Mohon tunggu...
Daniel AgungNugroho
Daniel AgungNugroho Mohon Tunggu... Musisi - Komposer kata

Instruktur drum,keyboard,dan vokal yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hukuman Kekal dan Neraka: Dua Antitesis Cinta yang Mahakuasa

8 September 2019   01:15 Diperbarui: 8 September 2019   01:22 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika orangtua tidak memperdulikan harta anaknya saat mengasihi anaknya, maka Tuhan pun mengasihi semua anakNya tanpa memperdulikan faktor ekonomi.

Jika orang tua mencintai anaknya apapun karakternya demikianlah TUHAN mencintai kita manusia apapun karakter kita.

Jika orang tua menghukum anaknya secara EDUKATIF dan BUKAN DESTRUKTIF(MEMBUNUH/MEMBINASAKAN), maka pastilah TUHANPUN JUGA MENGHUKUM DENGAN VISI EDUKATIF DAN BUKAN DESTRUKTIF.

Nah poin keempat tentang hakikat HUKUMAN EDUKATIF yang menjadi standard cinta orang tua(standard tertinggi cinta manusia) pastilah ada dalam cinta TUHAN(yang memiliki standard jauh diatas standard manusia) dan tidak mungkin TUHAN MENERAPKAN HUKUMAN DESTRUKTIF yang  notabene secara faktual berada dibawah HUKUMAN EDUKATIF karena tidak akan pernah ada orangtua(kecuali yg abnormal atau psycopath) yang menghukun anaknya sendiri sampai mati.

Lalu apa hubungan antara HUKUMAN KEKAL (dan berbagai bentuknya seperti neraka dan lain lain) dengan fitur diatas?HUKUMAN KEKAL ITU BERSIFAT DESTRUKTIF karena bertujuan menghancurkan/menyiksa yang dihukum saja,tanpa adanya proses EDUKASI. Maka HUKUMAN KEKAL TIDAKLAH MUNGKIN DITERAPKAN TUHAN KARENA TUHAN SENDIRI MAHACINTA DAN FITUR HUKUMAN EDUKATIF LAH YANG KOMPATIBEL DENGAN KASIH TUHAN.

Lalu jika bukan hukuman kekal?hukuman apakah yang kompatibel dengan hukuman edukatif?REINKARNASI lah jawabnya. Dengan reinkarnasi setiap makhluk memiliki tugas/hukuman/pr yang dibawa dari kehidupan sebelumnya . Jika hukuman selesai dijalankan,maka setiap makhluk akan NAIK KELAS di alam yang lebih tinggi. Jika hukuman tidak selesai dijalankan dia akan TINGGAL KELAS di kehidupan berikutnya alias harus menyelesaikan hukuman/karma buruk. Jika hukuman tidak selesai dijalankan ditambah melakukan tindakan yang buruk dan menambah hukuman,dia akan TURUN KELAS dilahirkan dialam yang lebih rendah dengan hukuman yang lebih berat.
Lalu apa yang menjadi wisuda kita?ketika kita bisa lepas dari proses reinkarnasi dan bersatu dengan TUHAN.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun