Hari ini siapa yang tak kenal siapa Hatta Rajasa. Tapi sebelum jadi menteri, siapa sebetulnya Hatta Rajasa. Mungkin tidak banyak orang yang tau. Saya juga sama tidak tahunya dengan yang lain hehe…
Berkenalan dengan Hatta Rajasa, jauh-jauh hari sebelum dia popular atau menjadi menteri. Saya sering dengar nama Hatta Rajasa yang disebut-sebut oleh teman-teman kuliah saat saya duduk di tingkat pertama. Terlebih lagi setelah bergabung dengan teman-teman Pelajar Islam Indonesia (PII). Makin sering nama Hatta Rajasa disebutkan.
Yang menarik adalah dari hasil obrolan temen-temen itu adalah, bahwa Hatta Rajasa sering sekali membantu teman-teman mahasiswa yang kesulitan keuangan, terlebih lagi untuk keperluan pendidikan. Tidak sedikit juga yang mendapatkan beasiswa melalui bantuan Hatta Rajasa. Saya sendiri tidak faham siapa Hatta Rajasa saat itu. Tapi dalam benak saya saat itu, pasti ada kaitannya dengan norganisasi yang saya ikuti saat itu.
Lama tidak mendengar nama Hatta Rajasa, Hatta Rajasa pun diangkat menjadi menteri dan akhirnya menjadi Ketua umum PAN. Ia juga semakin sering nongol di layar kaca dan bentangan layar Koran cetak. Apa yang saya bayangkan tentang Hatta Rajasa yang dulu pernah saya imajinasikan tiba-tiba hilang karena sosoknya sering muncul.
Apalagi beriring waktu, aktifitas saya pun bukan lagi bergelut dengan kemahasiswaan. Tapi dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya. Tetapi tanpa harus melepaskan aaktifitas social saya dulu; sesekali berdiskusi, sesekali berwacana. Dan di antara gesekan-gesekan tersebut ternyata sosok Hatta Rajasa muncul kembali.
Adalah seorang kawan yang sedang menempuh studi S3 di salah satu PTN di Bandung. Seorang mantan petingggi organisasi kepemudaan yang besar di Bandung dan berkantor di Jakarta. Ia sering berkomunikasi dengan Hatta Rajasa.
Walaupun Hatta Rajasa telah menjadi seorang pembesar, tetapi perilaku gemar membantunya terhadap aktifis yang sedang menempuh pendidikan tidak putus. Imajinasi saya pun menerawang kembali belasan tahun lalu saat mahasiswa. Sosok itu hadir lagi, bahwa Hatta tidak berubah, ia tetap seorang yang bersahaja dan dermawan. Bahkan menurut cerita sang teman, Hatta berniat memberikan beasiswa untuk menyelesaikan studi S3nya.
Bagi saya sekarang, diantara sekian menteri yang merangkap ketua Partai. Sosok Hatta adalah sosok yang professional. Saat acara-acara kenegaraan, ia selalu menampik untuk mengomentari permasalahan-permasalahan yang terkait dengan partainya. Ia selalu bisa memisahkan antara pekerjaan partai dan pekerjaan Negara. Ia juga seorang yang bersahaja, tidak lebay dan tidak haus pencitraan. Apa yang ditampilkan Hatta Rajasa adalah tampilan apa adanya. Lihat saja apa yang ditampilkannya begitu natural.
Sebagai ciri bahwa ia orang yang professional, tidak hanya ditunjukan ketika ia menjabat sebagai menteri sekaligus ketua Partai. Ia langsung mengundurkan diri dari jabatan Menko saat ia dijadikan Capres oleh Prabowo Subianto. Ia tidak ingin mencampuradukan fasilitas saat ia bertugas dengan jabatannya. Oleh karena itu, langkah tepat dan professional sebagai politisi saat ia memutuskan mengundurkan diri.
Ia juga jenis manusia yang sangat bertanggung Jawab. Saat anaknya terjerat kasus tabrakan, Hatta Rajasa langsung menjengung para korban bencana. Ia tidak mengutus siapapun untuk menyampaikan rasa bela sungkawa dan permohonan maafnya. Bukankah ini ciri-ciri sebagai ksatria? Penuh tanggung jawab!
Maka tidak salah jika Prabowo menjadikannya sebagai Cawapres. Selain memiliki kapasitas sebagai ekonom, politisi, ia juga professional dan tanggung jawab. Mampu menempatkan bagaimana ia harus bertindak dan bersikap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H