Mohon tunggu...
surya rachmannuh
surya rachmannuh Mohon Tunggu... Guru - Writer, Trainer and Coach

Seorang Coach dan Praktisi HR, Certified MWS Trainer, ISO Lead Auditor, Webmaster, berpengalaman di Competency Based Training and Development

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Citra Diri Berdasarkan Cinta

29 September 2010   01:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Citra diri berdasarkan cinta yang saya maksud adalah citra diri yang dibentuk dengan dasar cinta di dalamnya terutama Cinta TUHAN, karena sudah pasti TUHAN mempunyai rencana tersendiri bagi saudara dan saya secara khusus di dalam dunia ini, untuk apa kita dilahirkan di dunia ini.

Paling tidak kita dilahirkan dimuka bumi ini juga pasti berdasarkan cinta ayah dan ibu kita bukan?

Sering di dalam training dan seminar saya katakan bahwa ketika kita lahir sesungguhnya kita sudah menjadi pemenang karena kita adalah (maaf, sperma terbaik) dari ayah yang bertemu dengan sel telur ibu di rahim, dikandung selama 9 bulan lebih 10 hari (bila lahir normal, karena sekarang kebanyakan lewat caesar), maka lahirlah kita, buah cinta kasih ayah dan ibu kita.

Namun dalam perkembangannya, sejak kita masih kecil, sudah sering kita dicitrakan oleh orang lain dan lingkungan. Ketika masih bayi, mungkin kita semua dianggap sedang lucu-lucunya, ketika masih kecil dan sering bermain-main sering kita juga dilecehkan dan diberikan kata-kata yang kasar yang tidak disadari teman karena teman tersebut juga mendapatkannya dari lingkungan keluarga dan orang lain pula, semakin beranjak remaja kita juga membentuk citra diri lewat kenakalan-kenakalan kita, sampai dewasa pun masih banyak orang akan memberikan dan menilai citra diri kita lewat tingkah laku, sikap dan tindakan kita, serta yang paling menariknya adalah tidak semua pencitraan diri itu atau apa yang orang lain katakan itu benar, dan memang kecenderungannya memang begitu.

Jadi, yang perlu kita pahami, kita perlu memahami dulu bahwa citra diri yang sejati adalah citra diri yang berasal dari cinta dan pemahaman akan diri kita sendiri. Kita mau jujur dan mengintrospeksi diri kita senantiasa. Citra diri atau gambaran penilaian orang lain itu dapat diubah hanya jika kita dulu yang memberikan tanggapan positif terhadap diri kita sendiri terlebih dulu. Gunakan tes cermin. Ketika anda melihat cermin itu, apa yang dia katakan terhadap anda, karena dia adalah diri anda sendiri yang jujur mengatakan "apa adanya" bahkan yang orang lain tidak ketahui.

Ini adalah wilayah pribadi anda. Bersikap lembutlah kepadanya, jadikan dia rekanmu karena dia memang adalah suara batin anda sendiri yang berasal dari hati nurani yang bersih. Anda harus merangkulnya, entahkah terkadang dia berperan sebagai pencela atau pelatih batin, yang perlu anda ketahui adalah semuanya itu dilandasi oleh cinta, suara batin melakukan pencelaan ketika anda bersikap dan bertindak tanpa berpikir dan tidak sesuai dengan prinsip anda sedangkan pelatih batin membantu meneguhkan segala tindakan positif dan menjadikannya pengalaman yang berharga dan membentuk sebuah keyakinan atau prinsip yang baru sebagai pedoman di dalam kehidupan anda nantinya. Jadi tes cermin ini adalah alat yang efektif bagi kita, apakah kita sudah sesuai dengan apa yang diri anda benar-benar inginkan.

Banyak aspek-aspek yang membentuk citra diri anda. Namun anda perlu mempunyai sebuah prinsip dasar yang kokoh di dalam membentuk cirra diri anda yaitu melalui cinta. Bahwa karena cinta kasih TUHAN lah anda lahir di dunia ini lewat peran ayah dan ibu, dan TUHAN pasti sedang merencanakan segala sesuatu yang terbaik untuk kita semua, dan kita perlu belajar untuk meraih terbaik lewat apa yang telah disediakannya lewat pengembangan diri, karir dan profesi kita melalui tindakan terbaik kita atas potensi dan kompetensi yang kita miliki.

Salam Victory

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun