Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pungli Dunia Pendidikan, Siapa yang Terlibat?

21 Oktober 2016   20:38 Diperbarui: 21 Oktober 2016   20:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ancaman terberat di negeri ini ketika dimensi pendidikan yang menjadi andalan pembenahan bangsa melalui proses membangun SDM mengalami masalah.  Masalah klasik berkaitan dengan “beban” dunia pendidikan adalah politisasi pendidikan. Selain politisasi, saat ini dunia pendidikan dihebohkan oleh beberapa temuan berkaitan adanya korupsi dan pungli di pendidikan.

Kajian Indonesia Corruption Watch (ICW) menjelaskan ada kerugian negara akibat ada korupsi di pendidikan  dalam 10 tahun terakhir  mencapai Rp. 1,3 trilyun. ICW mencatat ada 425 kasus korupsi di sektor pendidikan dengan tersangka 618 orang. Korupsi ini berkaitan dengan pembangunan gedung, pengadaan alat, laboratorium yang tidak dilaksanakan berdasarkan kebutuhan atau perencanaan berbasis data yang akurat. Kepentingan birokrasi dan politisi  menjadi penyebab korupsi pendidikan yang bisa mencapai kebocoran 30% lebih (Kompas, 17/10/16).

Selain berkaitan dengan pelibatan birokrasi dan politisi dalam korupsi di sektor pembangunan, saat ini Walikota Bandung Ridwan Kamil  telah memecat para kepala sekolah karena melakukan pungli  di sekolah.  Pungli yang dimaksud terkait mutasi siswa, PPDB dan kantin sekolah. Pemecatan beberapa kepala sekolah terutama dari sekolah favorit dan rekomendasi pemberhentian kepala sekolah jenjang SMA ke pemerintah Provinsi karena sudah alih kelola membuat  shock kultur bagi sekolah.

Presiden Jokowi mengatakan “Kita butuh budaya baik.” Gerakan berantas pungli yang ditekankan sekali oleh Presiden Jokowo nampaknya akan terus diprogramkan, terutama dalam layanan-layanan publik.  Jokowi menghendaki masyarakat dilayani dengan senyum dan dengan cepat. Pemberantasan pungli yang melibatkan Inspektorat Kemenkum, YLKI, ICW dan Kepolisian nampaknya akan terus bergerak “menyisir” geliat pungli yang ada dalam setiap layanan-layanan publik.

Melihat realitas ini maka dunia sekolahan harus menjadi tempat paling bersih dari maraknya korupsi dan pungli. Hal ini sangat penting mengingat semua yang hidup di negeri ini  mayoritas masuk dunia sekolah. Pendidikan karakter dan keteladanan anti korupsi dan anti pungli harus menjadi habituasi di setiap sekolah. Pemberhentian para kepala sekolah yang terkait pungli adalah sebuah upaya penegakan hukum. Memberantas pungli dimulai dari sekolahan adalah hal yang baik.

Namun, jangan sampai upaya pemberantasan pungli dari sekolahan dengan memberhentikan para kepala sekolah ibrat maling ayam di penjara, maling kambing dibiarkan. Bila birokrasi pendidikan di atasnya  mulai  dari Kemdikbud yang berkaitan  proyek-proyek pendidikan  dirasa guru membebani dan tak efektif sebaiknya  ditelusuri, apakah ada pungli didalamnya? Jangan sampai para kepala sekolah  menjadi korban “proyek” pemberantasan pungli  yang sebelumnya dicontohkan oleh negera melalui birokrasi di atasnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun