Ini adalah percakapan saya dengan keponakan yang sekarang kelas 8 SMP.
Keponakan: Tante kemarin bilang bahwa jika kita hemat listrik, memakai AC seperlunya, mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan dapat membantu Indonesia sejahtera?
Tante: Ya tentu saja.
Keponakan: Tapi kan kita membayar listrik,. Jika kita membayar tagihan listrik lebih rendah dari bulan kemarin, bukankah pendapatan PLN berkurang? Kalau pendapatan kurang, kan PLN rugi?
Tentu saja benar bahwa jika kita mengurangi konsumsi listrik maka otomatis pendapatan PLN berkurang. Tetapi, apakah ini merugikan negara sebagai pemilik PLN? Mari kita ulas lebih lanjut.
Benarkah dengan berhemat dalam mengkonsumsi listrik dapat mendukung upaya Net-Zero Emissions? Bagaimana alur berpikirnya?
Seperti sebuah perusahaan, rumah tangga ataupun pribadi sebetulnya juga perlu melakukan efisiensi. Dengan melakukan efisiensi, maka biaya hidup menjadi lebih hemat. Hal ini artinya ada uang lebih untuk diinvestasikan, ditabung atau dibelanjakan untuk hal yang lebih produktif.
Katakanlah kita bisa menghemat tagihan listrik 10% saja. Ini setara lebih dari satu bulan biaya listrik kita gratis dalam rentang satu tahun. Artinya ada dana 10% yang tersedia tanpa kita harus kerja lembur atau kerja ekstra. Dengan dana baru sebesar 10% tadi, kita bisa lebih produktif.
Bagaimana dari sisi pemerintah?
Dari tabel diatas dapat dirangkum bahwa sumber energi PLN 63,15% berasal dari energi tak terbarukan, 6,57% berasal dari energi berbasis Net-Zero emission dan 30,25% berasal dari partisipasi swasta. Bio diesel saya masukkan dalam energi tak terbarukan karena komponen CPO-nya hanya 10%.
Dari sisi potensi penghematan, ada 63,15% sumber energi tidak ramah lingkungan yang bisa diganti dengan sumber energi net-zero emission. Demikian juga dari sisi listrik swasta, yang tidak akan keberatan berinvestasi jika bisnis energi terbarukan menjadi lebih menguntungkan.