guru adalah pribadi yang dituntut ideal dan sempurna.
Pada hakekatnya semua manusia adalah makhluk pembelajar dan “boleh” salah. Hanya Tuhan yang tidak akan salah dan tidak butuh belajar. Mengapa kemudian guru “dipaksa” tidak boleh salah? Ini sesungguhnya adalah sebuah motivasi kepada para guru agar menjadi guru harus benar-benar dipertanggung jawabkan secara profesional. Guru yang profesional setidaknya harus memiliki kompetensi mumpuni dalam hal kepribadian, sosial, pedagogik dan profesional.
Ketika Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) begitu menjamur dan mudah didapat maka ada kekwatiran lahirnya lulusan yang tidak mompeten. Lulusan yang tidak kompeten ini akan berdampak pada kualitas layanan pendidikan di ruang-ruang kelas. Padahal pepatah bijak mengatakan “Apa yang terjadi di ruang kelas hari ini adalah apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang”. Ruang kelas adalah miniatur kehidupan masa depan. Nah bagaiman bila ruang kelas tidak kondusif dan bahkan melahirkan sesuatu yang negatif.
Sesuatu yang negatif diruang kelas bisa terjadi bila guru tidak mampu mengelola warga kelasnya untuk menjadi pembelajar yang baik. Guru dituntut untuk menjadi pribadi terbaik dihadapan siswanya. Ia harus memenuhi semua harapan siswa tentang banyak hal, pengetahuan, kebijaksanaan, kedisiplinan, penampilan, keberanian, kreatifitas, sampai dengan kemampuan berpikir kritis harus terlahir dari guru.
Guru menjadi pribadi yang tak boleh salah. Guru jangan datang terlambat di sekolah atau di ruang kelas, guru jangan kikir apresiasi, guru jangan mudah menjudge anak yang melakukan kesalahan, guru jangan pilih kasih, guru jangan terlihat kurang pintar, guru harus menjadi pribadi yang mampu dalam segala hal dihadapan siswanya. Seorang guru sebaiknya terlahir dari generasi terbaik di negeri ini. Mengapa demikian? Agar para guru yang terlahir dari generasi terbaik di negeri ini minimize dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik dan mengajar.
Bila para guru berasal dari siswa “pelarian” yang berlatar belakang tidak diterima di PTN favorit dan kalah bersaing kemudian putar haluan, banting setir memilih kuliah di LPTK. Tidak kebayang bila siswa dengan kualitas rendah menjadi calon guru plus kuliah di LPTK swasta yang tercatat sebagai LPTK bodong. Karena “keberuntungan” yang luar biasa guru “bodong” ini kemudian jadi PNS maka sungguh akan melahirkan bencana pada masa depan generasi kita.
Idealnya bila guru tidak boleh salah maka calon guru harus terlahir dari siswa terbaik, seleksi terketat, dibiayai oleh negara, ikatan dinas, gaji paling tinggi, fasilitas paling mudah dari negara agar proses “perang pendidikan” dimenangkan oleh kita. Hindari atau atur dengan ketat agar tidak ada lagi guru yang tidak kompeten dan terlahir dari siswa biasa untuk menjadi guru.
Guru masa kini masih banyak yang bermasalah, semoga guru masa depan semakin baik dan menjadi pilihan favorit dari generasi terbaik di negeri ini. Syarat sederhana agar profesi guru menjadi pilihan favorit generasi terbaik adalah masalah kesejahteraan. Guru harus menjadi profesi dengan gaji tertinggi dan terketat dalam rekruitmennya. Selama menjadi guru bisa “diciptakan” dengan LPTK yang akreditasinya dipaksakan maka selama itu pula masa depan perbaikan generasai bangsa akan sulit. DNK
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI