Melihat kondisi bangsa hari ini, membuat saya masuk dalam perenungan yang lebih dalam. Mengingat dan menimbang kenangan saat SBY menjabat Presiden. Jujur, hal itu membuat saya rindu dengan masa-masa itu.
Sewaktu SBY menjadi Presiden RI, saya termasuk orang yang sering mengkritik pemerintah dengan cara aksi demonstrasi bersama teman-teman mahasiswa lainnya saat itu. SBY tidak pernah reaktif menanggapi kritikan dari rakyat. Ia dengan tenang menjelaskan duduk persoalan kepada rakyat kenapa suatu kebijakan harus diambilnya.
Hal tersebut membuat ruang demokrasi terbuka lebar pada era kepemimpinannya. Semua orang, siapa saja, apapun latar belakangnya bebas menyampaikan pendapat dan kritikannya pada pemerintah. Baik melalui saluran demonstrasi, media, dan kritikan-kritikan melalui media sosial.
Artinya, pada saat itu SBY selain sukses membangun demokrasi ia juga berhasil mengajak rakyatnya untuk bersama-sama membangun bangsa ini. Pemerintah tidak bekerja dengan apa yang dipikirkannya baik, tapi bekerja untuk apa yang diinginkan rakyatnya. Keadaulatan negara saat itu benar-benar berada di tangan rakyat.
Bicara masalah hukum, SBY tanpa tedeng aling-aling juga memperlihatkan hukum bekerja dengan alur yang seharusnya. Tidak tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Siapa yang makan cempedak, makai ialah yang kena getahnya.
Lihat saja contohnya dalam penangan kasus hukum bagi para koruptor. Sejumlah nama mentereng mau tidak mau harus memakai rompi orange dari KPK. Dari politisi yang berasal dari partai oposisi pemerintahan sampai dengan politisi yang parpolnya berkoalisi dengan pemerintah.
Bahkan ia tidak segan-segan mempersilahkan KPK untuk memeriksa "anak kandungnya" Ketua Umum Demokrat saat itu Anas Urbaningrum. Maka tidak heran ketika mantan juru bicara Johan Budi pernah mengelurkan statement "Salah satu yang perlu dicontoh (presiden selanjutnya dari SBY) adalah semangat pemberantasan korupsi,".
Apa yang ditunjukkan SBY dalam hal demokrasi dan penegakan hukum semestinya menjadi contoh bagi pemimpin selanjutnya dalam membangun tatanan sosial masyarakat Indonesia. Memang tidak ada yang sempurna dari seseorang, namun ketika ada yang baik hendaknya dilanjutkan oleh yang meneruskan. Ini sesuai dengan semangat yang selau disampaikan oleh Presiden RI ke 6 ini, "yang sudah baik dilanjutkan, yang belum baik diperbaiki".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI