Kehebatan Jokowi memang tidak diragukan terbukti telah mampu mangalahkan rivalnya (incumbent) dalam pilgub hanya bermodalkan blusukan tapi mampu menghipnotis masyarakat Jakarta. Selain itu kehebatan Jokowi yang kedua banyak calon-calon pemimpin daerah yang akan bertarung di arena pilkada khususnya di wilayah pulau jawa tak segan-segan meminta orang nomor satu di Jakarta itu untuk ikut andil dalam usaha pemenangannya dalam pilgub dengan menjadikan jokowi sebagai icon, model kampanye, bahkan sampai tingkahlakunya pun dipaksakan semirip-mirip mungkin dengan Jokowi (hmmmmm). hasilnya ????? ya tetap saja mereka kalah.
kedangkalan dan miskin nalar poltik para kandidat dalam membaca peta sosial politik,  dan prinsip tidak mau repot.
Lemahnya prinsip membuat meraka kehilangan akal sehat, kesuksesan Jokowi membuat para kandidat sudah kehilangan rasionalitas berpolitik yang ada hanya kiblat politik ke Jokowi dengan mengabaikan prinsip dan karakter. Padahal  gaya kepemimpinan  tentu tidak harus sama antar figur.
Pemimpin harus memiliki nilai jual sendiri dan karakter sendiri. Merefleksikan diri sebagai kandidat yang menyerupai figur Jokowi adalah Salah kaprah yang fatal dilakukan oleh para kandidat, kenapa karena dengan merefleksikan diri sebagai figur yang identik dengan Jokowi atau menumpang kepamoran Jokowi, rakyat yang cerdas tidak melihat dari sisi itu karena itu hanya tipuan tapi yang dilihat bahwa kandidat yang merefleksikan diri yang identik dengan Jikowi akan berasumsi bahwa kandidat model seperti ini tidak memiliki karakter, tidak kreatif dan  tidak visioner. Rakyat yang  mulai pintar akan menilai bahwa calon pemimpin model begini bukanlah harapan rakyat bahkan bangsa..... ****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H