Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Kemenangan pun diraih ummat muslim. Semoga setiap insan yang berjuang selama sebulan penuh dengan puasa dan bermacam bentuk ibadah lainnya menjadi insan yang kembali fitri. Kembali bersih dari dosa. Seyogianya demikian.
Waktu demi waktu berjalan begitu cepat. Sebulan berpuasa seperti sekejap saja. Rasanya baru kemarin kita mengucapkan marhaban yaa Ramadan, kini semua muslim sudah merayakan hari raya kemenangan bersama..
Setiap Ramadan selalu memiliki kisah unik dan menarik. Setiap diri pasti menyambut dan menjalani Ramadan dengan berbagai kisah indahnya masing-masing. Karenanya Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri selalu menyisakan kenangan yang membekas di setiap perjalanannya.
Bangsa besar dan majemuk dalam seni, budaya dan agama ini, mendapat tiga momen penting yang terjadi di bulan Ramadan tahun ini.
Pertama, di saat kekhusyukan beribadah Ramadan, suasana sedikit memanas, terutama di Ibu Kota, Jakarta, saat KPU mengumumkan hasil Pilpres lalu, tepatnya 22 Mei 2019. Hingga publik mencatatnya sebagai Kerusuhan 22 Mei. Memanasnya suhu politik membuat pemerintah mengambil kebijakan dengan pembatasan akses beberapa media sosial yang terendus menimbulkan berita-berita meresahkan masyarakat (baca; hoax).
Kedua, Â peristiwa gagal ke-sekian kalinya lagi Tim Bulu tangkis Indonesia di ajang Perebutan Piala Sudirman (25 Mei 2019). Satu-satunya gelar yang diraih Tim Merah-Putih saat pertama kalinya digelar pada 1989 lalu ketika mengalahkan Negeri Ginseng, Korsel 3-2. Kali ini Duo Minions (Kevin sanjaya Sukmuljo & Markus Fernaldi Gideon) dan Tim Indonesia gagal menjadi kampium. Mereka kalah dan terhenti di semi final saat takluk di tangan Tim Matahari Terbit, dengan skor 1-3. Meskipun demikian kita patut mengapresiasi perjuangan mereka walau harus menelan pil pahit.
Ketiga, Peristiwa duka dengan wafatnya Ibu Ani Yudhoyono pada 1 Juni 2019 (27 Ramadan 1440H). Istri Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ini menghembuskan napas terakhirnya di National University Hospital (NUH), Singapura, pada pukul 11.50 waktu setempat.  Beliau pergi menghadap Illahi setelah didiagnosa mengidap penyakit blood cancer/kanker darah dan dirawat selama hampir tiga bulan di sana. Berita kepergiannya sungguh mengejutkan dan mengundang awan mendung di langit Bumi Pertiwi pada penghujung Ramadan.
Meski ketiga peristiwa nasional yang sempat membuat Negeri ini berduka,  namun kekhusyukan ummat  muslim tetap terjaga. Semoga Ramadan tahun ini benar-benar menjadikan ajang latihan untuk lebih ikhlas dan lebih sabar dalam menerima dan menghadapi kenyataan sepahit apa pun. Selalu berserah diri kepada Allah SWT sebagai Sang Mahakuasa dan Maha Pengatur segala atas apa yang terjadi di dunia. Kita wajib meyakini dan mengimani setiap kehendak-Nya.
Kini, hari kemenangan telah tiba. Hari yang fitri telah kita raih. Para pemudik Lebaran pun sudah bertemu dan berkumpul dengan orang-orang terdekat, terkasih dan tersayang, baik orangtua maupun sanak keluarga. Momen yang tepat untuk saling memaafkan atas segala kekhilafan dan kesalahan yang pernah diperbuat.
Jadikan 1 Syawal adalah momen untuk berbenah diri. Perjuangan selama sebulan penuh di bulan Suci Ramadan, jangan kita rusak. Jaga segala bentuk perjuangan dalam meraih kemenangan ini. Semoga setiap diri semakin dewasa dalam menjalankan keikhlasan dan kesabaran pada sebelas bulan kemudian.
Kemenangan di Hari Raya ini jangan menguap dan sia-sia tanpa bekas. Semoga kita menjadi pribadi yang indah layaknya kekupu yang baru keluar dari kepompong. Indah dalam bertutur-kata, indah dalam bersikap, indah dalam bertingkah laku, dan indah dalam menjalankan ibadah. Semoga bangsa yang besar ini semakin tabah dalam menghadapi segala peristiwa dan situasi apapun. Minal aidin wal faizin. Taqabbalallahu minna waminkum.Â