Mohon tunggu...
Abah Raka
Abah Raka Mohon Tunggu... Buruh - catatan-catatan receh tentang filsafat dan politik

kanal personal: https://abahraka.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penghargaan Tulisan Paling Dinamis, Bisakah?

26 Mei 2011   03:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:13 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama saya berkompasiana, pengharggan diberikan kepada penulis aktif dan terpopuler.  Dengan desain dan konsep baru, penghargaan diberikan kepada mereka yang tulisannya menjadi HL. Setelah tulisan HL, penghargaan itu didapatkan dengan menjadikan tulisan tersebut terekomendasi. Seperti dapat kita lihat dari tulisan terekomendasi hari ini, sejak hari kemarin, Sejak tulisan tersebut dipublish oleh penulisnya sekitar 20-16 jam yang lalu, 5 tulisan kompasianer terpampang di laman terekomendasi. Bagi penulis, hal ini adalah penghargaan luar biasa. Laman terekomendasi menjadikan penulis lebih lama bertengger dan dapat dibaca oleh siapa saja yang membuka laman kompasiana.

Bertenggernya di halaman terekomendasi memungkinkan banyak pengunjung kompasiana mengklik tulisan tersebut, juga memungkinkan banyaknya komentar yang masuk. Menurut pengamatan subjektif dan apa yang saya rasakan, pageview dan komentar merupakan salah satu penyebab beberapa kompasiana kecanduan berkompasiana. Ngeblog di Kompasiana akan lebih berarti dan mendapatkan eksistensi dibandingkan ngeblog di blognya sendiri. Seperti pernah diungkapkan oleh banyak Kompasiana, bahkan orang juga rela meninggalkan facebooknya demi kompasiana. Karena komentar-komentar yang masuk membuat ia merasa hadir dan hidup di dunia maya.

Dengan demikian saya berpendapat bahwa pagewiew dan komentar serta ditempatkannya tulisan kompasiana di laman terekomendasi adalah penghargaan yang sangat luar bisa terhadap Kompasianer, dibandingkan mendapatkan hadiah, tetapi tidak ada yang komentar atau komentarnya sedikit.

Saking pentingnya penghargaan tersebut dan pentingnya eksistensi seorang penulis agar masuk HL dan Terekomendasi, tidak sedikit Kompasianer yang ‘marah-marah’ dan mengkritik Admin atau minimal mempertanyakan, apalagi tulisannya tidak masuk highlight sama sekali seperti, salah duanya, dilakukan oleh Bang Kimi dan Om Bob (maaf Bang dan Om saya sebutin hehehe). Sudah capek mikir dan nulis tapi tulisannya gak masuk HL bahkan highlight pun tidak.

Keluhan kompasianer tersebut, bagi saya sendiri cukup masuk akal. Karena tulisan kedua orang tersebut dalam kacamata saya cukup bahkan sangat berkualitas dan pantas masuk HL dan terekomendasi yang tentu saja masuk highlight, namun sama sekali tidak masuk HL. Tanpa memandang atau mempermasalahkan apakah yang masuk HL ketika tulisan mereka publish berkualitas atau tidak.

Selain itu, penghargaan di atas, secara incidental dalam perlombaan berbagai event ngeblog di Kompasiana, pengharggaan diberikan kepada mereka yang tulisannya dianggap memenuhi standar dalam penjurian, untuk mereka panitia memberikan ganjaran sesuai dengan kesepakatan dalam pemberian hadiah, seperti yang dilakukan oleh tim ngeblog seharian yang akan memberikan penghargaan berupa Iphone 4 dan Ipad.

Namun yang belum saya dapatkan dari berbagai even, lomba dan periode ngeblog di Kompasiana adalah penghargaan terhadap dinamika diskusi. Di Kompasiana, beberapa kompasianer seringkali mengundang penasaran para kompasianer lainnya untuk mengunjungi tulisannya. Kepenasaran berlanjut ke isi tulisan dan kemudian berkomentar. Komentar-komentar tidak hanya memberikan penilaian menarik tidaknya, tetapi juga lebih memberikan komentar isi dan kaitannya dengan kehidupan.

Saya sebut misalnya tulisan-tulisan Erianto Anas, ditinjau dari sudut pandang dinamika, banyak dari tulisan Erianto Anas berbagai tafsir, walaupun seringkali dipandang controversial, namun secara positif Erianto Anas dapat memberikan semacam pelajaran kepada Kompasianer lain untuk lebih bisa berfikir dan mengimbangi apa yang menjadi pemikirannya, walaupun tidak jarang ia malah meninggalkan lapak tulisannya begitu saja.

Selain terjadi diskusi di Lapaknya, tidak sedikit orang juga yang menulis tentang Erianto Anas, baik secara pribadi ataupun mengkritisi konten tulisannya. Artinya bahwa dari tulisan-tulisan Erianto Anas, juga menghasilkan tulisan-tulisan lain yang diakibatkan oleh tulisan Erianto Anas. Pendek kata, Erianto Anas melalui tulisannya merangsang kompasianer untuk menulis, ia menjadi inspirasi bagi kompasianer untuk menulis. Ia starter Ide.

Tulisan baru yang menimbulkan dinamika diskusi dari Kompasianer adalah tulisan Bapak Johan Wahyudi. Tulisan dengan judul ‘Jangan Kaubohongi Kompasianer’ menembus komentar 439, walaupun ada komentar dari satu orang yang sama dan termasuk komentar balik dari Pak Johan. Angka ini sangat pantastis, walaupun tulisan ini tidak HL tetapi tulisan ini telah menarik banyak pengunjung dan komentar. Tulisan Pak Johan jika dipandang dari dudut pandang dinamika, telah mengispirasi orang untuk mengomentarinya. Dari tulisan ini juga lahir tulisan lainnya, termasuk saya sendiri yang mengkritisi tulisan tersebut. Pak Johan telah menjadi starter dalam menulis, ia memberikan inspirasi bagi orang lain untuk menulis. Berbagai tanggapan dalam beragam tulisan muncul untuk mengomentarai tulisan Pak Johan, mulai dari fiksi, artikel opini, artikel humor, bahkan tulisan tanggapan untuk pak Johan selalu yang teraktual, jika dihitung ada belasan mungkin puluhan orang yang telah menulis karena diinspirasi oleh tulisan Pak Johan.

Selain Erianto Anas yang berubah nama karena di’blacklist’ dan Pak Johan, juga ada Bu Linda. Beberapa tulisannya banyak menginspirasi kompasianer lain untuk berkomentar serta menulis tanggapan. Saya memperhatikan selain pageviewnya yang mencapi delapan ribuan, ada diantara tulisannya yang mencapai komentar sampai 300an.

Dari ketiga tulisan kompasianer aktif tersebut saya pernah terinspirasi untuk menulis, walaupun lebih pada kritikan untuk menyeimbangkan, tapi faktanya mereka adalah sang yang telah menjadikan para kompasianer dinamis dalam berdiskusi serta memberikan isnspirasi. Walaupun tulisannya tidak masuk HL tetapi diantara tulisannya memberikan gagasan baru kepada kompasianer lain untuk menghasilkan tulisan.

Bayangkan jika tulisan kita sama sekali tidak ada yang berkomentar atau tidak ada yang mengunjungi? Mungkin kita akan prustasi bukan? Dan bayangkan pula jika tidak ada satu pun tulisan yang menurut kita menarik? Pasti kita akan menganggap kompasiana sangat membosankan. Dan apa jadinya jika di Kompasiana tidak pernah ada Bang Erianto Anas, Pak Johan Wahyudi, dan Bu Linda Djalil? Pasti Kompasiana tidak akan serame sekarang.

Oleh karena itu, kehadiran kompasianer yang mampu membuat dinamika di Kompasiana dalam tulisannya tetap kita butuhkan, walaupun controversial, asal tidak melanggar etika-moral-susila dan tata tertib kompasiana. Bukankah hal tersebut akan mendewasakan kita?

Oleh karena itu sesuai dengan Judul di atas, sepertinya Pengelola Kompasiana, perlu mempertimbangkan pemberian penghargaan kepada mereka yang mampu menghidupkan diskusi dari tulisannya, walaupun dipandang kontroversial, tetapi tentu kita harus melihatnya dari sudut pandang yang berbeda, mereka sebagai starter dan pemberi inspirasi bagi orang lain untuk menulis.

Penghargaan tersebut dapat memacu orang lain untuk lebih kreatif lagi menulis, menulis, dan menulis lagi.

Bisakah?

Bandung, 26 Mei 2011

Cibiru Pukul 10.00

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun