Ternyata Kezhaliman kembali menampakkan dirinya di negeri yang telah bebas dari penjajahan, kekuasaan dengan ketamakan dan penyimpangan sebagai cacat bawaan utamanya, kembali bangkit dari kubur. Sejarah kezhaliman berulang tanpa henti –hentinya menghantam Bangsa yang sudah kenyang dengan penindasan, Bangsa yang tergopoh gopoh memikul beratnya beban kehinaan,  Bangsa yang hampir tidak bias lagi merasakan demarkasi  antara kehormatan dan kenikmatan  dengan kehinaan dan penderitaan. formalitas Kemerdekaan sebagai klimaks epik kepahlawanan memperpanjang tragedi kebangsaan
Risalah Kepahlawanan yang telah turun temurun menjadi tugas dari Tuhan untuk senantiasa mengajak manusia menegakkan penghormatan nilai kemanusiaan, kepahlawanan hanya actual dan bangkit melawan Kezhaliman sebagai karakter utama kolonialisme ketika kesadaran atas peran prophetic setiap anak bangsa yang pastinya dilandasi nilai nilai spiritualitas dan humanitas dari setiap jengkal dan nafas para pejuang. Â para Pendiri Negara secara sadar, tegas, Jujur, terbuka dan kongkrit menyatakan bahwa Negara ini hanya bisa lahir dan merdeka dari segala bentuk Kezhaliman, Merdeka untuk sejahtera, Merdeka untuk rasa aman, merdeka untuk beribadah karena adanya rahmat dan berkah Tuhan yang diertai kegigihan para Pahlawan.
Penghinaan atas Martabat warga negara Indonesia oleh politisi Busuk dengan berkedok tema Pelayanan dan procedural diluar paket kemenag, tindakan mengkriminalisasi warga Negara yang berHaji menunjukkan pengkhianatan atas tanggung jawab esensial Negara untuk menjaga dan melindungi martabat dan kehormatan setiap warga Negara sebagai mana penegasan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.disisi lain, Padahal harga tak ternilai dihadapan pahlawan adalah membebaskan Bangsa dari martabat yang terinjak, harga diri manusia Indonesia yang terhina oleh ketamakan kolonialis,
Kementerian yang dibentuk sebagai bawahan yang membantu tugas-tugas konstitusional Presiden sebagai kepala Pemerintahan malah menjadi lembaga yang banyak gerogoti dan merampas hak warga Negara, kementerian Agama (kemenag) yang ditugasnya membantu Presiden dalam konteks konstitusi bertugas menjamin dan melindungi kehormatan Agama dan penganutnya. Kemuliaan tugas yang diemban kemenag dari periode ke periode malah berkembang dan bersimbiosis menginjak injak esensinya sebagai pembantu Presiden dus pelayan Rakyat.
Kebiadaban kemenag menghinakan dengan istilah Haji Ilegal dan akan mereka berantas bagai binatang haram telah menginjak-injak kemuliaan perjuangan pahlawan, konspirasi jahat Politisi busuk Suryadharma Ali dan Bahrul Hayat serta oknum Kemenag lainnya merupakan Bencana dan penistaan bagi Agama  serta merendahkan martabat Kemanusiaan anak bangsa tersebut sebagai Warga Negara Republik Indonesia. Kezhaliman yang beranak pinak; penghinaan, perampasan hak, kriminalisasi, pelecehan, penistaan demi pemuasan syahwat kekuasaan, adalah Tema yang menjadi spirit lahirnya Epik kepahlawanan
Pengorbanan Air mata dan darah Pahlawan Bangsa ini dalam menegakkan kemuliaan dan harga diri bangsa malah dianggap oleh Politisi Busuk SDA dan Birokrat Bejat Kemenag sebagai kesempatan untuk mendaur ulang konspirasi kezhaliman yang merupakan ciri utama karakter penjajahan, pada akhirnya istilah dan karakter  Penjajah di bangsa ini menjadi  abadi, Epik kepahlawanan yang sarat akan kepedihan masih tergadai harus dibayar  mahal atas ke’brutus’an politisi busuk dan birokrat bejat di kementerian Agama
Fenomena pengkhianatan oleh lembaga yang dipimpin dari Politisi busuk menjadi trend tersendiri, Terorisme Negara dan Kriminalisasi oleh Negara atas Agama dan Warga Negara sebagai Pemilik Sah Republik ini menjadi tidak lucu sebagai anekdot, sebab Bangsa ini sedang memulai babak baru menegakkan kehormatan dan martabatnya untuk berdiri setara dengan bangsa lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H