Pratiwi, dkk dalam Modul 3 Profesional PPG (2019: 101) menyebutkan bahwa motorik halus merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot ujung jari serta koordinasi mata dan tangan. Keterampilan motorik halus yang distimulasi dengan baik akan membantu anak untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk menolong diri sendiri. Keterampilan bantu diri (self help skills) yang dapat distimulasi melalui berbagai kegiatan yang melibatkan koordinasi antara mata dan tangan. Bentuk keterampilan motorik halus pada anak yaitu anak perlu diberikan kesempatan untuk merobek kertas berbagai ukuran, menyusun balok, membuat garis, menggunakan gunting, melepas kaos kaki, menggunakan resleting, dan mengancingkan pakaian.
Karmila (2022) tujuan dari pengembangan motorik halus bagi anak, diantaranya: 1) mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak tangan kanan dan kiri; 2) memperkenalkan gerakan jari-jari tangan, seperti: menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jarinya sehingga anak menjadi terampil; 3) mengkoordinasikan mata dengan kecepatan/kecekatan tangan. Komponen motorik halus mencakup koordinasi, sensasi, stability (keseimbangan), kekuatan jepitan jari tangan (memegang pensil, mewarnai, menjumput, dll), dan keterampilan sehari-hari (menutup botol, meresleting, mengancingkan baju, dll).
Menurut Sumantri, M. S (2005: 145) tujuan pengembangan motorik halus anak adalah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda- benda, mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Menurut Suyadi (Handayani, 2020: 19) Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan untuk memberikan layanan-layanan dan memfasilitasi potensi anak secara menyeluruh pada enam aspek perkembangan anak seperti kognitif, bahasa, nilai agama moral, sosial-emosional, dan seni. Pada usia ini anak mengalami masa peka untuk menerima suatu rangsangan dari luar, sehingga pembelajaran untuk anak dibuat menjadi senyaman mungkin dan menyenangkan. Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Di samping itu, aktivitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan keterampilan motorik anak usia dini.
Kegiatan bermain sangatlah mutlak bagi anak belajar sambil bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat membantu perkembangan motorik halus anak. Konsep pembelajaran yang konkrit sehingga tidak hanya bermain tetapi juga untuk melatih motorik halus anak, tidak hanya itu dalam bermain anak dapat diajarkan cara bekerja sama dengan temannya adanya
interaksi yang didalamnya ada proses sosialisasi dengan teman sebaya.
Penyediaan media oleh guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik untuk anak. Guru hendaknya menyesuaikan tingkat perkembangan anak didiknya agar pembelajaran yang dilakukan lebih efektif dan seluruh aspek perkembangan anak terutama perkembangan motorik halus anak. Fungsi media pembelajaran menurut Hamalik (Sari, 2015: 5) yaitu:
- Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif
- Penggunaan media merupakan bagian internal dalam sistem pembelajaran
- Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
- Penggunaan dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat proses pembelajaran dalam membantu siswa dalam upaya memahami materi yang disajikan oleh guru dalam kelas
- Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pendidikan
Permasalahan yang dialami oleh anak kelompok A TK Masyithoh Kalangan yaitu kemampuan motorik halus anak dalam hal keterampilan tangan kanan dan kiri belum berkembang dikarenakan guru kurang menstimulasi perkembangan anak. Oleh karenanya, guru akan menstimulasi perkembangan anak dengan media kain flanel yang dikreasi menjadi bentuk baju.
Kegiatan yang akan dilakukan dalam membuat kreasi baju menggunakan kain flanel untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yaitu menjahit, meresleting, menempel, menekan, dan mengancingkan. Anak akan membuat kreasi baju dari kain flanel yang disediakan guru. Selain kegiatan motorik halus, dalam kegiatan kreasi membuat baju dari flanel juga terdapat beberapa aspek perkembangan anak yaitu: aspek kognitif (mengambil kancing sesuai warna baju), aspek bahasa (anak menyusun huruf pada pola baju), aspek seni (anak menghias baju sesuai keinginan).
Bahan yang perlu disiapkan untuk membuat baju dari kain flanel
- Kain flanel
- Kain perca
- Resleting
- Tali
- Kancing baju
- Kancing press stud
- Huruf “baju”
Cara membuat baju dari kain flannel
- Sediakan kain flanel warna-warni
- Buat pola baju pada kain flanel
- Gunting pola yang telah dibuat (2 lembar untuk bagian depan dan bagian belakang) bagian belakang diberi resleting
- Lubangi bagian tepi pola untuk menjahit
- Jahit bagian tepi pola baju
- Masukkan kain perca pada pola baju dengan membuka resleting bagian belakang
- Tutup resleting bagian belakang
- Beri kancing sesuai dengan warna baju
- Hias pola baju sesuai keinginan
- Susun huruf “baju” dengan cara menekan kancing press stud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H