Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Istimewakan Guru SD dan Guru Favorit

9 Oktober 2014   02:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:49 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

(Menyambut Hari Guru Sedunia 5 Oktober)

Oleh : Dudung Koswara, M.Pd

Untuk membuat Indonesia lebih maju dan bersaing dengan bangsa lain cukup dua hal, pertama “mulyakan” guru-guru sekolah dasar (SD) dan apresiasi guru-guru favorit.Mulyakan dengan apa? Pemerintah harus memfasilitasi secara maksiamal semua guru SD untuk tumbuh mengembangkan dirinya lebih cerdas, profesional dan sejahtera.Fasilitasi juga guru-guru favorit dari semua jenjanguntuk tumbuh lebih bermanfaat karena mereka adalahidola dan inspirator peserta didik.Dari mereka kelak akan lahir pemimpin hebat, politisi bersih, penegak hukum yang adil dan masyarakat madani karena semuanya pernahdididik oleh guru SD yang hebat dan guru favorit yang inspiratif.

Anies Baswedan menyatakan, soal guru adalah soal masa depan bangsa. Gurulah kelompok yang paling awal tahu potret masa depan dan gurulah yang bisa membentuk potret masa depan bangsa Indonesia. Cara sebuah bangsa memperlakukan gurunya adalah cermin cara bangsa memperlakukan masa depannya (Kompas, 28/11/13).Tony Blairsebagai PM Inggris 1996, pada periode pertama pemerintahannya menyebutkan ada tiga program terpenting: ”Pendidikan, Pendidikan, dan Pendidikan”. Blair menjadikan pendidikan sebagai  pusat pembuatan kebijakan ekonomi pada masa depan. Juga Kevin Rudd, saat menjabat PM Australia, 2007, ia berpidato bahwa masa depan Australia terletak dalam sebuah revolusi pendidikan (Kompas, 13 September 2014).

Pendidikan menjadi “panglima” dinegara-negara maju. Bagaimana di kita (Indonesia), apakah pendidikan menjadi skala prioritas, atau hanya menjadi barang “jualan”politik.Memperingati hari guru sedunia yang jatuh pada 5 Oktober bertepatan dengan hari TNI, seharusnya“militansi” pemerintah tentang pentingnya pendidikan harus dikaji ulang. Maraknya politisasi pendidikan ditingkat pusat dan daerah, permasalahan sertifikasi, permasalahan guru honorer, masalah periodisasi kepala sekolah, masalah kenaikan pangkat, kurangnya penghargaan pada guru berprestasi,mutasi dan rotas aparatur pendidikan, PPDB dll. Pendidikan bukan asesoris politik melainkan sarana pendidikan masyarakat untuk perbaikan kehidupan pada masa depan.

Dunia pendidikan adalah dunia guru. Pendidikan dasar diawali diSD, jadi guru-guru SD menjadi peletak dasar perbaikan awal pendidikan Indonesia.Guru-guru SD adalah aktor pemberi kesan pertama pada peserta didik. Tepat dan idealnya pendidikan diawal (SD) sangat menentukan bagaimana suksesi proses pendidikan di jenjang selanjutnya. Peserta didik di jenjang SMP/SMA dan bahkan perguruan tinggi sangat berkaitan dengan mentalitas dasarnya. Mentalitas dasar sangat berkaitan dengan proses pendidikan awal waktu di SD.Banyaknya sarjana atau sekaliber doktor yang korupsi tidak menutup kemungkinan karena pendidikan mental dasarnya bermasalah. Proses revolusi mental awal waktu di SD menentukan mental dewasanya kelak.

Bila pemerintah lebih “memanjakan” fasilitas para dosen dan guru-guru jenjang menengah maka ini kurang tepat. Karena pendidikan terpenting itu adanya di sekolah dasar. Dinegara-negara maju guru-guru SD sangat dihargai mengingat strategisnya peran mereka. Di negeri ini terkadang guru SD dianggap guru yang stratanya dibawah. Dianggap penurut dan bisa di perlakukan sesuai kemauan penguasa. Sesungguhnya pengabdian guru-guru SD bukan untuk penguasa (birokrat) melainkan pada bangsa dan negara melalui peserta didik dan terus meningkatkan profesionalisme.

Menjadi guru SD sebenarnya jauh lebih sulit dibanding menjadi dosen atau guru jenjang menengah. Hampir tidak ada guru SMA/MA/SMK yang mau menjadi guru SD. Guru-guru SD harus bangga dan percaya diri karena dalam dimensi pendidikan guru-guru SD-lah yang menentukan mentalitas bangsa ke depan. Tidak ada pohon besar tanpa bibit yang baik, tidak ada pejabat/pemimpin yang besar tanpa pendidikan dasar yang baik.

Program revolusi mental Presiden Jokowi hanya bisa dilaksanakan melalui pendidikan. Pendidikan sejak dini, bukan pendidikan pada orangtua atau jenjang pendidikan tinggi. Manusia dewasa mentalnya sudahterbentuk tak banyak diharapkan mengubah orang dewasa. Harapan Indonesia kedepan hanya dengan menanamkan mental yang baik dan hanya bisa dimulai di SD.Jadi dalam pendidikan formal yang paling strategis adalah peran guru-guru SD. Mengapa demikian? Tak dapat dibantah sesuai dengan kurikulum 2013 bahwa pendidikan mental dan karakter diawali di jenjang sekolah dasar SD. Jangan main-main dengan pendidikan dasar karena ini adalah fondasi sebenarnya dari masyarakat Indonesia ke depan.

Fasilitas dan guru-guru SD harus sangat diperhatikan karena di SD pertama kali sumberdaya manusia Indonesia dimanusiakan. Bila fasilitas dan guru-gurunya tidak diperhatikan dengan baik oleh pemerintah dan gurunya tidak mau belajar maka musibah masa depan akan terjadi. Guru SD adalahpenentu masa depan bangsa. Bila negara abai dan menomorduakan keberadaan guru-guru SD dan lebih menganakemaskan sekolah menengah atau perguruan tinggi maka ini sebuah kesalahan sistemik.

Guru-guru SD dan guru-guru favorit harus “dipelihara” oleh negara, kalau bisa reward atau gaji mereka mesti berbeda. Gaji guru SD dan kepala sekolahnya harusnya lebih besar dari guru jenjang diatasnya, bukan sebaliknya. Bila guru SD dan kepala sekolahnya digajijauh lebih tinggi oleh pemerintah maka generasi terbaik akan termotivasi menjadi guru sekolah dasar (SD). Guru-guru SD seleksinya harus lebih ketat karena mereka akan mencetak mentalitas dasar calon seorang manusia. Sungguh indah bila guru-guru SD lebihcerdas dari guru-guru SMP/SMA dan bangunan SD lebih lengkap/mewah dibanding bangunan SMP/SMA. Ini menandakan bahwa pendidikan revolusi mental lebih diutamakan karena mental atau karakter lebih utamadari intelektualitas yang cenderung didapat di sekolah menengah atau perguruan tinggi.

Semua bangsa-bangsa maju sepakat tidak adaprofesi yang lebih strategis dalam mengembangkan SDM suatu bangsa selain guru. Maka tidak heran pemimpin cerdas selalu “merapat” pada guru.Ada keberkahan jangka panjang(strategis) dan keberkahanjangka pendek (pragmatis) bilabersinergi dengan guru. Guru adalah “senjata” paling ampuh dalam membenahi bangsa karena tidak ada bangsa hebat dengan mengabaikan guru.Mengabaikan guru, menomorduakan dan “melecehkan” guru akan beresiko jangka panjang.

Munculnya para koruptor, penjahat sosial, penjahat politik, pejabat penjahat dan masyarakat anarkis tak dapat lepas dari pendidikan.Kejahatanpersonal dan kolektif dapat munculdiantaranya karena proses pendidikan yang tidak baik.Proses pendidikan yang tidak baik bisa terjadi karena kompetensi guru yang kurang, perhatian pemerintah yang buruk terhadap guru danperlakuan masyarakat yangkadang iri pada guru karena sertifikasi. Padahal terkadang guru pandai mendidik anak orang lain sementara anaknya sendiri terabaikan,keterbatasan waktu karena lebih konsen mendidik anak “orang lain” serta biaya kuliah (sekolah) untuk beberapa anaknya menjadi permasalah internal domestik para guru.

Guru SD dan guru favorit adalah modal dasar pendidikan dan modal dasar bangsa. Bila guru-guru SD tidak kompeten, tidak favorit dimata peserta didik dan lebih menonjol kelemahannya maka akan melahirkan peserta didik yang mentalnya tidak baik.Imitasi figur keteladanan gurupertamakali terjadidi SD. Guru SD adalah pembawa kesan pertama tentang wajah guru Indonesia. Mari mengistimewakan guru-guru SD dan guru-guru favoritsebab ditangan mereka generasi bangsa karakternya pertama kali dibentuk. Memandang sebelah mata peran guru SD, merasa kurang PD menjadi guru SD dan mengabaikan kesejahteraan guru-guru SD akan berdampak makro pada pendidikan nasional, karena mereka adalah peletak dasar revolusi mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun