Mohon tunggu...
Drul Arifin
Drul Arifin Mohon Tunggu... -

im juventino

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

#YukMembangkang

21 Maret 2015   01:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#YukMembangkang

Sepintas judul tulisan ini agak mirip dengan judul buku “ Yuk Berhijab” –nya al mukarrom ulama besar yang termahsyur Felix Siauw. Tapi tulisan ini sedikit banyak akan membahas faedah-faedah dari amalan “pembangkangan” yang semestinya kita (manusia) lakukan. Seringkali jika kita mendengar kata “Pembangkangan” penilaian kita tak jauh dari penghianat, pemberontak, perusak suasana, provokator, dan sejenisnya. Oke itu sah-sah saja itu kan pandangan awam. Namun, kita kan seorang intelektual jadi ndak mungkinlah sepicik itu dalam menafsir kata “pembangkangan”. Ah, saya juga tak perlu risau toh intelektual sekarang sudah jago sekali dalam urusan diksi. Dalam tulisan ini saya ingin mengajak pemirsa untuk melakukan apa yang disebut “pembangkangan”. Mengapa? Agar hidup kita sebagai Khalifah di bumi ini bisa khaffah.

Akar Pembangkangan

Tak banyak memang manusia yang berani menampilkan dirinya seperti yang dia inginkan. Bisa jadi karena mereka takut, minder atau kurang pede. Mereka Sadar atau tidak sadar, timbulnya rasa takut disebabkan karena mereka ‘sudah terpenjara’ dalam kontruksi sosial lingkungannya yang “memaksa” seseorang untuk menjadi apa yang lingkungannya kehendaki. Misal : Si Syahran tidak ikut upacara kemerdekaan Indonesia karena fokus untuk latihan kompetisi futsal female cup, akan tetapi tiba-tiba si gurunya datang dan menegurnya “wah ente gak nasionalis yan”. Karena takut disangka tak nasionalis, maka Syahran memutuskan ikut upacara dan memutuskan untuk les privat pendidikan Pancasila.

Contoh kasus tersebut menginsyaratkan bahwa bagaimana lingkungan mudah sekali meghemoni suatu individu. Entah dengan doktrinnya maupun melalui propagandanya. Tak selamanya memang lingkungan memberi dampak negatif kepada suatu individu. Akan tetapi dengan terlalu represifnya lingkungan dalam mengkonstruksi suatu individu, maka yang terjadi kemudian adalah individu tersebut tidak tumbuh sebagaimana yang dia inginkan. Meskipun dia ingin mengeksplorasi lebih jauh tentang dirinya, akan tetapi jika individu sudah terjatuh sangat dalam pada konstruksi sosial yang “memaksanya” menjadi manusia-manusiaan, yang terjadi individu tadi kehilangan eksistensi kemanusiannya. Mereka phobia dengan lingkungan yang akan mencapi/menstempeli dirinya dengan orang yang “tidak normal”. Oleh karena itu ada kalanya kita perlu ke kamar mematikan lampu, sembari memejamkan mata dan juga mulai merenungkan apa yang pernah diucapkan Jean Paul Sartre kalau “Other People is Hell”. Ya orang lain dengan omongannya atau tindakannya kerap menjadi hambatan kita untuk menjadi Manusia yang seutuhnya. Dari sini taktala keinginan kita untuk menjadi manusia seutuhnya merasa dihambat oleh orang lain (lingkungan). Tak ada jalan lain selain melakukan “Pembangkangan”. Pembangkangan bukan cuma soal membangkang, akan tetapi suatu individu harus tau dan sadar dititik mana dan mengapa dia harus membangkang. Camus bilang “pembangkangan” merupakan sifat essensial dari suatu manusia, ia tak selamanya ada akan tetapi sekalinya muncul dynamite pun tak mampu menyainginya.

Setidaknya munculnya pembangkangan bukan suatu fenomena yang datang tanpa diundang macam jelangkung. Pembangkangan muncul karena diundang. Pembangkangan diundang dari rasa kejenuhan atas suatu kuasa yang begitu hegemonik atas dirinya. Pembangkangan juga datang saat ada sesuatu/fenomena yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Meminjam kata Pram “membangkanglah sejak dari dalam pikiran”. Dari titik inilah embrio-embrio pembangkangan muncul. Tidak cukup sampai disitu saja. Diperlukan reaksi yang agak sedikit radikal lagi untuk mengejewantahkan seseorang agar bisa disebut “pembangkang”. Reaksi yang diperlukan adalah calon pembangkang harus berani, bisa melepaskan segala unsur menindas yang masih dominan atas dirinya. Ketika mereka telah berhasil melepaskan itu semua. baru mereka dapat ditasbihkan sebagai Pembangkang.

With Rebellion, Awareness is born”

Setidaknya itulah yang dikatakan Albert Camus dalam novelnya “The Rebel”. Bahwa dengan adanya pembangkangan, maka kesadaran akan lahir. Membangkang berdampak pada mulai jalannya kesadaran kritis terhadap realitas. Dalam situasi krisis misalnya, Pembangkang mulai menanyakan seperti ini misalnya ‘kenapa terjadi seperti ini, ih kok gini sih, siapa yang salah dia , kamu atau aku?’. Seorang pembangkang merupakan makhluk yang aktif menghadapi situasi dan tidak menerima begitu saja apa yang terjadi. Singkatnya seorang pembangkang merupakan mereka yang mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap situasi yang tidak mengenakkan hidupnya. Kata ‘hidupnya” disini haram jika ditafsirkan ke ranah egoistis semata. Melainkan situasi yang bukan hanya tidak mengenakkan hidupnya tapi juga khalayak ramai. Seorang pembangkang harus bergabung dengan para pembangkang yang lain untuk membawa satu tujuan yakni membela dan mengadvokasi mereka yang ingin membangkang namun tidak cukup berani melepaskan suatu kuasa yang hegemonik pada dirinya. Para pembangkang harus berjamaah dalam urusan membela kepentingan kaum terhegemonik. Karena “Sebaik-baiknya Pembangkang adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain’. Merekalah yang akan menjadi garda terdepan untuk merubah situasi krisis menjadi tidak krisis lagi. Pembangkang adalah mereka yang mempunyai jiwa ‘koboi’ yang tak pantang menyerah ketika lingkungan meremehkannya. Karena, dalam jiwa pembangkang terdapat prinsip “Tak masalah melawan arus, karena hanya ikan mati dan sampah yang akan hanyut terbawa arus”. Jadi jangan takut untuk membangkang. Membangkang tak membunuhmu kok. Sekali lagi jangan takut berbeda, jangan takut bersuara, dan jangan takut untuk bergerak. Jika dilarang maka membangkanglah.

Hiduplah seperti yang kau inginkan, kamu adalah tu(h)an bagi dirimu sendiri.

-Sartre-

Panjang Umur Pembangkangan!!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun