"Sejak saya lahir, saya sudah dalam keadaan Islam, saya muslim. Nenek-moyang saya muslim. Dan cukup nabi Muhammad s.a.w yang akan menyaksikan bahwa saya seorang muslim di hadapan Allah," jawab bu Ratna.
" Nabi Muhammad sudah meninggal Bu. Kenabiannya sudah terputus. Tapi ada risalahnya, penerusnya. Kerasulannya. Dalam sebuah ayat suci AL-quran Allah menganjurkan untuk taat kepada Allah, taat kepada rasul, dan Ulil Amri. Apakah ibu sudah punya ulil amri?" tegas Fatimah.
"Ull Amri itu bukan suami, bapak, imam shalat, atau pun Pak presiden. Ulil Amri itu adalah pemimpin umat islam, khilafah," lanjutnya.
"Saya memang tdak sepandai Anda, tapi saya tetap pada keyakinan saya," jawab bu Ratna tegas. "Mila, sekarang kamu pilih, kembali ke rumah dan tetaplah pada aqidah yang orang tua kamu ajarkan, atau pergi dari rumah untuk selamanya,"tegas Bu Ratna.Â
Mendengar hal itu, Mila semakin terpukul. Bagamana pun, ia sudah mencintai ajaran barunya dan da sudah berikrar di hadapan para saksi. Dalam ikrar itu, salah satu isi dari ikrarnya adalah tidak berkhianat apalagi murtad. Namun, a juga punya keluarga dan orang tua yang membesarkannya.
"Mila yakin akan pilhan Mila, Ma, maafkan Mila," ucap Mila. Hatinya sebenarnya sangat hancur.Â
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H