Tahun 2018 ini, Indonesia baru saja mengalami duka akibat bencana alam yang cukup besar. Semua kejadian bencana alam terjadi menjelang pergantian tahun dengan selisih waktu 2 bulan.Â
Pada bulan Agustus yang lalu terjadi gempa bumi di Lombok, bulan Oktober terjadi gempa bumi dan tsunami di Palu dan Dolangga, dan bulan Desember ini terjadi tsunami di Banten. Ketiga bencana alam tersebut menyebabkan ribuan orang meninggal di tahun ini dan jika diperhatikan baik-baik, bencana alam yang terjadi memiliki kemiripan.
Bencana alam yang terjadi memang tidak dapat kita prediksikan dan hindari. Pihak pemerintah dan masyarakat juga sudah berupaya menolong korban bencana alam, baik itu berupa sandang maupun pangan.Â
Upaya dalam memperbaiki infrastruktur atau pembangunan di daerah yang sudah terserang bencana alam pun sudah dilakukan. Bantuan-bantuan dari berbagai pihak baik didalam hingga dari luar negeri terus diberi agar masyarakat korban bencana alam dapat segera melangsungkan kehidupannya secara normal kembali.
Demam politik pada Pilpres 2019 pun sepertinya sudah mulai memudar akibat bencana alam yang melanda di negeri sendiri. Bahkan pada beberapa waktu yang lalu, masyarakat Indonesia terutama warga Surabaya sempat dihebohkan karena amblesnya jalan Gubeng sedalam kurang lebih 15 meter dengan lebar sekitar 50 meter. Kota Pontianak pada beberapa hari yang lalu juga sempat terjadi kebakaran beberapa kali. Tidak menutup kemungkinan juga kota-kota lain di Indonesia mengalami bencana dalam bentuk lainnya.
Menyikapi bencana alam yang marak terjadi di Indonesia, sepertinya kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan diingatkan kembali untuk segera bertobat. Pertobatan yang dimaksud bukan hanya sekedar doa atau rajin beribadah melainkan juga kembali memperhatikan lingkungan sekitar. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna sering kali melakukan kesalahan yang berulang. Kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan sepertinya masih kurang dan perlu diingatkan kembali.
Pembakaran hutan secara liar, penambangan liar, membuang sampah atau limbah sembarangan seperti disungai ataupun ditempat lain yang bukan merupakan tempat pembuangan sampah, pengambilan sumber daya alam secara berlebihan yang tidak memperhatikan aspek keberlanjutan, dan masih banyak lainnya yang mengakibatkan kondisi alam semakin kritis akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab.
Pemanasan global yang sudah semakin parah menjadi salah satu bukti kuat bahwa alam sudah marah kepada manusia. Es-es dikutub yang semakin lama semakin mencair dan menyebabkan area daratan semakin sedikit menjadi bukti dari pemanasan global. Tak perlu jauh, masyarakat di Indonesia juga pasti sudah merasakan perbedaan suhu pada lingkungan pada beberapa tahun belakangan ini yang sudah semakin naik. Suhu lingkungan yang dulunya sejuk dan segar sekarang telah sirna begitu saja.
Sebagian masyarakat di Indonesia memang sudah peduli dan sadar akan pentingnya menjaga lingkungan agar dapat lestari dan bertahan hingga anak cucu mereka. Namun, kesadaran tersebut tidaklah cukup selama masih ada oknum perusak lingkungan yang masih berkeliaran. Perlunya pengawasan dan pencegahan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat sekitar agar oknum tersebut tak dapat lagi berkutik. Mungkin, dengan hukuman yang lebih berat akan menjerakan mereka agar tidak berani mengulang kembali kesalahan yang sama.
Sangat diharapkan kepada anda yang sudah membaca artikel ini untuk dapat mengambil peran dalam menjaga lingkungan disekitar kita agar dapat tetap lestari. Jangan lah hanya berkata-kata layaknya seorang yang bijak melainkan lakukanlah sebuah aksi yang berdampak bagi banyak orang. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki sesuatu dan jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Sekian dari saya, terima kasih sudah membaca. Salam Kompasianer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H