Mohon tunggu...
Dudin Samsudin
Dudin Samsudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/IAILM Suryalaya

Manusia yang sedang belajar menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat menurut Kuntowijoyo

10 Desember 2024   10:42 Diperbarui: 10 Desember 2024   10:42 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Latar Belakang

Ide untuk membuat Tulisan ini mulai muncul ketika sedang membaca buku karya Kuntowijoyo dengan judul Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi.

Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan zaman, maka muncullah ilmu-ilmu pengetahuan yang menjurus pada spesialis yang bila diperdalam lagi kembali pada filsafat sehingga filsafat merupakan interdisipliner ilmu. Filsafat digunakan untuk mengkaji kehidupan, masalah yang ada ditinjau secara luas, dan mendalam dengan sikap yang kritis dan terbuka terhadap semua sudut pandang masalah yang ada. Pada awalnya banyak filsuf-filsuf yang muncul dari dunia Barat, sehingga muncul banyak ilmu pengetahuan berkembang di barat.

Ilmu pengetahuan yang berkembang yang saat ini merupakan warisan dari peradaban barat. Namun ilmu-ilmu sosial yang muncul dari barat memiliki sisi gelap seperti tidak mampu menjawab persoalan-persoalan ketidak adilan sosial, gagal mencari jalan keluar dari eksploitasi ekonomi dan juga hegemoni dan dominasi politik melahirkan kekacauan. Hal ini terjadi karena ilmu-ilmu sosial yang berkembang di barat dijadikan alat bagi penguasa dan pemilik modal yang ada di sana. Ilmu sosial di barat juga mengklaim adanya objektifitas dan netralitas, namun dalam pelaksanaan jauh darinya.

Permasalahan ini kemudian mendapatkan kritik dari beberapa ahli. Karl Marx dengan teori analis kelasnya. Karl marx menjelaskan tentang munculnya masyarakat kelas di Eropa. Karena adanya perbedaan penguasaan sektor ekonomi. Luis Althusser yang menyatakan bahwa kebudayaan sebagai alat melanggengkan ketidakadilan. Saat ini timbul banyak masalah sosial di tengah-tengah masyarakat, sehingga membutuhkan suatu kajian ilmu sosial untuk mengatasinya. Agama adalah salah satu aspek yang dianggap dapat menyelesaikan masalah ini, karena agama sendiri pada dasarnya mengajarkan kebaikan.

Ilmu sosial yang berasaskan kepada nilai-nilai dan mempunyai kaitan dengan agama dinamakan ilmu sosial profetik. Sejarah  dalam ilmu sosial profetik berkaitan dengan periodisasi dalam mengkaji peristiwa sejarah dan sosial menggunakan ilmu sosial profetik. Filsafat dan agama dianggap sebagai hal yang berbeda. Filsafat dimulai dari keragu-raguan yang butuh penelitian untuk mendapat suatu kepastian. Sedangkan agama muncul dalam bentuk hal yang pasti, yang turun dari wahyu Tuhan bukan muncul dari kesangsian yang dibuat manusia.

Namun, Kuntowijoyo dapat menyatukan filsafat dan agama. Dalam Islam seperti dikatakan Kuntowijoyo, terkandung nilai-nilai profetik yang dapat dijadikan bingkai acuan dalam mengarahkan perubahan masyarakat, yakni humanisme, liberasi dan transendensi yang merupakan derivasi dari al-Quran surat Ali-Imran ayat 110 (Shofan, 2004: 131). Kuntowijoyo membedakan antara ilmu sosial profetik dengan Islamisasi itu sendiri, juga bermaksud menghindarkan pandangan yang bersifat dikotomis dalam melihat ilmu-ilmu Islam dan bukan Islam.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai Ilmu Sosial Profetik menurut Kuntowijoyo. Pada makalah ini terdapat tiga permasalahan yang dikaji, yaitu kemunculan ilmu sosial profetik, perkembangan ilmu sosial profetik dan peran ilmu sosial profetik dalam mengkaji peristiwa sejarah.

A.  Kemunculan Ilmu Sosial Profetik menurut pandangan Kuntowijoyo

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia profetik adalah berkenaan dengan kenabian atau ramalan. Dilihat asal katanya profetik berasal dari kata prophet yang berarti nabi. Pada awalnya Kuntowijoyo memperkenalkan ilmu sosial profetik dengan menuliskannya dalam bentuk buku yang berjudul "Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi" pada tahun 1991. Dan kembali diterbitkan ulang dengan judul yang berbeda yaitu "Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika" pada tahun 2008.

 Dalam buku ini dijelaskan bahwa ilmu sosial profetik muncul setelah adanya perdebatan tentang teologi dikalangan Islam yang masih berkisar pada tingkat semantik[1].  Ada dua kelompok yang berupaya menerjemahkan makna dari teologi yaitu kelompok ilmu keislaman konvensional dan kelompok ilmu keislaman transformatif. Kelompok ilmu keislaman konvensional mengartikan teologi sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari ilmu ketuhanan, bersifat abstrak, normatif, dan skolastik. Sedangkan kelompok ilmu keislaman transformatif memandang teologi sebagai penafsiran terhadap realitas dalam perspektif ketuhanan jadi lebih merupakan refleksi-refleksi empiris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun