Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semua Boleh Salah Kecuali Guru

24 Maret 2016   14:25 Diperbarui: 24 Maret 2016   14:53 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perang kekinian adalah perang budaya dan perang budaya adalah perlombaan proses mendidik generasi muda.   Perlombaan proses  mendidik  membutuhkan tenaga-tenaga guru yang profesional dan ideal.  Kesalahan  mendidik yang dilakukan  guru akan berakibat jangka panjang, maka  para guru “terlarang” melakukan kesalahan. Kesalah yang dilakukan para guru  dalam proses mendidik dan mengajar akan berdampak  jangka panjang dan berjenjang. Kesalahan yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan generasi pincang, pecundang  bukan pemenang.

Begitu pentingnya mendidik dengan baik  karena masa depan peradaban sebuah bangsa tergantung bagaimana gurunya mendidik pada saat ini.  Sungguh berat tanggung jawab guru, karena Ia adalah manusia yang tak boleh salah. Ungkapan bijaknya  siswa boleh salah karena sedang belajar tapi guru tak boleh salah karena Ia adalah pengajar dan pendidik.  Guru adalah pribadi yang dituntut ideal dan sempurna.

Pada hakekatnya semua manusia adalah makhluk pembelajar dan “boleh” salah. Hanya Tuhan yang tidak akan salah dan tidak butuh belajar.  Mengapa kemudian guru “dipaksa” tidak boleh salah? Ini sesungguhnya adalah sebuah motivasi  kepada para guru agar menjadi guru harus benar-benar dipertanggung jawabkan secara profesional.  Guru yang profesional setidaknya harus memiliki kompetensi mumpuni dalam hal kepribadian, sosial, pedagogik  dan profesional.

Ketika Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK)  begitu menjamur dan mudah didapat maka ada kekwatiran  lahirnya lulusan yang tidak mompeten.  Lulusan yang tidak kompeten ini akan berdampak pada kualitas layanan pendidikan di ruang-ruang kelas. Padahal  pepatah bijak mengatakan “Apa yang terjadi di ruang kelas  hari ini adalah apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang”. Ruang kelas adalah miniatur kehidupan masa depan. Nah bagaiman bila ruang kelas tidak kondusif dan bahkan melahirkan sesuatu yang negatif.

Sesuatu yang negatif diruang kelas bisa terjadi bila guru tidak mampu mengelola warga kelasnya untuk menjadi pembelajar yang  baik.  Guru dituntut untuk menjadi pribadi terbaik dihadapan  siswanya. Ia harus memenuhi semua harapan  siswa tentang banyak hal,  pengetahuan, kebijaksanaan, kedisiplinan, penampilan,  keberanian, kreatifitas, sampai dengan kemampuan berpikir kritis harus terlahir dari guru.

Guru menjadi pribadi yang tak boleh salah. Guru jangan datang terlambat di sekolah atau di ruang kelas,  guru  jangan kikir apresiasi, guru jangan mudah menjudge anak yang melakukan kesalahan, guru jangan pilih kasih, guru jangan terlihat kurang pintar, guru harus menjadi pribadi yang mampu dalam segala hal dihadapan  siswanya.  Seorang guru sebaiknya terlahir dari generasi terbaik di negeri ini. Mengapa  demikian? Agar para guru yang terlahir dari generasi terbaik di negeri ini minimize dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik dan mengajar.

Bila para guru berasal dari siswa “pelarian” yang berlatar belakang tidak diterima di PTN favorit  dan kalah bersaing  kemudian putar haluan, banting setir memilih  kuliah di LPTK.  Tidak kebayang bila siswa dengan kualitas rendah menjadi calon guru plus kuliah di LPTK swasta yang tercatat sebagai LPTK bodong.   Karena “keberuntungan” yang luar biasa guru “bodong” ini kemudian jadi PNS maka  sungguh akan melahirkan bencana pada masa depan  generasi kita.

Idealnya bila guru tidak boleh salah maka calon guru harus terlahir dari siswa terbaik, seleksi terketat, dibiayai oleh negara, ikatan dinas, gaji paling tinggi, fasilitas paling mudah dari negara agar proses “perang pendidikan” dimenangkan oleh kita.  Hindari atau atur dengan ketat agar tidak ada lagi guru yang tidak kompeten dan terlahir dari siswa biasa untuk menjadi guru. 

Guru masa kini masih banyak yang bermasalah, semoga guru masa depan semakin baik dan menjadi pilihan favorit dari  generasi terbaik di negeri ini. Syarat sederhana agar profesi guru menjadi pilihan favorit generasi terbaik adalah masalah kesejahteraan. Guru harus menjadi profesi dengan gaji tertinggi dan terketat dalam rekruitmennya. Selama menjadi guru bisa “diciptakan” dengan LPTK  yang akreditasinya dipaksakan  maka selama itu pula masa depan perbaikan generasai bangsa  akan sulit. DNK

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun