Walau berat saat apa yang terjadi menimpa seseorang, itu adalah cobaan dan ujian yang mesti diterima dengan kelapangan dada dan kesabaran.
Namun kebanyakan manusia merasa kecewa dan tidak sabar dengan apa yang menimpa diri mereka sehingga cacat tubuh atau penyakit yang menahun itu menjadi dasar bagi dirinya untuk keluar dari keterpurukan atau kesedihan hatinya.
Rumah tangga yang semula harmonis sekarang menjadi kaku, salah satu pasangan akan terus mengabdikan dirinya terhadap pasangannya yang lain karena kemampuan fisiknya sudah terkurangi bahkan hilang.
Rupanya ada yang salah dari dasar berumah tangga jika dia berhenti di tengah jalan karena hal-hal yang telah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa
Janji setia yang telah diucapkan beberapa waktu lalu saat mereka berdua melangsungkan akad pernikahan, ada kesepakatan untuk hidup bersama dalam senang dan duka, sehidup semati.
Kenangan Indah itulah yang harus selalu diingat oleh setiap pasangan, apa pun yang terjadi di kemudian hari tidak menjadi masalah atau beban yang berat bergelayut dalam pikiran masing-masing.
Apa pun yang akan terjadi baik suka maupun duka, mereka sudah menyatakan kesiapan untuk menghadapinya.
Seandainya ada salah satu di antara pasangan tersebut yang melupakannya artinya dia telah berkhianat terhadap janjinya sendiri dan sudah barang tentu hal tersebut menjadi sesuatu yang tercela.
Hidup rukun, damai dan nyaman tidak harus selalu mulus dalam hal keduniaan, bisa jadi dalam setiap musibah yang diterima ada hikmah yang sangat besar bagi dirinya.
Barang siapa yang mampu mencari hikmah maka dia-lah orang yang berbahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H