Menjelang tidur, iseng-iseng nonton film ‘the next three days’ yang sedang diputer bioskop.
Film ini menceritakan kisah salah tangkap atau disengaja untuk ditangkap terhadap seorang wanita (laura) yang dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap rekan kerjanya pada satu sisi dan di sisi lainnya menceritakan bagaiman perjuangan cinta sang suami (John/ suami laura) untuk membebaskan isterinya tersebut yang tidak bersalah sama sekali.
Bermula dari pembunuhan yang dilakukan di tempat parkir oleh seorang wanita. karena tergesa-gesa sang pembunuh menabrak tubuh Laura yang saat itu menuju mobilnya di tempat parker. Alhasil darah cipratan korban yang terdapat pada tangan pembunuh mengenai jas bagian belakang Laura. Ia sendiri mengetahuinya setelah Jas tersebut ia gantungkan di rumahnya yang kemudian ia cuci di wastafel.
Namun setelah kangen-kangen bersama sang suami, tiba-tiba polisi datang dan menangkap Laura. Dari sinilah kisah penderitaan sang suami yang ditinggal isterinya. Membuka catatan-catatan tentang isterinya John merasa yakin jika Laura merupakan korban salah tangkap sehingga ia mengatur rencana untuk membebaskannya melalui jalan pintas.
Singkat cerita, dengan kedalaman cinta dan kecerdasan suami, laura pun dapat dibebaskan walaupun pada awalnya berkejaran terlebih dahulu dengan polisi.
Ending cerita, ternyata ketika pembunuh wanita yang tidak pernah diceritakan kembali tersebut disaksikan oleh seorang Polisi dan Polisi tersebut malah dengan sengaja malah mengarahkan tuduhannya kepada Laura. Entah apa yang diinginkan Polisi tersebut.
Foto Dr. Azhari.
Yang menarik dari film tersebut selain ada teka-teki yang sulit ditebak sampai beberapa menit terakhir. Film ini menunjukan bahwa terdapat foto Dr. Azhari yang masuk daftar jaringan terorisme Internasional semasa ia hidup.
Foto ini terekam saat petugas boarding past bandara memeriksa passport Laura dan John yang akan kabur ke luar negeri. Foto Azhari berada dalam urutan hampir teratas.
Walaupun Azhari telah mati (konyol mungkin?), public dunia mengetahui bahwa kegiatannya dilakukan di Indonesia walaupun ia berasal dari Malaysia (katanya).
Foto berbicara banyak tentang diri, peristiwa dan asal Negara atau tempat kegiatannya berlangsung. Walaupun ia berupa sepotong kertas yang mati dan diam tetapi ditinjau dari penjabaran tanda ia mengungkap makna yang sangat dalam. Masih ingatkah kita dengan foto azhari yang sering dipublikasikan di media? Berkumis dan berkacamata.
Ketika orang Barat melihat foto azhari, saya melihat bahwa public yang merasa trauma dengan peristiwa bom yang menewaskan ratusan orang tersebut akan teringat dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia.
Orang Barat boleh tidak tahu banyak tentang Indonesia mungkin juga ada yang tidak tahu sama sekali (seperti ketika seorang reporter RCTI mewawancara warga AS saat akan berkunjung ke Indonesia), namun mengingat Azhari sebagai otak bom yang menewaskan tidak hanya warga Indonesia tapi juga warga Barat sendiri, maka warga Barat akan langsung tahu…oooh Azhari, teroris dari Indonesia?
Oleh karena itulah barangkali, di film tersebut Dr. Azhari dijajarkan dalam urutan hampir pertama. Mungkin Indonesia sudah begitu terkenal dengan jaringan empuk terorismenya? Sehingga yang baik-baiknya menjadi terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H