Mohon tunggu...
diah rosita
diah rosita Mohon Tunggu... -

menulis, untuk mengungkapkan tanpa jeda

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kampung Resman Gang A3 (Season 2)

10 Maret 2011   02:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:55 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Laporan Puspa menarik perhatian 2 orang polisi lain yaitu Bripka Herry yang berbadan besar dan gendut dan Bripda Idonk yang berkulit putih.

"Kalian tau di mana Ujang sekarang?", Bripda Budir bertanya

Ketiga gadis itu menggeleng... dengan perasaan takut, takut polisi-polisi itu tidak percaya dan menuduh mereka telah meyembunyikan Ujang.  Diah menggenggam erat tangan Puspa, Wiwit mulai meremas-remas perutnya, asam lambungnya mulai menusuk-nusuk, sakit maag nya kumat dalam keadaan takut begini.

"Baiklah, saya minta photo copy identitas kalian semua, dan kalau bertemu lagi dengan Ujang segera lapor",  Bripda Budir menarik lembaran laporan dari mesin ketik.  "Tanda tangan disini", Bripda Budir menunjuk tempat yang harus ditandangani Puspa dan kedua temannya.

Peristiwa perampokan koperasi itu menjadi topik yang semakin hangat di bicarakan orang-orang di pasar.  Banyak orang yang bertanya-tanya kepada Agus, karena mereka mengetahui Agus dan Ujang tinggal di kampung yang sama.  Tidak munculnya Ujang selama beberapa hari ini di pasar semakin membuat orang-orang percaya bahwa Ujang adalah pelakunya.  Agus hanya bisa mendengarkan berita panas itu.

"Ful..", seseorang menepuk punggung Saiful.  Saiful menoleh dan terkejut melihat yang ada di hadapannya.  Seketika Saiful menjadi emosi, berdiri dan hendak memukul kedua orang tersebut.

"Tahan bung...", Suryadi menahan lengan Saiful.

"Aku kira kalian teman yang baik, kalian tau sekarang Ujang jadi buronan polisi? kenapa kalian tinggalkan dia",  Saiful marah

"Tunggu dulu Ful, aku jelasin dulu... kita nggak ninggalin Ujang begitu aja, begini...",  Suryadi menarik kursi plastik usang dan duduk.

Suryadi dan Ali bergantian menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi di hari perampokan koperasi itu.  Suryadi dan Ali menunggu di bawah pohon, duduk berkumpul bersama para buruh buruh pasar sambil terus memperhatikan Ujang yang memasuki kantor koperasi.  Baru saja Ujang masuk, Ali melihat 2 orang  memakai topi berlari dari belakang kantor koperasi menyebrangi lapangan bola.  Ali memberi tahu Suryadi.  Belum sempat mereka berbuat apa-apa, orang-orang di pasar berteriak "rampok...rampok".  Ali dan Suryadi menghidar dari kerumunan orang-orang yang mulai memadati sekitarnya.  Mereka berjalan cepat memutari pasar menuju ke seberang lapangan bola.  Ali dan Suryadi mengerti apa yang telah terjadi, seseorang atau sekelompok orang sudah melakukan perampokan sebelum Ujang.  Mereka berusaha mengejar pelaku perampokan, tapi mereka sudah kehilangan jejak.  Dalam pikiran yang kalut Suryadi dan Ali berdiri gelisah di pinggiran kanal dekat lapongan bola.  Tiba-tiba matanya tertuju pada sebilah celurit yang tergeletak didekat pohon kelapa tempatnya berdiri.  Terdapat bercak darah.  Ali hendak mengambilnya tapi Suryadi menahannya, "jangan di pegang, aku tau siapa yang biasa pakai celurit  seperti ini".  Ali dan Suryadi meninggalkan celurit itu di pinggir kanal, menuju kampus di belakang kampung Resman... mencari informasi dan bukti, selama 4 hari ini.

"Jadi kamu sudah tau siapa sebenarnya yang merampok?", Saiful bertanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun