Mohon tunggu...
fariza indrianto
fariza indrianto Mohon Tunggu... Buruh - Seorang Blogger Engineer

hanya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ujian Nasional Menjelang, Semua Tegang

3 Maret 2012   08:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:35 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UN Datang Semua Tegang

Ujian nasional selalu menjadi momok, keberadaannya memiliki dua pilihan bagi kita. satu sisi dengan adanya UN maka prestasi dan kemajuan putra didik akan menjadi meningkat dengan kata lain maka secara tidak langsung akan mecerdaskan kehidupan bangsa indonesia pada umumnya. di lain pihak UN menimbulkan kecemasan yang luar biasa, apalagi kalau bukan sebuah harapan untuk bisa menyandang kata 'lulus'. UN pun menimbulkan ketegangan baik murid selaku yang melaksanakan, guru serta seluruh orang tua pun tidak bisa tenang. Apa yang meyebabkan? bagi guru mungkin kalau banyak muridnya yang tidak lulus, maka ia akan merasa bertangung jawab terhadapnya. ya siapa yang tega melihat putra didiknya yang sudah di ajarkan semua ilmu ternyata masih tinggal kelas. dan lagi bagi guru secara umum apabila banyak muridnya yang tidak lulus maka reputasi sekolahnya akan menurun yang notabene akan berpengaruh pada reputasi sekolah. Bagi si orang tua, tentu yang menjadi permasalahan adalah biaya. kalau anaknya tidak lulus, maka ia harus membiayai lagi di tingkat yang sama. berarti satu tahun yang lalu terbuang percuma. belum lagi efek yang ditimbulkan dari 'gosip' yang beredar yang akan terdengar oleh orang tuanya. ya di kantor pun begitu di lingkungannya. Siswa yang paling menderita, karena ia yang menghadapi UN. ia paling merasa malu kalau harus mengulang UN lagi, sedangkan teman temannya lulus semua. tidak bisa di bayangkan kalau di keluarganya bahkan di lingkungan yang akan meledeknya. semakin menambah beban saja. belajar tiap saat pun bukannya semakin mantap justru semakin terasa berat. Apa akhirnya? segala cara di tempuhnya, entah itu nyontek, kerjasama, curang dan lain sebagainya. padahal itu semua bukannya menyelesaikan masalah justru menambah masalah. apalagi kalau bukan mental? kita telah membohongi diri kita sendiri dan pada akhirnya tertanam jiwa yang tidak terpuji. sederhana saja, kalau dari dasar (usia remaja dan belia) sudah memiliki mental tidak terpuji? akankah bangsa Indonesia bebas dari korupsi? ya mungkin saja hanya mimpi. Ketika ia memupuk suatu hal yang tidak terpuji, maka jiwanya akan berontak. hatinya merasa bersalah dan tak nyaman. lalu ia biarkan saja bahkan berusaha melawan hatinya yang telah memberi pinalti, lama kelamaan hati tersebut akan mati. dampaknya, kita tidak bisa lagi membedakan mana yang hitam dan putih, semua tampak sama. Contoh sederhananya saja ketika ada sampah di lingkungan kita, bau terasa dan hidungpun kita tutup. semakin sering kita lewat lama kelaman menjadi biasa dan tidak terasa lagi bau tersebut. ya seperti itu, hati adalah polisi tubuh ini. kalau kita meyuap polisinya, maka suatu saat ia tidak lagi tegas dalam penilaian mana yang baik dan buruk. hasil akhirnya, kita menjadi manusia yang tidak terpuji yang menghalalkan segala cara agar tujuan tercapai. Bukan kah masa anak anak adalah masanya bermain? lalu kenapa kita menciptakan hantu Ujian dalam pikiran mereka. sekarang kita lihat, sudah jarang anak anak bermain di daerah perkotaan, pagi mereka belajar dan siang hari mereka harus menghapal di rumah gurunya atau mengikuti les. mereka telah kehilangan waktu bermainnya. padahal pelajaran yang mereka hapal mati matian belum tentu di gunakan dalam kehidupan sehari hari. Saya rasa untuk ujin nasional jauh lebih baik diterapkan kepada siswa siswi setingkat SMU, mereka sudah lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. sehingga mereka memiliki nalar dan tangung jawab atas pelajaran yang mereka terima. andaipun mereka gagal, mereka lebih bisa menerima. kalau anak SD di berikan UN, padahal yang ada di dalam pikirannya hanya bermain. secara tidak langsung kita sudah menciptakan generasi yang 'stres' sejak dini. Alangkah baiknya pemerintah daripada membenahi sistim UN lebih baik membenahi sistem pelajaran yang terkesan menghapal daripada bernalar. apa yang tidak sesuai jawaban guru atau si 'empunya jawaban' maka ia salah. kalau sudah begini, kapan kita akan berfikir dewasa? menunggu sampai kuliah tiba? padahal belum tentu semua bisa mencapai tahap diploma apalagi sarjana. Ya semua kita serahkan kepada pemerintah yang memiliki kuasa. kita cuma rakyat biasa yang tak punya apa apa, yang paling tidak kita masih bisa melakukan satu hal benar. jangan biarkan putra putri kita menghalalkan segala cara, namun didiklah ia memahami dan berjalan sesuai hatinya. Sumber http://carikost.blogspot.com/2012/02/un-datang-semua-tegang.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun