Assalamu alaikum, semua kawan!
Saya bukan seorang ahli bahasa (linguis), namun rupanya bahasa selalu menarik hati saya. Bahasa adalah cara kita berkomunikasi dengan orang lain disekitar kita. Suatu cara bagaimana kita bisa menghubungkan otak dan hati kita pada orang lain. Menyampaikan maksud hati pada seseorang. Bahkan dalam Alquran sendiri, wahyu yang pertama pada Nabi Muhammad SAW adalah "bacalah, dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Tentu hal ini sangat berkaitan dengan bahasa.
Akan tetapi bahasa lebih dari itu. Bila dikaitkan dengan negara, maka bahasa adalah identitas suatu bangsa. Dalam pepatah Jawa ada ungkapan "ajining dhiri saka lathi" yang berarti "harga seseorang itu dari mulutnya". Bagaimana kita berbicara, bercakap, memilih kata yang keluar dari mulut  untuk menerjemahkan pesan otak dan keinginan hati, itulah yang menentukan siapa diri kita. Itulah mengapa saya sangat menyukai bahasa.
Kemarin saya mengamati anak-anak kecil yang asyik bermain di sekitar lingkungan saya. Hem..., sungguh menarik. Hampir kebayakan anak-anak kita ini bisa lancar berbahasa Indonesia walaupun jauh dari kata sempurna dan baku. Tapi bukan itu masalahnya, mari kita lebih lihat lebih jauh lagi.
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu kita bangsa Indonesia. Bangsa yang sebenarnya hanya dalam alam khayalan kita karena pada dasarnya bangsa itu tidak ada bukan. Sebenarnya yang ada adalah bangsa Papua, bangsa Ambon, Bangsa Melayu, Bangsa Aceh, Bangsa Banjar, Bangsa Dayak dan semuanya yang tak mungkin disebutkan secara satu persatu. Namun kesemuanya rela melepas identitas kebangsaan kita dan menggunakan istilah bangsa Indonesia. Maka timbullah bbangsa Indonesia itu. Yaitu kita.
Kita masih bisa berbesar hati di tengah serangan globalisasi yang menggempur segala lini, bahasa Indonesia mampu menyatukan kita. Sungguh berkah Tuhan kita bisa menyapa teman dari suku lain dan memperbincangkan suatu gagasan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kita bangsa Indonesia, itu harga mati. Kawan, tapi ada masalah lain yang sepertinya luput dari penglihatan kita. Bahasa daerah kawan, bahasa ibu lidah kita.
Bukan tidak mungkin dengan era dan trend yang sekarang berkembang bahasa daerah akan musnah. Setiap bahasa memerlukan penuturnya agar mereka bisa tetap lestari dan berkembang. Di lingkungan saya sendiri, saya agak khawatir dengan penggunaan bahasa daerah ini pada generasi muda. Bukankah kebudayaan daerah adalah harta pusaka kebudayaan nasional kita. Tanpa kebudayaan daerah maka "siapakah Indonesia ini , Kawan?". Â Namun rupanya kebudayaan daerah, khususnya bahasa daerah mulai terpinggirkan oleh penggunaan bahasa nasional dan bahasa asing.
Terkadang saya tersenyum karena terbersit dalam otak saya, apabila anak cucu saya nanti bertemu dengan kakek nenek saya, apakah mereka bisa berbicara dalam satu bahasa yang sama, ataukah butuh penerjemah pula. Mengingat bahwa kakek nenek saya tidak terlalu paham bahasa Indonesia. Sedangkan cucu saya nanti mungkin lebih fasih dengan bahasa asing atau bagaimana. Bahkan saya sendiri sudah tak fasih mengejaaksara Jawa.Oleh karena itu, bahasa daerah haruslah tetap dipelajari,dipertahankan, diajarkan dan dilestarikan tanpa mengurangi secuilpun kehormatan bahasa Indonesia. Dan saya mempertanyakan hal ini kepada pemerintah dan diri saya sendiri.
Jika rumah itu adalah Indonesia, maka perabotan-perabotannya, perkakas-perkakas di dalamnya adalah daerah-daerah yang menghiasinya. Jangan sampai kita asyik keluar rumah melihat dan mempelajari rumah orang lain, tapi kita melupakan isi rumah kita sendiri.
Yah..., saya juga paham bahwa bahasa selalu berkembang, berbaur, bercampur, saling menguasai dan memberi pengaruh. Karena itulah sifat budaya.
Kekhawatiran saya adalah karena saya cinta dan takut kehilangannya.