Mari kita menjadi bangsa beradab bukan tuna adab. Mari kita menjadi bangsa beretika bukan tuna etika. Mari kita menjadi bangsa sportif bukan khianat atas keunggulan jagoan orang lain dalam kancah politik. Jokowi adalah warga negara Indonesia yang harus dihargai diatas warga negara lainnya karena Ia adalah simbol negara. Jangan terus-terusan dihujat. Menghujat Jokowi pada hakekatnya adalah menghujat muka sendiri. Jokowi adalah seorang muslim dan bila yang menghujat adalah seorang muslim sungguh menjelaskan bahwa agama yang dianut belum difahami.
Mari kita beri kesempatan pada Jokowi untuk membumikan Revolusi Mentalnya dalam split Nawa Citanya. Memang berat bagi rakyat dan para pemimpin di negeri ini harus mengikuti kesederhanaan seorang Presidennya. Budaya konsumtifisme, korupsiisme, kongkalingkongisme dll. yang sudah mendarah daging diamputasi oleh Jokowi. Program “anti rapat di hotel mewah”, program “saber pungli”, membuat semua pihak kebakaran jengggot bahkan membakar kumisnya.
Jokowi telah menjadi sosok yang menjungkirbalikan tatanan korup dan hedon yang sudah lama bersemayam dalam tubuh birokrasi dan rakyat kita. Kehadiran Jokowi mengajarkan kesederhanaan yang bagi sebagian besar masyarakat kita menjadi tak nyaman. Kehadiran Jokowi sebagai seorang presiden mengajak semua bangsa untuk mengubah mentalitas korup menjadi mentalitas jujur. Mentalitas hedonis menjadi mentalitas sederhana dan humanis.
Jokowi adalah manusia biasa yang “kebetulan” menjadi seorang presiden karena sulitnya rakyat mencari sosok pemimpin yang bersih. Bahkan semakin banyak yang tak pantas untuk menjadi presiden di negeri ini. Jokowi adalah alternatif yang dipilih oleh rakyat. Menghujat Jokowi atau membullinya adalah tuna adab dan melawan etika. Beragamakah kita? Berpendidikankah kita? Atau apakah anda sebagai penghujat sedang tak waras? Berikanalah kritik yang santun dan objektif karena Jokowi adalah simbol kehormatan negara.