Pertunjukan Seni Pencak oleh Anak-anak Padepokan
Rampak gendang saling bersahutan dengan tiupan terompet dari sang Nayagan, sinden tanpa henti melengkingkan suaranya melengkapi suara terompet seni Penca yang khas. Akumulasi dari alat music tersebut menunjukan bahwa gelaran acara pertunjukan seni tradisi Penca akan dimulai. Tampaklah Sembilan anak-anak Sekolah Dasar berbaris menuju panggung pertunjukan di depannya. Tepuk tangan hadirin yang sebagian tidak kebahagian tempat duduk tersebut mengiringi alunan music, menambah riuhnya pertunjukan seni Pencak dari tatar Sunda.
Pagi pukul 10.05 WIB tanggal 29 Mei, bertempat di desa Solokan Jeruk Kecamatan Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, pesan anak-anak yang menunjukan kebolehannya dalam ketangkasan seni Pencak (Silat) membuatku terharu dan bangga. Mereka begitu fasih mempertunjukan jurus-jurusnya sambil diiringi music pengiring dari nayagan, gerakannya besahut-sahutan dengan pukulan gendang dan tiupan trompet, tak lupa suara sinden turut iri akan gerakan-gerakan yang lincah dan cepat, kadang melambat sesuai dengan gerakan anak-anak tersebut.
Salah satu penampilan anak yang membuat saya terharu dan bangga
Minggu itu, saya memenuhi undangan untuk menghadiri pengukuhan Padepokan Pencak Silat Indonesia Wiyaga Kujang Padjadjaran. Nama padjadjaran sendiri menurut pendirinya diambil darinama kerajaan sunda yang tidak pernah ditaklukan oleh siapapun yang sampai hari ini terus hidup. Hidupnya Padjadjaran tampak pada penamaan dan penghormatan terhadap sang Raja yang menghyang, Prabu Siliwangi, yang diabadikan oleh Divisi militer di Jawa Barat, Kodam III Siliwangi. Siliwangi menunjukan kewibawaan dan kekonsistenannya mempertahankan harga diri, sehingga disebutlah silihwangi, yang saling memberikan wewangian terhadap tanah dan bangsanya. Menghyang sendiri dapat diartikan menghilangnya Prabu Siliwangi karena tidak ingin membinasakan dan menghancurkan bangsa Sunda oleh sikap orang-orang yang tidak lagi sejalan, namun berada dalam jalan kebenaran. Ia tetap hidup dalam kewangiannya sendiri.
Sumbangan berbagai pertunjukan jurus dan rampak seni Pencak datang dari berbagai padepokan, selain padepokan Wiyaga Kujang Padjadjaran, ada juga dari padepokan kujang Siliwangi, padepokan Pencak Silat Gajah Putih.
Pertunjukan demi pertunjukan mengingatkan saya saat menginjak SMP, di mana setiap pembukaan MOS dan perpisahan kakak kelas, selalu tampil untuk memberikan petunjukan Seni Pencak. Begitupun saat menginjak SLTA saya sesekali tampil di atas panggung untuk menunjukan kebolehan, kadang memenuhi undangan masyarakat.
Ingat saat dulu tampil di panggung
Saat itu saya hanya mengenal seni Pencak saja, karena menurut senior-senior Seni Pencak yang menggabungkan antara seni tradisi dengan seni beladiri merupakan budaya asli dari tanah Padjadjaran, sementara Silat adalah Seni bela diri yang berasal dari Minangkabau. Beberapa padepokan di tanah sunda menggabungkan keduanya menjadi Pencak Silat, karena gerakan-gerakannya hampir serupa. Kini Seni beladiri Pencak Silat sudah mendunia, tidak hanya menjadi Cabang Olah Raga dalam PON dan Asean Games namun juga Sea Games dan Olimpiade.
Ingat saat SMP dan SMA, saat MOS dan Perpisahan tampil di depan teman dan kakak kelas
Yang membuat saya hampir menitikkan air mata adalah pertunjukan dua orang anak kira-kira 7 tahun yang begitu lincah dan cingceung gerakannya sangat menyatu dengan musik. Orang-orang pun tak bosan untuk memberikan sawerannya dari mulai seribu, duaribu, lima ribu, sepuluh ribu bahkan ada yang lembaran seratus ribu. Tepuk tangan yang serempak pun ikut memerihakan pertunjukan tersebut. Masyarakat begitu antusias dan bangga akan tradisi seni ini. Hal inilah yang membuat mataku berkaca-kaca rasanya ingin menjatuhkannya saja.