Saya tipe orang yang hanya peduli soal sepakbola dan secangkir kopi tapi juga tidak bisa menahan diri untuk membaca headline serta topik pilihan kompasiana. Mungkin karena sudah kurang tertarik dengan berita di televisi dan media lain yang sudah berkurang kredibilitasnya oleh intervensi politik, atau karena tulisan kompasianer sekalian yang menarik dan bermanfaat. Setelah membaca salah satu topik pilihan hari ini: Investigasi Allan Nairn, Kudeta Jokowi atau Kudeta Panglima TNI? (terima kasih untuk Nury Ajalah) saya jadi tertarik untuk membaca investigasi Allan Nairn di Tirto dan originalnya di The Intercept.
Setelah membacanya, saya merasa tidak ada yang terlalu baru, kecuali untuk dokumen Snowden dan pernyataan-pernyataan on the record. Sebelum investigasi Allan Arnain diterbitkan, saya (dan kemungkinan jutaan warga Indonesia lainnya) telah sempat terpikirkan skenario yang hampir sama tentang hubungan makar - Fadli Zon - Rizieq Shihab - FPI - HT - Donald Trump - Freeport - Munarman - Tomy Soeharto - Munir - Kivlan Zen - SBY - hingga ke Pilgub Jakarta 2017 dan kasus penistaan agama Ahok.
Saya yang notabene bukan jurnalis (menulis di kompasiana merupakan pengalaman pertama saya menulis) dengan tidak sulitnya bisa mengaitkan berita yang ada di media online dan koran selama ini menjadi sebuah skenario , apalagi Allan Nairn yang merupakan seorang jurnalis kelas dunia? pastinya tidak memutuhkan waktu lama untuk 'mengarangnya'. Maksud saya di sini adalah masih ada kemungkinan kalau pernyataan Panglima TNI benar bahwa investigasi Allan Nairn ini cuma 'isu kecil' (baca :Panglima TNI Nilai Tudingan Kudeta yang Ditulis Allan Nairn Isu Kecil). Allan nairn hanya menulis sebuah skenario yang dirangkum dari berita di media lalu menambahkannya dengan bumbu 'snowden dan pernyataan on the record'.Namun saya juga setuju dengan komentar Muhammad Sadam di 'Investigasi Allan Nairn, Kudeta Jokowi atau Kudeta Panglima TNI?' bahwa kita jangan terburu-buru menafikan kredibilitas proses jurnalistik yang dilakukan Allan Nairn. Sebab belum ada bukti valid bahwa investigasi Allan ini cuma sekedar HOAX.
Pernah saya melakukan riset kecil-kecilan mengenai hubungan TNI, Freeport dan politik Indonesia ketika sedang membantu penulisan sebuah jurnal mengenai Implementasi Kebijakan Pengamanan PT.Freeport Indonesia. Saya pun sampai pada sebuah buku Too High a Price: The Human Rights Cost of the Indonesian Military oleh Lisa Misol.Â
Di mana di buku tersebut menulis tentang pelanggaran HAM yang dilakukan TNI di Papua disebabkan oleh 'uang suap' PT. Freeport Indonesia. Dan seberapa besar kepentingan Amerika di perusahaan ini (PTFI), serta bagaimana intervensi pemerintah USA dalam politik Indonesia. Dari sinilah awal mula ketertarikan saya membentuk berbagai opini terkait intervensi AS terhadap politik Indonesia.
Dan sekarang bagaimana semua seperti terlihat masuk akal, bahwa Bapak Jokowi adalah musuh terbesar AS yang sekarang dinahkodai Donald Trump. Jokowi adalah presiden pertama yang berani melakukan divestasi saham freeport hingga 51% setelah setengah abad beroperasi di tanah air. Belum ada presiden sebelumnya yang berani melakukannya bahkan dari era Soeharto.Â
Dari sini bisa kita lihat mudahnya Nairn mengaitkan segalanya ke dalam sebuah 'skenario investigasi'. Mungkinkah ini yang dilakukan Nairn? atau mungkin justru dia menuliskan fakta sesungguhnya? Janganlah dulu mengumbar kemarahan ke publik apalagi memarahi pejabat pemerintah di sosmed sebelum kita tahu fakta sesungguhnya.
Terlepas dari benar atau tidaknya investigasi Allan Nairn ini (saya harap tidak!), marilah kita dukung kerja Presiden kita, sebab negara yang lagi dilayaninya juga toh negara kita sendiri. Beliau terpilih karena kehendak Tuhan loh. pliz #janganikutanmakar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H