[caption id="attachment_316533" align="aligncenter" width="400" caption="Abu serupa yang ada di motor saya dan yang lainya, saya tidak sempat saya abadikan. image dari Kompas.com"][/caption]
Tiba-tiba saja pengendara motor di sebelah berkomentar,”Naon kang ieu bararodas, tuh kana jaket hideungmah jelas pisan (Apa ini kang pada putih, lihat di jaket item sangat jelas),” ujarnya saat berhenti di stopan Jalan Moch Ramdan Bandung pada pada Jumat sore (05/11) sekitar pukul 02.30 WIB. Saya Sendiri tidak sadar, saya pikir hanya saya yang kena percikan putih-putih seperti terigu yang kena baju ketika bertandang ke rumah seorang teman.
“Tuh kang tinggal motor nu sanes oge sami (tuh kang lihat motor yang lain juga kena),” tambahnya.
Saya perhatikan motor yang lain, bener juga ya ternyata, jok belakangnya dan bodinya pada putih walaupun tidak terlalu putih. Saya perhatikan jaket si pengendara di sebelah saya, memang benar ada bercak-bercak putih. Sesaat kemudian stopan menunjukan warna hijau, akhirnya saya melaju dan tanpa memikirkan apakah bercak putih tersebut abu vulkanik atau bukan. Karena menurut sumber berita di media, abu vulkanik hanya sampai wilayah priangan timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah, yaitu Ciamis, Banjar dan Garut.
Namun beberapa menit kemudian, datang SMS yang berbunyi; info penting: Abu Vulkanik Merapi sudah sampai ke Bandung, Komposisinya Si02/ silica, mirip bahan industry kaca, dan merupakan hardglas yang sangat halus, tapi jika dilihat dengan mikroskop tepi & ujungnya runcing. Jika terhirup akan merobek jaringan paru-paru, jika terkena mata bisa merusak mata, …makanya hati-hati, lindungi mata & hidung kita. Sebarkan jika anda peduli (sms seperti adanya).
Menurut pengakuannya, info tersebut berasal dari stasiun radio di Bandug. ‘pantesan saya tidak menemukan berita sejenis di media online, kecuali abu yang sampe kabupaten bandung atau sekitar daerah pangalengan, wilayah yang berbatasan dengan Gunung Papandayan Garut, yang menurut informasi dari Koran daerah, Gunung Papandayan pun sedang bereaksi sebagaimana halnya Anak Gunung Krakatau.
Bunyi SMS tersebut sontak saja mengagetkan saya, dan bercak putih pada motor-morot saat di lampu merah, adalah abu vulkanik. Pantes saja baru beberapa saat keluar ko mata terasa perih. Waduh berarti sejak keluar rumah, hidung saya menghirup abu vulkanik. Akhirnya saya mengganti helm dengan helm yang tertutup.
Sayang saya tidak membaca informasi ini kemarin siang di kompas, jadinya telat deh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H