Mohon tunggu...
Dya Ozee
Dya Ozee Mohon Tunggu... -

Live to Love Love to Live

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

sarditam, mantan perawan

5 Januari 2014   10:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bau kota ini unik. Antara amis nya bau laut, bercampur manis nya bunga Seruni. Ingatan atas bau ini, tidak bisa hilang dari hidungku. Walaupun bertahun tahun kota ini telah aku tinggalkan. Di sebelah kanan warung tempat ku biasa mangkal, ada kedai coto yang kondang senusantara, mungkin itulah sebabnya kedai itu dinamakan coto nusantara. Entah apa yang membuatnya begitu kondang, sampai berbagai acara kuliner TV pernah meliput kedai ini. Aku bukan penggemar makanan,  jadi aku tidak bisa bercerita banyak tentang kedahsyatan rasa coto di kedai ini. Lagi pula aku datang ke kota ini, bukan untuk coto, tapi untuk bertemu dengan teman teman ku, perempuan perempuan di warung dekat kedai coto itu. Untuk menuntaskan rasa rindu pada masa lalu (yang tidak pernah berlalu).
Sama seperti perempuan lain -mau itu perempuan baik-baik atau tidak-, aku juga pernah perawan.** Kan, yang membedakan satu perempuan dengan perempuan lain, adalah alasannya melepas keperawanan.  Surti teman kampungku, melepas keperawanannya buat Wawan, suaminya, di malam pengantin nya. Ini mustinya termasuk yang ideal, normal, kalau saja Surti tidak berumur 14 tahun waktu itu. (belakangan Surti cerai, lalu kerja di papua, jadi penjaga cafe di sana, kabarnya dia sukses, duitnya banyak - ah sukses jadi penjaga cafe, kok terdengar aneh di kuping ku).  Jane, teman ku mangkal, dia tidak melepas keperawanannya, tapi kehilangan keperawanannya. Lho kok bisa, tanyaku. Sambil ketawa dia bilang, hilang di kapal, dalam perjalanan ke Jakarta. lalu kami tertawa bareng tidak berpikir ini komedi atau tragedi. Mbak Nani, penjual make up kreditan, katanya dia melepas perawannya dengan cinta, ke pacar pertamanya, selulus SMA, waktu pacarnya (yang di sebut si 'bajingan' oleh mbak Nani), mau berangkat ke jakarta untuk kuliah. Gimana sih Mbak, katanya cinta, tapi menyebut mantan pacar dengan 'Si bajingan', tanya saya. Tidak dijawab, Mbak Nani malah mengoles lipstick merah cabe ke bibir nya. Masih banyak kisah pelepasan keperawanan lainnya yang sering kami celotehkan di warung ini. Ada Mimin, yang keperawanannya seharga 10 juta, dibayar oleh pak lurah, desa nya. Ada Tiara yang keperawanannya dipersembahkan ke majikannya, yang kemudian dipecat oleh nyonya majikannya, dalam keadaan bunting. Tapi jangan sekali kali tanya soal keperawanan ini, pada Nuning, perempuan paling cantik disini, umurnya paling banter 17 tahun,  karena ia akan marah, ngamuk, lalu nangis sejadi jadinya. Ah, bicara keperawanan itu, nggak ada habisnya.

Tiap perempuan akan mengenang bagaimana dia melepas keperawanannya, seumur hidup nya. Ini bukan soal gaya hidup moderen atau kuno. Tapi keperawanan ya keperawanan, cuma ada 1 seumur hidup, dan untuk diketahui, keperawanan bukan terletak di antara 2 kaki, tapi terletak di jauh di dalam hati.

Semejak kerja di Jakarta, aku tahu kalau keperawanan ini adalah dagangan yang nilainya luar biasa. Bisa bikin kaya. Kebetulan aku kenal dengan banyak bapak-bapak, yang kalau mendengar kata 'dia masih perawan, lho pak..' lantas jadi gelisah. Aku cukup ahli dalam mengelola 'kegelisahan' ini jadi uang. Aku belajar banyak bersama perempuan perempuan di warung depan kedai coto. Secara otodidak belajar, akhirnya kami menjadi ahli.  Ahli menunjukan bahwa kami ini awam, polos. kami juga ahli menunjukan bahwa si pelanggan lah yang ahli dalam kegiatan ini, dan kami tergila gila pada keahliannya. Itulah sebabnya, pada perawan perawan yang akan aku transaksikan, aku selalu menasihati : jangan kelihatan seperti kamu mahir ya.. jangan mendesah seperti pro, malu malu lah sedikit, jangan buka pakaian dalammu sendiri, inget buka pakaian sendiri itu, cuma berlaku di ruang periksa dokter, ngerti ? (nggak pernah kan, dokter yang membuka kancing baju mu, sebelum dia periksa dadamu ?).
Seandainya keperawanan itu seperti keperjakaan -nggak pake selaput segala-, tentu profesi seperti aku, bisa masuk ke list 50 orang terkaya di indonesia. Keperawanan itu dijualnya gampang, supply nya yang susah. Karena, ya itu, banyak perempuan yang mau melepas keperawanannya hanya untuk orang yang -disangka- mencintai si perawan itu seumur hidupnya. Seandainya para perawan tahu, bahwa keperawanannya bisa bernilai 50 juta, mungkin mereka tidak akan memberikan secara gratis pada pria, atas nama cinta.
"Kak, sekarang kok cantik banget seperti istri caleg " Kata tiara penuh kagum, sambil meremas remas tas ku, merek Hermes KW2, yang mirip sekali dengan tas artis dangdut yang kini jadi caleg. Aku tertawa. senang sekali aku, dikagumi teman teman seprofesi. Jarang jarang ada yang kagum pada ku seperti ini.
"kamu suka tas ini ? ni buat kamu" . sontak semua wanita berkerumun. ada yang minta dompet ku, ada yang minta anting ku, ada yang minta cover hand phone ku, ada yang minta karet rambut ku. "biar ketularan rejeki jakarta" kata mereka.
"mau ketularan rejeki jakarta ? bantu aku ya. gimana kalau kalian cariin aku perawan perawan, untuk aku bawa ke jakarta. bukan jadi seperti kita. cuma untuk satu kali main saja. lumayan dapat 50 juta. komisi untuk yang bawa nya 20 persen jadi 10 juta. kapan lagi kamu dapat 10 juta. ya kan ?"
"mau kak.. mau. nanti aku ajak adik ku, dia masih perawan. baru sma kelas 2."
"aku ada akal. gimana kalau kita bikin perawan kw2" kata mba Nani. " anak anak kencur yang sudah gak perawan kita permak supaya jadi perawan lagi. bawa ke dokter, operasi keperawanan, kasih jamu super sari rapet, latihan malu malu.. dan jebret.... 50 juta ditangan"
Mba Nani memang paling cerdas diantara perempuan perempuan di sini. Otak dagang nya jenius.
Kami pun menyusun rencana. 10 anak perempuan sebagai bahan baku dagangan siap di permak jadi barang jadi siap jual. Bapak bapak berperut buncit dan berdompet tebal itu toh tidak akan tahu apakah selaput perawan ini asli atau hasil operasi -KW2- istilahnya mba Nani. Di ranjang Bapak bapak begini akan di sibukkan pada pikirannya sendiri, tentang betapa hebat nya dirinya, yang bisa menaklukan sang perawan. Sangat penting bagi mereka pengakuan itu.  Bahwa mereka masih memiliki kemampuan hebat di ranjang. Semakin malu malu si perawan, semakin terpuaskan ego mereka. Mereka kadang tak berdaya pada kebawelan istri, atasan, partner bisnis, lawan politik, itulah sebabnya mereka butuh perawan yang akan memuja kehebatan nya diranjang -semata karena tidak punya pembanding-.
Bisnis ini membuat aku paham kalau wanita ingin selalu di puji kecantikan nya dan pria selalu ingin di puja kehebatannya di ranjang. Itu saja rumus nya. Aku lihat semua bisnis di promosikan berdasarkan 2 rumus ini. mau jualan mobil, jualan rokok jualan rumah, jualan makanan, jualan shampo, jualan sepatu, bahkan iklan bank.
aku bukan penipu. ini semata bisnis.
Pulang dari kota ini, aku akan kaya.
10 anak perempuan juga akan kaya.
10 Bapak bapak juga akan terpuaskan ego nya -bukan kebutuhan ragawi nya-.
** dari eleven minute, coelho.
/CI , babakan madang 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun