Mohon tunggu...
Abah Raka
Abah Raka Mohon Tunggu... Buruh - catatan-catatan receh tentang filsafat dan politik

kanal personal: https://abahraka.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Wall Street, antara Keserakahan dan Kekuatan Isu Media

5 Oktober 2010   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_279181" align="aligncenter" width="500" caption="Moore, Bretton dan Gekko from Google Image"][/caption]

Berat! Kata itulah yang pertama kali keluar ketika mengomentari film yang berlatar belakang kejatuhan ekonomi Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Berlatar belakang pusat penjualan saham di Gedung Wall Street dengan tokoh muda More, seorang pialang yang pemikir nan cerdas. Memiliki seorang atasan Zebel, pemilik dan pendiri perusahaan Keller Zebel.

Louis Zebel sang pemilik yang sekaligus pemain pialang saham untuk perusahaannya sendiri harus merelakan nilai sahamnya terus menurun, dan jika tidak segera dijual perusahaannya akan hancur tanpa sisa. More, sang anak buah yang memiliki ambisi untuk menyelamatkan Keller Zebel dimana ia bekerja tidak diberikan kesempatan oleh Louis yang sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri. Louis yang cerdas tidak berani terbuka kepada More yang begitu peduli terhadap Keler Zebel. More diberikan pesangon sebesar1.450.000 US Dollar sebelum akhirnya Keller Zebel hancur lebur.

Untuk menyelamatkan Keller Zebel, para pimpinan pialang di Wall Street merundingkan untuk menyelamatkannya. Bretton, sang competitor Keller Zebel menawar harga saham perlembarnya hanya 2 US Dollar saja. Sementara Louis Zebel menginkan harga yang tak terlalu jatuh, 6 Dollar. Bretton yang telah merencanakan kejatuhan Zebel tidak menaikan tawaran harganya, ia bertahan pada harga 2 Dollar. Zebel prustasi dan akhirnya bunuh diri setelah makan pagi dengan menabrakan diri pada kereta api.

Isu ini cepat tercium oleh media dan kematian Louis Zebel dikait-kaitkan dengan kehancuran perusahaannya melalui penjualan saham yang jatuh. Beberapa orang mengaitkan dengan isu-isu di belakang meja yang tidak pernah terbukti kebenarannya. Isu ini digulirkan oleh Bretton sang Kompetitor dari Zulrich. Setelah Zebel meninggal, Bretton menjadi satu-satunya bos yang memiliki perusahaan terbesar bahkan berada jauh di atas dowjones. Ia memiliki ambisi yang kuat sehingga terus menerus melambungkan namanya.

Kehancuran Zebeltidak membuat More, mantan karyawan Zebel tinggal diam. Ia menyusun strategi bagaimana melakukan balas dendam terhadap Bretton. Ia membuat isu cerdas di lingkungan pekerja pialang saham dan membuat harga sahamZullrich yang dipimpin Bretton jatuh. Isu ini cepat tersiar, dan Bretton dapat membaca ulah More yang cerdas.

Tidak ingin perusahaannya hancur, More dipanggil Bretton. More yang sedang menganggur ditawari pekerjaan oleh Bretton. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh More, untuk menghancurkan Bretton dari dalam. Ia menjadi orang kepercayaan Bretton untuk melobi investor asal china. Kecerdasan dan kekuatan lobi More meluluhkan hati orang China tersebut yang pada awalnya telah menolak mentah-mentah tawaran Breton. More kini memegang kendali. Saat inilah More keluar dari pekerjaannya. Dan membuat isu baru tentang kematian Zebel dan keserakahan Bretton. Breton pun menjadi otak dalam kematian Zebel melalui penghancuran sahamnya. Isu ini dipublikasikan di Media yang dianggap kecil oleh sebagian orang, sebuah situs yang dikembangkan oleh pasangan More, Winni.

Isu ini terus beredar melalui media dan membuat Bretton terpojok. Ia menjadi penyebab kehancuran Zebel dan kini kehancuran Zullrich di depan mata, karena keserakahan Bretton. Ia diisukan akan mencuci uang hasil penggelapan dari Zullrich untuk kemudian disimpan disebuah yayasan yang dibangunnya. Namun sebelum ia menyelesaikan hajatnya, isu ini sudah dicium oleh dewan komisaris dan seluruh investasinya dicabut dari Zullrich.

Moore tidak bekerja sendiri, tapi dibantu oleh musuh Bretton yang pernah dijebloskannya kepenjara dengan isu pencucian uang, ia Gekko, ayah pacarnya Moore yang diperankan oleh Michael Douglas. “Uang tak pernah Tidur,” demikian kata si Gekko sang Pialang Gaek yang memperoleh kursinya kembali sebagai hasil tipu dayanya terhadap calon sang Mantu, Moore.

Bagi saya film ini sungguh asyik dan visioner. Film ini menyadarkan public akan bahaya bisnis yang berbasis spekulasi. Film ini menceritakan bahwa Spekulasi akan mengantarkan pada kehancuran. Bisnis ini tidak mengindahkan moral. Hal inilah yang dialami oleh Zullrich sehingga merengek kepada pemerintah untuk dipinjami dana. Dalam hal inilah sesungguhnya salah satu substansi dari film tersebut bahwa kejatuhan Ekonomi Amerika disebabkan oleh mengakarnya bisnis investasi yang mengedepankan spekulasi.

Kekuatan Media Massa.

Sekecil apapun media akan sangat berpengaruh terhadap khalayaknya. Sudah banyak contoh di negeri kita tentang thesis ini bagaimana kekuatan media dapat mengobrak-abrik siapapun termasuk istitusi paling kuat sekalipun. Ibarat sebuah peluru, kekuatan media massa akan mendobrak benteng kepercayaan semua pembacanya. Di sinilah bullet theory mendapatkan pijakannya. Karena bila pun hanya isu tanpa bukti yang memberitakan Bretton, namun isu ini cukup ampuh untuk kemudian membuat perusahaannya Jatuh dan membuatnya ditendang oleh Dewan Komisaris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun