Mohon tunggu...
Abah Raka
Abah Raka Mohon Tunggu... Buruh - catatan-catatan receh tentang filsafat dan politik

kanal personal: https://abahraka.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Komunikasi Lingkungan; Souvenir dengan Bibit Pohon

25 Mei 2010   15:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:58 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

[caption id="attachment_149861" align="alignleft" width="300" caption="Gambar kiriman dari Uwa; Penyerahan simbolik ke Wk.Walikota Bandung 15/01/2010"][/caption] Wacana Mahar Nikah dengan bibit pohon sudah lama terdengar, saya sendiri kira-kira mendengar sejak tahun 2005 lalu dimana pemerintah daerah Kuningan Jawa Barat yang saat itu dikomandoi oleh H. Aang Hamid Suganda bekerja sama dengan Depag setempat mewajibkan Calon Pengantin Pria memberikan maharnya dengan 5 Bibit Pohon. Wacana tentang mahar nikah dengan pohon pun menyebar ke beberapa wilayah seperti Nusa Tenggara Timur (kalo gak salah), Garut, Bandung, Jakarta dan daerah lainnya seperti Sumatera. Termasuk mahar dengan bibit pohon jati yang pernikahannya disaksikan oleh Menteri Kehutanan saat itu M.S. Ka’ban atas pernikahan anak sahabatnya, Hamsad Rangkuti pada Juli 2009 lalu di Bogor. Wacana tersebut kini sudah diimplementasikan di beberapa daerah walaupun tidak merata bahkan pemerintah daerah sudah ikut menghimbau dan menginstruksikan kepada warganya untuk memberikan Mahar bibit pohon dan rupanya Mahar Bibit sudah menjadi lumrah. Mahar bibit pohon tersebut diserahkan dan menjadi milik pengantin perempuan untuk kemudian ditanamnya. Namun yang tak biasa dalam pemandangan pada saat pesta pernikahan dan cukup unik adalah Souvenir pernikahan. Bibit pohon dijadikan sebagai oleh-oleh untuk tamu undangan. Bibit pohon tersebut dibawa ke masing-masing rumah oleh tamu Undangan. Pemandangan ini saya dapatkan ketika seorang Wartawan Grup Jawa Pos melangsungkan pernikahan pada 15 Januari 2010 yang lalu, Olih Solihin atau akrab disapa Uwa dengan Anggi. Saat itu saya merasa bangga dengan pemandangan berjejernya bibit-bibit pohon dilokasi pernikahan Uwa, di daerah Cipaganti. Saya sendiri sempat mewawancarainya melalui media online. Uwa yang memiliki ide memberikan souvenir pohon tersebut didorong oleh keprihatinan akan lingkungan alam sekitarnya yang rusak, didorong oleh banyaknya bencana di di sekitar Jawa Barat. ditambah lagi ada trah keluarga yang memiliki kesenangan menanam pohon-pohon berumur panjang ditanah kebunnya yang luas sehingga ide ini pun seolah gayung bersambut untuk orang tuanya Uwa. Berikut hasil wawancara beberapa waktu lalu dengan bahasa gado-gado; 5:49pmDudi cing sakedap,,kaideian timana nikah nganggo souvenirna bibit tangkal? 5:49pmUwa ini dari keperihatinan saya atas kualitas lingkungan yang kian menurun terus...kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan juga rendah terus kalo saja pemerintah bikin gerakan penghijauan, tampaknya masih sebatas seremoni. namun demikian, tentunya gerakan semacam itu ada gunanya. 5:51pmUwa alasan lainnya, semata untuk menyajikan hal baru, yang unik, elegan, edukatif, ekonomis kepada khalayak kami membagikan 1000 bibit 5:52pmDudi saurna pas uwa lahir ku pun bapak disayogian bibit kanggo dipelakeun oge leres kitu? 5:53pmUwa ada beja soal itu, toh faktanya bapaku juga doyan nanam..bahkan sampe beberapa hektar lahan ditanami.. tapi, untuk diketahui, saat kami menyediakan merchandise bibit, ini murni dari saya 5:54pmDudi cobi upami pas uwa tinggal diciumbuleuit nanamna nya, sigana bendungan anu aya di ciumbuleuit moal jebol he...he... eta sapalih janten souvenir ka tamu uleman gening nya? 5:55pmUwa munun.. jadi begini, estimasi saya, 10 persen dari jumlah itu ditanam oleh tamu undangan sisanya tentu dibuang kan nah, dari 10 persen itu, saya perkirakan yang benar2 tumbuh 5 persen 5:56pmDudi naha dibuang?sanes kanggo pemerintah cidadap? 5:56pmUwa 5 persen dari 1000, jadi 50 bibit nah, 50 pohon yang tumbuh bisa menghasilkan okseigen 2 juta kubik nya...maksudna di buang ku mereka yang memang tidak suka menanam 5:59pmDudi he..he... ari sesana dikamanakeun?ku kecamatan lain? 6:00pmUwa eh begini mang.. sejatinya itu bibit untuk tetamu yang datang kita ngasih ke pemerintah hanya sekedar simbolik saja begitu.. sadumeh maneh na sebagai regulator 6:01pmDudi bener-bener, tapi eta kamari beak wa bibit nu aya teh? 6:01pmUwa masih nyesa 40 biji eta ayeuna aya di cibiru saurna mah kan operatorna orang komunitas pohon indonesia 6:02pmDudi wah hebat oge nya tah lamun dipelakeun kabeh... 6:02pmUwa nya..terus nu lebih penting ada budaya menanam data dari Depag KOTA ada 2000 pasangan nikah saban tahun 6:03pmDudi tah wa ayeuna aduh matak ngabirigidig nya, ari banjir teh sanes monopoli di kota wae anu teuaya serrapan, tapi diteun simkuring oge eta nepi kabanjir 6:03pmUwa kala dari jumlah itu, muhun 6:03pmDudi anu pake konsep siga uwa sabara tah>? 6:04pmUwa kalo saja dari 2000 itu, ada 500 pasangan yang ngasih dikali 1000 bibit, kan jumlahna 500 ribu bibit per tahun 6:07pmUwa coba bayangkan ama mang dudi,m kalau hal itu benar2 jadi budaya, maka dalam lima tahun ada 2,5 juta pohon yang tumbuh atas nama cinta... 6:08pmDudi teukabayang nya sigana mah Jawa Barat teh moal aya longsor tah... Jika saja pada setiap pasangan nikah memiliki kesadaran untuk mengkomunikasikan tentang pentingnya menjaga lingkungan dengna penyediaan souvenir bibit pohon, tentunya hal ini akan menjadi semacam virus yang menular kepada para tamu undangan. Walaupun souvenir dengna bibit pohon belum begitu populer dibandingkan souvenir-souvenir lainnya namun jika serentak pasangan nikah melalukan ini di Jawa Barat, maka tak akan diragukan bahwa kondisi alam di Jawa Barat akan stabil, tidak akan ada bencana longsor, banjir akan terhindarkan, cuaca akan tetap sejuk dan tentu alam akan semakin ramah. Ayo siapa lagi yang menyusul nikah souvenir pake bibit pohon?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun