Mohon tunggu...
Du Ik
Du Ik Mohon Tunggu... -

Bukan siapa siapa.Masih berproses menjadi manusia yang manusiawi.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Ludah di Pagi Hari

24 Januari 2016   19:30 Diperbarui: 24 Januari 2016   19:48 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Secangkir kopi terhidang dimeja depan TV.Sambil menggerakkan leher kekanan 2 kali kekiri 2 kali

kuangkat remot TV.Tombol merah disudut kiri kupencet berkali kali.Kugoyang kesana kemari bak

Valentino Rossi berkelok meliuk liuk saat balap moto gp.Tak ada reaksi.Kulihat sekali ,ternyata itu

tombol Mute,bukan tombol Power.

“Sialan,aku bangun terlalu pagi”

Tak berapa lama channel kuganti.Tapi hanya iklan yang kudapati.Acara yang kunanti masih belum

dimulai.Mengisi jarak diantara itu,aku kembali ke kamar mengobrak abrik sprey,tumpukan

buku,membolak balik isi lemari tak kutemukan yang kucari.Seingatku malam tadi,kutaruh diatas

meja,disamping kiri keyboard.Satu satunya tempat yang belum kusisir adalah kolong dipan.Tempat

paling menyeramkan malam jum’at kliwon.Barangkali,ada kuntilanak yang mengira rokok sebatang itu

adalah sajen untuk pajak keamanan.Aku tak peduli jika yang kutemukan nanti adalah sisanya.Daripada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun