Perjalanan pulang bersama Pak Jhon tidak terasa melelahkan, karena setiap detik dari waktu yang berlalu memiliki banyak arti bagiku. Tapi sejauh apa pun perjalanan yang kami tempuh pada akhirnya kami pun harus kembali ke rumah dan kembali bekerja.
Sesampai di stasiun, Pak Jhon membangunkanku, dia memberitahuku bahwa kami sudah sampai. Ketika memasuki lorong tunggu stasiun aku melihat banyak hal yang seumur hidupku tak pernah aku rasakan, mungkin aku agak sedikit iri dengan mereka semua tapi tak ada yang perlu aku sesali, hidup memang seperti itu, berjalan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Ada banyak orang di stasiun, mereka masing-masing sibuk mengurus perjalanan yang akan mereka lakukan begitu juga halnya dengan kedatangan mereka kembali dari perjalanan. Entah ada berapa banyak orang setiap harinya di stasiun yang berarti ada banyak juga kejadian datang dan pergi yang terjadi.
Kepergian itu kadang membuat banyak orang bersedih, tapi ada juga yang bahagia dengan kepergian mereka. Kepergian itu membuat mereka saling mengenang satu sama lainnya, tapi ada juga yang menciptakan perpisahan yang berarti harus dilupakan untuk selamanya. Kepergian itu bisa bermakna kedatangan ketempat baru, tapi ada juga yang bermakna harapan untuk kembali. Kadang pergi adalah beban, kadang juga jadi harapan. Tapi aku tidak pernah merasakan banyak hal itu ketika aku berpergian, karena hingga saat itu aku masih mencari sesuatu yang bisa aku rindukan, bisa aku datangi, dan bisa aku tinggalkan. Aku percaya suatu hari nanti aku juga akan merasakan semua itu. Entah kapan…..
Hari itu aku datang kembali bersama Pak Jhon untuk menghadapi rutinitas yang sejenak kami tinggalkan. Tapi kedatangan kami tidak seperti kedatangan orang-orang pada umumnya, ada banyak setiap hari orang datang di stasiun, mereka datang kadang dengan senyum, kadang dengan wajah cemberut, dan membuat aku iri adalah ketika kedatangan seseorang disambut oleh orang lain, seperti ada cinta di sana, ada orang yang menunggu kehadiran orang lain, sedangkan aku tak pernah ada satu orang pun yang menunggu kedatanganku, mungkin karena tidak ada yang menyayangiku dan mencintaiku seperti orang-orang itu.
Tapi meski pun demikian aku masih bisa bersyukur, aku lebih beruntung dari orang-orang yang tidak lagi bisa bernafas seperti mayat-mayat yang aku dan Pak Jhon temui setiap hari, pada akhirnya mereka semua berakhir di dalam liang kuburang mereka masing-masing bertemankan belatung dan kegelapan. Tidakkah aku lebih beruntung dari mereka?.
~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H