Mohon tunggu...
Dudi Ridwandi
Dudi Ridwandi Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Mahasiswa, dan Administrasi

Sederhana, ndeso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Markonah

4 September 2019   07:14 Diperbarui: 4 September 2019   07:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Marsudi adiknya Markotop, akhir-akhir ini di kantor dia bekerja selalu mengeluh dengan kelakuan teman sekantornya, si Markonah. Sekian lama dia memperhatikan tingkah laku temannya itu selalu membuat marah orang. Dengan tamu tidak pernah ramah, dengan teman selalu membuat ulah, dan pekerjaannya selalu marah-marah. Mungkin kalau tidak marah sehari saja serasa dunia mau kiamat.

" Kang, saya heran sama teman kerjaku, si Markonah, dia selalu saja marah-marah. Entah apa yang ada di otaknya, bawaanya murka terus. Kadang saya tidak tega melihat orang yang dimarahi dia dihadapanku. Termasuk saya juga menjadi bulan-bulanan kemurkaannya. Hanya masalah yang sepele, contohnya cuma bertanya apakah lihat sesuatu, eee malah saya kena semprot. Dan anehnya masalah itu jadi panjang sampai sore ", Marsudi curhat sama kakaknya si Markotop

" Kamu yang sabar le, itu cobaan kamu. Kamu harusnya berterima kasih sama Markonah, dengan adanya Markonah nanti kamu akan menjadi orang yang kuat, sabar, dan tangguh..hehehe ", Markotop mencoba menjawab sambil sedikit ngece.

" Apakah dia tidak sadar ya ? Kalau kelakuannya itu membuat banyak orang sakit hati . Saya yakin orang yang dimarah-marahi akan teringat sepanjang hidupnya dan tidak akan pernah lupa dengan kelakuan Markonah. Apalagi dengan tamu, yang notabene ada keperluan dengan instansinya, dengan diperlakukan seperti itu pasti sakit hati dan akan ngomong sama orang-orang di luar kan bisa mencoreng nama baik instansi ", Marsudi agak mededek.

Lalu melihat kakak dan adik lagi ngobrol-ngobrol datanglah si Kemetak, dan dia bertanya, " Ada apa sih kok kayaknya lagi serius dan kayaknya rame juga nih ? ".

" Marsudi Tak, dia lagi sewot sama teman kerjanya, si Markonah. Kemarin menjadi bulan-bulanan kemarahan Markonah. Lha wong kayak gitu kok diurusi ya Tak, diantengke saja lak wes ", Markotop sedikit memberi penjelasan.

" Ouw Markonah ya ? Lha wong dia itu nantinya kalau mati awake mau di gotong sendiri dan dikubur sendiri. Mana ada orang yang mau menikahi dia. Tingkahnya seperti macan, mulutnya seperti drakula, bawaanya mau memangsa orang. Saya yakin dia tidak pernah mengaji dan mukanya tidak pernah kena air wudhu, ya bawaan seperti itu. Menakutkan !!!", Kemetak menambahi

" Oalah kamu, Tak. Tidak mendinginkan suasana malah tambah manas-manasi saja. Mungkin saja dia ada masalah dirumahnya dan dibawa ke kerjaan, jadinya siapa yang menyapa atau bertanya jadi sasaran empuk dan itu cuma pelampiasannya saja ", Markotop tetap berusaha biar suasananya adem.

" Dasar, Mar. Wong dia dari dulu begitu kok, tidak pernah berubah. Nek Watuk iso ditambani, lha nek watak yo angel ilange, Mar " ( Kalau batuk bisa diobati, kalau watak sulit hilangnya, Mar )", Kemetak tambah sewot.

" Hehe.. kamu kok ikutan sewot, Tak, lha adikku yang kena semprot kamu kok yang marah " tambah Markotop

" Masalahnya saya juga kena semprot Markonah, Mar " sambung Kemetak.

Owalah ....hahaha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun