Mohon tunggu...
Andrew Tuhumena
Andrew Tuhumena Mohon Tunggu... -

Tulisan, lahir dari sebuah Keresahan!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

#Plur

21 Februari 2019   18:49 Diperbarui: 21 Februari 2019   19:01 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pluralisme  dapat berarti kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, gologan, agama,adat, hingga pandangan hidup. 

Pluralisme mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai pluralisme diperlukan adanya kematangan dari kepribadian seseorang dan/atau sekelompok orang (sumber:wikipedia).

Akhir-akhir ini, di negara kita sering sekali terjadi tindak diskriminatif atas nama agama. Entah apa yang mendasarinya. Kita seolah lupa akan makna dari "BHINEKA TUNGGAL IKA", semboyan negara yang sepertinya sudah mulai "basi". Mana negeri ku yang dulu? Dimana masyarakatnya dapat hidup rukun dan berdampingan. 

Dulu kita tidak pernah meributkan hal ini, hal yang memang seharusnya tidak perlu di ributkan dan di perdebatkan. Dulu aku sekolah di salah satu SMP kristen di kota Malang, dan tidak sedikit teman-temanku yang berbeda keyakinan, tapi kita damai-damai saja, bahkan sampai sekarang kita masih berteman baik. 

Aku rindu negeri ku yang dulu begitu harmonis, tidak mempermasalahkab keyakinan seseorang. Di zaman sekarang, aku cari kos-kosan aja ditulis, "Terima Kost Putra ...... (Di khususkan untuk agama tertentu), dan ini bukan 1 atau 2, BANYAK!!!! Bahkan saat mencari lowongan kerjaan lewat internet pun tidak sedikit pula pemberi lowongan yang memberi persyaratan harus dari kalangan agama tertentu. 

Bahkan orang "meninggal" pun di ributkan, tidak boleh ada simbol agama! Miris memang, negara-negara lain sudah mulai bergerak maju, kita masih ribut-ribut masalah agama! Aku rindu negeri ku yang dulu, yang "katanya" memiliki semboyan "BHINEKA TUNGGAL IKA". 

Mana kita yang dulu saling berjabat tangan? kenapa sekarang sangat jauh berbeda? Jangan heran kenapa negara kita dari dulu masih tertinggal dari negara2 maju, selama pola pikir masyarakatnya tidak di ubah, mau siapapun pemimpinya kelak, negara ini tetap susah untuk bersaing dengan negara maju! Mungkin kata-kata "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI JASA PAHLAWANYA" harus di beri tambahan "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PERBEDAAN YANG ADA DI DALAMNYA". 

Jangan sampai masalah "Perbedaan" membuat kita terlihat sebagai bangsa yang kecil di mata negara lain. Kembalikan negeriku seperti dulu! Aku rindu bersenda gurau, saling mengucapkan salam dan selamat,serta saling jabat tangan dengan sahabat-sahabatku!!

Tulisan ini di buat bukan untuk menjelekan atau menghina kelompok/orang/agama tertentu!jika ada yang tersinggung, saya mohon maaf!! Saya meyakini bahwa terkadang tulisan itu lahir dari sebuah keresahan. 

Tulisan ini murni dari kerinduan  akan negeri ku, yang dulu masyarakatnya hidup rukun, berdampingan dan saling berjabat tangan,tanpa peduli dari suku/ras/agama apapun. Terkadang diam tak selamanya emas, terkadang kita harus berani bersuara untuk membungkam hal-hal yang tidak benar! Jangan ada lagi kata "mayoritas" dan "minoritas". Kita sama, setiap warga negara memiliki hak yang sama!

#PLUR 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun