Setiap acara / event yang mengumpulkan massa dalam jumlah besar perlu memperhatikan dan mengelola beberapa hal antara lain:
- Keamanan
- Medis
- Kebersihan
- Komersial
- Transportasi
- Disaster plan
Cara pengelolaannya tentu berbeda, bergantung jenis acaranya. Contoh, acara perkawinan, Â perayaan hari besar kenegaraan atau keagamaan, peresmian proyek, concert, olahraga dll. Setiap acara tentu memerlukan manajemen yang berbeda. Seperti manajemen medis pada event olahraga.
Pada event olahraga, tanggung jawab medis dibagi menjadi 2:
- Pengunjung (spektator - termasuk undangan VIP)
- Partisipan (atlet dan seluruh tim pendukung)
Manajemen medis pada pengunjung, relatif sama dengan penanganan pada event lain, selain jumlah yang besar (misalnya pada pertandingan sepakbola dapat mencapai 40-100 ribu orang) hal lain yang mesti diperhatikan adalah emosi dan kompetisi (seperti sepakbola yang mempertandingkan 2 kubu, sering membawa emosi primordial, dapat dibayangkan bagaimana ledakan emosi tersebut saat menang apalagi kalah). Harus dipersiapkan berapa jumlah tenaga medis, sarana dan prasarana dengan memprediksi jumlah pengunjung. Termasuk berkordinasi dengan keamanan untuk mencegah kejadian bentrok antar pengunjung dan masuknya barang-barang yang potensial menimbulkan masalah keselamatan dan kesehatan. Beberapa bulan lalu kita mendapat kasus, meninggalnya penonton akibat petasan saat pertandingan sepakbola Indonesia melawan Fiji di Stadion Patriot Bekasi.
Menangani medis pada partisipan (atlet) sedikit berbeda, tidak dapat digeneralisir. Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangan:
- Lokasi pertandingan (luar arena atau dalam arena, out door atau indoor)
- Jumlah dan kualifikasi peserta (masyarakat umum dalam jumlah besar, atlet amatir atau professional, atlet pelajar)
- Lingkungan dan cuaca (ekstrim panas atau dingin, hujan, melalui tempat umum ber-lalulintas
- Jenis olahraga (risiko tinggi atau bukan risiko tinggi)
- Level kompetisi (lokal, nasional, internasional, penyisihan, final)
Menangani medis event lari 5K tentu berbeda dengan event marathon, peserta berjumlah 1,000 orang tentu berbeda dengan peserta belasan ribu orang, event pada musim panas berbeda dengan saat sering hujan, event pada bulu tangkis berbeda dengan event sepakbola dan seterusnya.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah:
- Suasana kompetitifÂ
- Pusat perhatian (Center of attention)
Dalam suasana kompetitif, atlet atau peserta bisa jadi tidak merasakan keluhan (problem medis) pada dirinya, sehingga tanda-tanda awal kegawatdaruratan dapat terlewati. Dalam aura kompetisi, tuntutan tim sangat tinggi agar atlet/peserta tetap mampu melanjutkan permainan/pertandingan. Di sisi lain, penatalaksanaan/penanganan dapat menjadi tidak optimal karena dilakukan secara terburu-buru agar permainan/pertandingan dapat segera dilanjutkan.
Pada saat menangani kasus di lapangan (side lines), tidak dapat dihindari, pemain dan petugas medis akan menjadi pusat perhatian. Dapat dibayangkan pada saat serunya pertandingan, mendadak berhenti dan fokus semua orang (peserta dan pengunjung, bahkan media jika ada peliputan langsung) ada pada satu lokasi. Psikologis dan mentalitas petugas medis akan sangat dipengaruhi oleh keadaan ini. Sering timbul kejadian yang tidak diharapkan (mungkin terlihat lucu) seperti, petugas jatuh saat berlari kelapangan, atlet yang jatuh dari tandu dan sebagainya. Belum lagi teriakan atau desakan atlet dan tim pendukung yang tidak jelas maksud dan tujuannya.
Dengan kompleksnya masalah, seperti penjelasan tersebut, maka tidak mudah untuk mengelola (manajemen) event olahraga. Tidak bisa hanya mengandalkan tim medis kegawat daruratan reguler. Salah satu profesi yang memiliki kompetensi tersebut adalah dokter spesialis kedokteran olahraga.
Manajemen medis event olahraga mengatur:
- SDM. Harus menguasai kegawat daruratan medis, sertifikasi ATLS dan BLS (BHD) menjadi syarat mutlak, memiliki pengetahuan tentang peraturan olahraga (basic rule of the game) menjadi nilai tambah.
- Memiliki peralatan pendukung adekuat/cukup. Â Contohnya Defibrilator, perlengkapan pendukukung evakuasi seperti collar neck, tandu dll.
- SOP kerja, termasuk di dalamnya prosedur evakuasi.Â
- Sistem rujukan. Kebanyakan kasus kegawatdaruratan tidak dapat diselesaikan di lapangan (side line) dan membutuhkan peralatan dan penanganan yang lebih kompleks. Untuk itu dibutuhkan fasilitas rujukan yang memenuhi syarat. Tidak semua rumah sakit dapat dijadikan rujukan. Perlu diperhatikan kelas dan ketersediaan RS tersebut untuk menjadi rujukan.