PAINCoVR : INOVASI TEKNOLOGI TERBARU VIRTUAL REALITY UNTUK MENGURANGI RASA TAKUT JARUM SUNTIK DIVAKSINASI COVID-19
Pada bulan Desember 2019, telah muncul suatu pandemi yang berasal dari Wuhan, China yang dikenal sebagai Covid-19. Virus Covid-19 menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus pada tanggal 2 Maret 2020. Sementara itu, WHO mengumumkan bahwa Covid-19 merupakan pandemi global pada 11 Maret 2020.Â
Sejak diumumkannya kasus konfirmasi pertama pada Maret 2020, dalam rentang waktu satu bulan, seluruh provinsi telah melaporkan kasus konfirmasi. Untuk menghentikan rantai penyebaran penyakit, dilakukan upaya vaksinasi. I
ndonesia memulai program vaksinasi pada tanggal 13 Januari 2021. Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir sama dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut antara lain yaitu reaksi lokal (nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan, reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis), reaksi sistemik (demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), Â nyeri sendi (atralgia), badan lemah, Â sakit kepala) , reaksi lain (reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem, reaksi anafilaksis, syncope (pingsan).
Nyeri pada saat vaksinasi merupakan permasalahan yang sering dialami oleh individu dari segala usia dan penyedia vaksinasi. Jika permasalahan nyeri dan kecemasan pada saat vaksinasi ini tidak diatasi, maka akan timbul ketakutan dan phobia terhadap prosedur medis dan perilaku menghindar dari vaksinasi. Diperkirakan 25% orang dewasa takut terhadap jarum dan 10% mengalami needle phobia.Â
American Psychiatric Association's Diagnostics and Statistical Manual of Health Disorders menyebut fobia jarum suntik dengan DSM-5, yang disebut dengan trypanophobia. Trypanophobia adalah ketakutan spesifik terhadap darah, suntikan atau cedera. Dalam studi metanalitik tahun 2018, yang diterbitkan dalam Journal of Advanced Nursing, menunjukkan bahwa ada jutaan orang yang memiliki ketakutan atau fobia pada jarum suntik.Â
Individu yang memiliki ketakutan pada jarum suntik biasanya akan menunjukkan reaksi kecemasan ringan sampai berat. Reaksi berlebihan orang yang takut jarum suntik yang ditunjukkan seperti sesak napas, pingsan, hingga tidak bisa berpikir.
Menurut Dr Jeffrey Geller, presiden American Psychiatric Association dan profesor psikiatri di University of Massachusetts Medical School mengatakan sekitar 30 persen orang dewasa akan mengalami gangguan kecemasan terhadap jarum suntik dalam hidup mereka.Â
Antara 7 persen dan 9 persen orang di antaranya, memiliki fobia spesifik, seperti gangguan kecemasan atau takut jarum suntik, yang sedikitnya dialami seperempat orang dewasa. Menurut CDC Amerika Serikat, sekitar 7 persen orang dewasa menghindari imunisasi karena takut disuntik.Â
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of Advanced Nursing, menyebut bahwa ketakutan terhadap jarum suntik diperkirakan terjadi pada 20-50 persen remaja. Sedangkan pada orang dewasa muda, fobia jarum suntik ini dialami pada sekitar 20-30 persen. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, rasa takut jarum suntik sudah memberikan dampak yang serius.Â
Para ahli khawatir fobia jarum suntik dapat menghambat distribusi vaksin Covid-19 dan program vaksinasi Covid-19 yang serentak dilakukan di seluruh dunia untuk mengatasi dan mengendalikan pandemi virus corona saat ini. Rasa takut pada jarum suntik dan nyeri pada vaksinasi Covid-19 merupakan beberapa kendala yang dapat menyebabkan seseorang menolak untuk divaksinasi sehingga sasaran tercapainya kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) tidak tercapai.
Salah satu tindakan untuk mengurangi kecemasan dan nyeri dengan menggunakan manajemen nonfarmakologi yaitu dengan terapi distraksi nyeri. Pada terapi distraksi ini dapat digunakan teknologi Virtual Reality  yang dapat membuat pengguna berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated-environment).
Virtual reality merupakan alat yang digunakan untuk memodulasi nyeri , dimana alat ini sangat efektif untuk mengurangi nyeri dan rasa takut. Teknologi ini merupakan implementasi dari ilmu neurosains, farmakologi serta informatika medis.
Oleh karena itu  dr. Hendry Gunawan SpS bersama dr Penggalih Mahardika Herlambang dan dr Nanang Wiyono yang tergabung dalam MedisVAR telah membuat dan menemukan sebuah aplikasi VR untuk membantu para calon penerima vaksin atau pasien yang memiliki ketakutan akan nyeri atau jarum suntik agar dapat divaksinasi.
Aplikasi VR ini diberi nama PainCoVR (Pain Cover for Covid-19 Vaccination using VR) tersedia di Playstore, yang diharapkan dapat mengalihkan perhatian pasien dengan masuk ke lingkungan VR berupa kisah wayang selama proses vaksinasi berlangsung. Pasien akan menjadi seorang tokoh pewayangan yang akan didatangi oleh Wisanggeni yang membutuhkan bantuan untuk mengalahkan "Batara Korona" yang sedang menyerang "Nusantara".Â
Durasi kisah Batara Korona tersebut dalam PainCoVR telah disesuaikan dengan persiapan petugas kesehatan yang akan melakukan vaksinasi (vaksinator). Informasi mengenai aplikasi dapat dilihat di situs PainCoVRBagi peserta vaksinasi Covid-19 yang takut jarum suntik di area Cirebon, jangan khawatir. Karena dapat divaksinasi dengan tenang , menggunakan alat VR yang inovatif , di RS Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) dengan alamat KH. Wahid Hasyim No. 08 Desa Mertapadawetan Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon 45181.Â
Bagi yang berminat, bisa menghubungi Pak Reza Pahlevi (0896-7135-6295) untuk mendaftarkan diri sesuai dengan jadwal vaksinasi Covid-19 di RS UMC dan tidak dikenakan biaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H