Selanjutnya, caleg PBB juga perlu menyampaikan visi, misi, dan program yang solutif kepada generasi milenial dan Z. Generasi milenial dan Z tidak hanya ingin tahu siapa caleg PBB, tetapi juga apa yang bisa Caleg PBB lakukan untuk mereka. Mereka ingin melihat visi, misi, dan program yang jelas, konkret, dan solutif dari caleg PBB.Â
Mereka juga ingin melihat bukti nyata dari kinerja dan prestasi caleg PBB. Oleh karena itu, caleg PBB perlu menyampaikan visi, misi, dan program mereka dengan cara yang mudah dipahami, relevan, dan menarik bagi generasi milenial dan Z. Misalnya, menggunakan infografis, video, podcast, webinar, dll. Atau menggunakan studi kasus, portofolio, laporan, dll.
Terakhir, caleg PBB juga perlu membangun hubungan dan keterlibatan dengan generasi milenial dan Z. Mereka tidak hanya ingin menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen informasi. Mereka ingin berpartisipasi, berkontribusi, dan berkolaborasi dalam kampanye. Mereka juga ingin mendapatkan feedback, apresiasi, dan penghargaan dari caleg.Â
Oleh karena itu, caleg PBB perlu membangun hubungan dan keterlibatan dengan mereka. Misalnya, membuat komunitas online atau offline yang sesuai dengan minat dan hobi mereka. Atau membuat kontes, kuis, survei, polling, dll yang memberikan hadiah atau insentif bagi mereka.
Dengan menerapkan konsep kampanye millenial-friendly ini, caleg PBB diharapkan dapat menggaet hati generasi milenial dan Z sebagai pemilih potensial serta meningkatkan popularitas dan elektabilitas mereka. Dengan demikian, caleg PBB memiliki peluang lebih besar dalam meraih kemenangan di pemilu 2024 dan tentunya hal tersebut akan berdampak pada perolehan suara PBB sehingga PBB dapat menembus ambang batas parlementary treshold dan menempatkan kader terbaiknya di DPR RI.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H