Para peneliti di Washington University School of Medicine di St. Louis, USA baru saja melaporkan penemuan mereka tentang disain biologis luar biasa yang ada di mata seekor ayam. Ternyata, seekor ayam memiliki lima jenis reseptor cahaya di matanya. Hebatnya, kelima reseptor tersebut terjalin sedemikian rapinya sehingga kesemuanya ada di seluruh bagian retina, sementara reseptor yang sejenis tidak ada yang saling bersebelahan. Subhanallah, puji Tuhan! Jalinan kelima reseptor yang demikian rapinya membuat seekor ayam dapat melihat banyak sekali warna di bagian manapun di retinanya.
Menurut Joseph C. Corbo, MD, PhD, seorang penulis senior yang merupakan seorang asisten profesor dalam bidang patologi dan imunologi serta dalam bidang genetik, pengaturan reseptor warna yang sedemikian rapinya sangat jauh melampaui apa yang terdapat di retina mamalia, termasuk manusia. Akibatnya, ayam lebih baik dalam membedakan warna ketimbang manusia! (Wah, untung ayam tak dapat membuat test buta warna, bisa jadi kita tak lolos test yang mereka buat lho - red)
Retina manusia memiliki reseptor yang sensitif terhadap panjang gelombang untuk warna merah, hijau, dan biru (RGB - Red, Green & Blue). Sementara retina ayam (atau unggas), selain memiliki reseptor untuk panjang gelombang ketiga warna tersebut, juga memiliki reseptor yang dapat mendeteksi panjang gelombang untuk warna ungu (violet) - termasuk ultraviolet - dan sebuah reseptor ganda yang diyakini oleh para peneliti membantu unggas untuk mendeteksi gerakan.
Susunan kelima reseptor yang tersebar merata di seluruh retina dan tak adanya reseptor sejenis yang saling bersebelahan memberi petunjuk adanya aturan yang berlaku menyeluruh, bahwa setiap reseptor dapat saling berdekatan, kecuali dengan reseptor sejenis. Dan ini dapat membantu para peneliti mempelajari kemampuan penglihatan manusia. Prof. Corbo pun menyatakan bahwa mereka berencana untuk mengembangkan penelitiannya ini untuk dapat dikaitkan dengan pemanfaatan stem cell dan teknik lain agar mampu menyembuhkan hampir 200 jenis kelainan genetik yang menyebabkan kebutaan. Semoga di kemudian hari saudara-saudara kita yang terkena gangguan penglihatan dapat menikmati hasil penelitian ini dan mampu melihat gemerlapnya dunia dengan terang benderang! Amiin...
(Disarikan dari Science Daily, 17 Februari 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H